Jumat, 10 Oktober 2014

Lavender



KEANEHAN TERJADI
Handphoneku bergetar sekejab. Aku melihat siapa yang sedang menelpon atau mengirim pesan singkat. Aku sedang berada didalam kelas untuk memberikan materi yang aku ajarkan kepada siswa-siswaku. Ketika aku menggenggam Handphoneku, tiba-tiba saja suasana berubah menjadi abu-abu. Aku melihat siswa-siswaku mematung dalam posisi terakhir mereka. Ada yang sedang menulis, ada yang sedang melihat papan tulis bahkan ada yang hendak berdiri dari duduknya. Aku terkejut melihat suasana aneh ini. Mimpi apa aku semalam. Kenapa kelasku menjadi penuh dengan asap yang berwarna abu-abu. Akan tetapi aku tidak merasakan sesak didalamnya. Aku bergerak menuju pintu kelas, Namun keadaan masih normal. Ku melihat ada siswa yang baru saja selesai kekamar mandi dan ada juga guru yang sedang menuju kelas. Tidak ada kejadian aneh diluar Apa aku sedang berdelusi saat ini. Aku menepuk kedua pipiku keras, dan aku kesakitan. Ini jelas bukan mimpi.
bip…bip…bip…handphoneku berbunyi seperti alarm darurat dan menyala lampu LCDnya berwarna merah dan berkedip-kedip sesuai dengan suara yang dikelaurkannya. Aku tidak berani mendekatinya. jangan-jangan handphoneku akan meledak. Aku mencoba keluar dari ruangan itu, namun aku terlalu lambat dan seseroang datang menuju kelasku dengan seragam berwarna abu-abu dan berbentuk aneh.
“professor..profesor!” salah satu berteriak memandang arahku.
“dia sudah kembali” salah satunya menimpali sambil menunjuk arahku.
aku semakin heran siapa mereka berdua dengan berpenampilan seperti bodyguard. Aku menajuh kedalam ruangan kelas dan terduduk dikursi guru. Kedua orang aneh itu tidak masuk kedalam ruangan kelasku. Dan mereka berlalu kearah yang tidak aku ketahui. Ketika mereka melinstasi kelasku, sempat aku melihat salah satu mereka yang membawa ton gkat sedang melirik kedalam ruanganku.
professor dan dia sudah kembali. Itu siapa? aku terus bertanya-tanya dalam hati. Handphoneku yang sedari tadi mengeluarkan bunyi bip…bip…bip dan menyala berwarna merah tidak menunjukkan reaksi untuk meledak. Aku meraihnya dan..
“auuuuooochh” handphoneku panas sekali. seperti terbakar.
tak sengaja aku menjatuhkannya kelantai karena gerka reflekku itu. Hanphonenya berhamburan tidak menyala. tidak mengeluarkan suara bip bip dan tidak menyala merah.
puuuuuuusssssss……
asap berwarna abu-abu itu muncul dari arah bangku siswaku. Salah satu siswaku yang aku tahu dia bernawam Nadia berdiri dan berubah wujud. Rambutnya ikal dan ada sebuah pita merah mengikat kepalanya dengan berbentuk ikata tali sepati dengan corak bola-bola kecil. Nadia bertelanjang kaki, baju yang dipakainya hampir sama dengan yang dipakai dengan kedua orang aneh yang melontasi kelasku.
“professor…selamat datang” katanya sambil menundukkan kepalanya tanda hormat.
“kau..kau…siapa?” tanyaku mencoba tidak memasang wajah ketakutan kan keterkejutanku
“aku Luffin, asisten anda ketika anda masih mengajar di sekolah Langit Biru”
“langit biru. Asistenku. aku tidak pernah mengajar disana” aku terheran. mendenarkan nama sekolahnya. Langit biru itu sekolah yang terletak dimana, aku juga tidak tahu.
“benar, professor. Aku asistenmu. Sebaiknya anda ikut dengan saya. Kita akan menuju sekolah langit biru. sebelum para Goldan menemui anda” kata perempuan yang mengaku sebagai asisstenku itu dengan semakin mendekatkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya kearahku.
“tidak…aku yakin ini hanya ilusiku saja. Aku hanya ingin bngun dari mimpi aneh ini” penyangkalanku tidak dikgubris oleh Luffin. Dia langsung menarik lenganku. Dan aku hampir tersungkur kelantai.
“tenang, anda harus tenang professor. Anda aman bersama saya” katanya menyakinkanku. Tapi kata-kata itu tidak menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kepalaku.
“lepaskan aku” teriakku.
Sebuah pintu berwarna kuning emas denagn ukiran yang indak dipinggiran setiap sisinya. Ini seperti pintu kemana saja, seperti yang aku lihat di acara anak-anak. Pintu terbuka, aku bersama Luffin masuk kedalamnya. Tidak ada apa-apa, hanya saja aku sudah berpindah dari ruang kelasku ketempat yang aneh sekali. Tidak ada yang aku ingat, apakah aku pernah ketempat ini atau belum. Aku melihat dengan wajah menegang, aku sedang berasda idmana ini tanyaku dalam hati. Sebuah meja besar yang terbuat dari kaca dan terdapat kursi kayu mewah yang penuh dengan ukuran burung yang sdang bertengger.
“professor!!” sebuah nyaring datang dari sebelah kananku, belum sempat kumlelihat siapa itu. Dia sudah berada bergelantungan dileherku. Seorang anak kecil berambut pirang dan berkacamata besar. Belum lagi semua pertanyaanku terjawab, ada lagi yang hadir. Kepalaku pusing. Sangat pusing sekali. dan aku merasa ingin tidur. dan gelap.
“lihat…lihat dia sudah sadar!” salah seorang bersuara seperti laki-laki itu menyambutku
“hihihi…professor semakin kelihatan cantik sekali” seorang bersuara seperti wanita genit membuatku benar-benar terbangun membuka mataku.
“professor, anda sudah bangun” Tanya pria berambut keriting afro itu.
“hihihi…bahkan setelah tidur panjang anda masih tetap cantik, professor” wanita bersuara genit itu melebarkan senyumnya.
“aku dimana?” tanyaku sambil memegang kepalaku.
“anda dirumah sakit Bintang Putih, Professor”
“rumah sakit?” aku heran
“tenang. Anda aman disini, Prof”
aku mencoba duduk. Namun kepalaku terasa berat sekali. Tidak berdaya. Semua sendiku terasa melemah sekali.
pintu ruangan itu terbuka, dan beberapa orang dengan pakaian berwarna abu-abu itu dengan jubah berwarna merah. Sangat elegan sekali. Satu pria bertubuh tegap dan dua pria dibelakangnya mengikuti  pria berbadan tegap itu.
“master” kedua orang yang sedang di samping tempat tidurku menundukkan kepalanya tanda hormat.
“terima kasih Afro, terima kasih Diessy” kata pria berbadan tegap dengan suara beratnya
“tidak perlu sungkan master” kata Afro sekali lagi menundukkan kepalanya.
“sebaiknya tinggalkan kami berdua” pinta pria berbadan tegap itu dengan mahkota bergambar burung yang sedang mengepakkan sayapnya.
“baik master” kedua orang mengikutinya menundukkan kepala dan berlalu keluar ruangan itu diikuti Afro dan Diessy.
Ketika pintu ruangan itu tertutup, lampupun menjadi redup sekali. Apakah aku akan dibunuh oleh pria berbadan tegap ini. Atau aku akan diperkosa olehnya. Pikiran aneh melintasi dibenakku.
“anakku” pria berbadan tegap itu menghambur memeluk tubuhku sambil terisak menangis.
aku hanya terdiam, hangat sekali. Tidak pernah memang aku merasakan dipeluk oleh seroang ayah. Sedari kecil aku diasuh oleh nenekku. Sampai umurku 25 tahun ini. Aku terhenyuh dengan kejadian ini. Tidak pernah akan terulang lagi. Aku menyambut pelukan hangat itu. Dan anehnya seluruh tubuhku kembali menemukan energy yang hilang tadi.
“apa kau baik-baik saja? bagaimana perasaanmu tin ggal di negeri kejam itu, Nak? apa kau punya teman?” Tanya yang mengaku ayahku itu.
“aku masih bingung dengan hal ini semua. Apa aku sedang berilusi, atau aku terkena hipnotis” tanpa harus menjawab pertanyaan ayahku itu.
“kau mirip dengan ibumu. Ketika aku bertanya, bukannya menjawab tapi malah balik bertanya”
“aku benar-benar bingung”
“baiklah. Aku akan menceritakannya padamu. Apa yang sebenarnya terjadi”
“semuanya?”
“iya semuanya. dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kepalamu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar