Sabtu, 11 Desember 2010

Seharusnya Part VI episode 'aku masih menunggu'

Rasanya bagai pertama kali makan nasi. Rasa ketakutan untuk mencoba. Apakah nasi itu bisa menambahkan penyakit atau mengurangi beban penyakit. Akhirnya, aku memberanikan diri masuk ke ruang check up. Darahku diambil, lalu diteteskan ke atas kaca segi empat yang tipis. Lalu urine ku dimasukkan kedalam botol plastik kecil. Setelah check up darah dan urine. Aku langsung ke ruang USG, disana perutku diperiksa. Terbersit dalam pikirku lidahku yang sakit mengapa perut yg diperiksa. Tapi sekali lagi ya sudahlah, aku pasrah. Karena aku memang ingin tau pastinya penyakit apa ini. Setelah ke USG, aku bersama kakakku ke ruang SCANNING. Di ruang ini kami sempat ditertawakan oleh adminitrasinya.
"dek, ini scanning lidah ya?"tanya salah satu karyawan adminitrasi itu.
"iya, buk" jawab kakakku.
"mana ada scanning lidah,dek"kata karyawan yg tadi sambil tertawa pelan.
"ya, saya gak tau buk. Gitu suruh dokternya"jawab kakakku yang ku tahu dia langsung naik darah atas ketertawaan karyawan tadi.
"scanning mulut gak bisa kami dek. Kami scanning kepalanya aja"
"yaudalah, buk. Scanning pa aja lah. Yang penting periksa adik saya"kata kakakku kesal.
Setelah bernegosiasi soal harga, kakakku memilih paket umum daripada askes. Karena dia juga sudah konsultasi dengan temannya yang dibidang kesehatan. Agar cepat urusannya pake jalur umum. Kakakkupun menelpon ayah. Dan ayahpun setuju soal harga itu. Harga yang cukup fantastic hanya untuk ScANNING. Lalu aku dibawa keruang kecil, tanganku ditusuk jarum infus. Kemudian aku dibawa keruangan yg terdapat alat canggih itu. Bentuknya besar, ada lubang dibagian tengahnya. Yang ada cuma cahaya merah,kuning dan biru. Ruangan itu sangat gelap. Lalu aku disuruh berbaring diatas tempat tidur yang kemudian bergerak masuk kedalam lubang itu. Mataku ditutup dengan penutup otomatis. Aku sangat deg deg-an. Tidak begitu lama, aku langsung keluar dan melepaskan jarum infus dan meminta bantuan perawat. Seseorang yang kusayang sudah menunggu diluar. Aku lihat raut wajahnya penuh khawatir dan kelelahan. Sedangkan kakakku sibuk telpon2an dengan teman2 chattingnya. Kamipun pulang.
Keesokan harinya, kakakku tidak bisa mengambil hasil check up. Karena dia mengikuti ujian masuk S2 disalah satu kampus negeri dikota ini. Akhirnya aku minta tolong kepada orang yg kusayang agar mengantarkanku kerumah sakit. Aku tahu itu pagi sekali. Biasanya dia belum bangun. Aku sudah mengganggu tidurnya yang semalaman dia mengerjakan tugas.
Sesampai dirumah sakit aku dan orang yang kusayang menuju ruang2 tempat pengambilan hasil check up. Semua sudah diambil dan hasilnya sungguh mengagetkan. Bahwa seluruh tubuhku normal. Tidak ada keanehan dalam diriku. Tapi, kenapa lidah ini terasa sakit sekali. Lalu setelah dapat hasil check up itu aku disuruh mengontrol ulang dengan dokter yang sama.
Ini malam kakakku menelpon ayah. Agar dia ikut mengantar aku besok periksa kedokter bedah mulut lagi. Ternyata ayahku sibuk dengan kerjaannya, lalu om ku yang diutus untuk mengantarku besok kerumah sakit.
Hari ini masih pagi benar om ku sudah sampai ke kosku. Kami bersiap2 berangkat kerumah sakit. Sempat sarapan dulu di warung lontong. Suasana rumah sakit seperti biasa, masih sepi sekali.
Karena masih sepi antrianpun sedikit. Kali ini kamipun cepat ke ruang dokter bedah mulut itu. Aku bersama om ku masuk keruangan itu. Ternyata dokternya ingin mengambil daging lidahku untuk dijadikan sampel. Setelah kompromi dengan ayah, akhirnya daging lidahku diambil. Suntikan bius dilidahku tak terasa. Dokter itu terasa kasar sekali menyayat daging lidahku yang diambil sebesar biji jagung. Tapi, Ya Allah sakitnya luar biasa. Walaupun sudah pake bius. Darah terus mengalir dari lidah. Banyak sekali, seperti sudah kehabisan darah aku lemas sekali. Lalu dokter itu memberikan obat tebusan resep. Yang langsung ditebus oleh kakakku keapotek dirumah sakit aneh itu. Aku diberikan obat kumur dan obat penghenti darah. Rasanya mendenyut luar biasa. Namun, aku tahan karena aku tidak ingin melihat orang disekitarku sedih. Jalankupun terasa sempoyongan,dan aku dituntun oleh sepupuku. Kakakku memberikan sampel daging lidahku keruang lab patologi dirumah sakit aneh itu. Setelah kakakku keluar, katanya hasil labnya butuh waktu seminggu. Dan akupun harus tetap menunggu lagi. Begitu susahkah?begitu parahkah penyakitku ini?. Dan akupun masih bertanya. Menunggu seminggu memang sebentar tapi rasanya sangat berbeda kali ini yang kutunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar