Minggu, 13 Desember 2015

Keraguan

Anggap saja kita sedang bermain bola kaki. Dihadapkan pada sebuah tendangan yang begitu dekat dengan gawang. Waktu yang sangat mepet. Dalam pikiran kita mampu menendang bola dengan mulus dan mendapatkan hasil gol yang cantik. Padahal dalam kenyataannya sangat berbeda. Kita di tempatkan pada situasi genting. Apakah kita menendang langsung bolanya? Apakah kita harus mengoper ke teman kita? Apakah kita tetap berdiam diri sampai peluit wasit berbunyi bertanda waktu telah usai?. Timbullah sebuah keraguan dalam diri kita. Karena kita telah terbiasa atas sebuah hasil. Dan itu haruslah Gol. Padahal, jika kita yakin saja. Hanya dua kemungkinan yang terjadi dan itu selalu. Gol dan tidak gol. Namun, ada kepuasan tersendiri atas hasil yang kita yakini itu. Bukankah keraguan itu hal yang seharusnya dijauhi. Karena keraguan itu dekat dengan setan. Maka, ketika kita dalam situasi seperti bermain bola kaki ini. Apa yang kita lakukan?
Tetaplah berkeyakinan untuk menendang bola sendiri. Tidak perlu mengoper kepada teman atau hanya berdiam diri sampai waktu berakhir. Karena kita sudah berpikir dalam keyakinan, apapun hasilnya hanya ada dua jawabannya. Jika jawabannya seperti apa yang kita pikirkan, maka kita telah berhasil. Jika jawabannya tidak seperti apa yang kita pikirkan mungkin itu sebuah pelajaran bagi kita yang bukan untuk disesali.

Maka dari itu, ketika sudah ada keyakinan dalam diri kita. Maka percayalah pada keyakinan itu. Tak perlu memikirkan hasilnya. Karena kita sudah tahu sendiri hasilnya itu seperti apa. Jika ragu menerpa diri kita, segeralah menjauh sejauh-jauhnya dari rasa itu. Dengan cara berpikir "aku tahu hasilnya" kalau  tidak "No" ya pasti "Yes".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar