Aku mempunyai seorang teman sejak kecil. Kami bermain bersama, selalu pergi sekolah bareng dan mengerjakan PR juga selalu sama. Namanya adalah Keyzan, aku memanggilnya Key. Dia adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyayangi ibunya. Sejak Key berusia 5 tahun, dia harus tinggal berdua dengan ibunya. Dan kali ini, ibunya tinggal sendiri. Karena Key harus bekerja di luar kota tempat kami tinggal, dan tidak memungkinkan Key harus berulang dari tempat kerjanya.
"Tolong bantu aku jagain mama, ya!"
"Kenapa harus aku"
"Karena cuma kamu yang aku bisa percaya, bisa kan?"
"Hu um" aku mengangguk pelan dengan perasaan yang tak tentu, ketika Key mengaakan dia mempercayakan ibunya padaku.
Saat ini pekerjaanku hanya sebagai tenaga bantu pengajar disebuah TK. Dia terlalu sibuk, dan pekrjaanku tidak memakan waktu lama. Setiap pagi, aku selalu membuat sarapan untuk mamanya Key. Seusai pulang bekerja aku juga menjenguk mamanya hanya sekedar mendengarkan mamanya bercerita tentang masa kecilnya Key.
Jelas aku tahu semua tentang cerita itu, karena aku termasuk ambil peran dalam kisahnya.
"Kalau Key sudah banyak uang dan rumah, kamu maukan menikah dengan Key?"
"Pertanyaannya kok gitu sih, bu?"
"Memangnya kamu tidak suka sama Key"
"Ya ampun bu, aku dan Key hanya sekedar sahabat dari kecil"
"Tapi, ibu suka kamu"
"Lah, kalau gitu angkat saja saya jadi anak ibu. Hehehehe"
"Kalau ibu angkat kamu jadi anak ibu, kamu tidak bisa menikah dengan Key donk"
"Hehehe"
Percakapan tentang keinginan mamanya Key bukan kali ini saja, setiap kali mamanya bercerita tentang masa asmaranya dengan suaminya. Maka tercetuslah pertanyaan itu dan itu lagi. Aku sudah menganggapnya lelucon saja tidak lebih dari serius.
Malam tiba, Key selalu menanyakan mamanya. Kami selalu bercerita tentang kegiatan apa saja yang kami lakukan setiap harinya.
"Bagaimana mama?"
"Mama kamu itu kok seneng banget sih nanya hal yang sama terus setiap harinya"
"Tanya apa?"
"Masa' katanya dia pengen aku sama kamu itu nikah. Kan gak mungkin kan, Key"
"Ikh...mama itu suka becanda gitu, jangan kamu anggap serius ya. Ya jelas gak mungkin lah"
Dan ketika kalimat itu mengalir dari bibirnya Key, mengapa dadaku terasa sesak. Kata tidak mungkin, bukan itu yang aku tunggu dari bibirnya. Bukan seperti itu, seharusnya dia berkata apa yang tidak mungkin, jika Tuhan memungkinkan itu semua apa yang bisa lakukankan. Aku terdiam sejenak, ketika Key masih mengoceh tentabg pekerjaannya yang membuatnya lelah hari ini.
"Hehehehe" aku hanya bisa tertawa renyah, namun ada yang aneh dengan tawaku ini.
"Kok malah ketawa sih, bukannya memberi motivasi"
"Hehehehe" sekali lagi aku hanya tertawa renyah, seperti ada yang sakit tapi aku tak bisa merasakan bagian mana yang sakit. Dan hanya mataku saja yang berbicara.
"Udah dulu, ya. Makasi sudah mau bantuin aku jaga mama. Kamu sahabatku yang terbaik"
"Iya"
Aku mematikan telepon genggamku, dengan mata yang sembab. Ternyata aku terlalu banyak berharap dengan kepercayaannya itu. Dengan semua perlakuan istimewanya terhadapku. Ini tidak seperti perkiraanku. Tidak seperti apa yang aku pikirkan selama ini. Akankah ini berakhir disebuah kata terima kasih saja karena aku sudah menjaga ibunya.
Aku melamun dimalam berbintang sambil menatap langit dan memohon, apakah selama ini aku yang terlalu menganggap semua perkataannya serius dan berpikir dia memiliki perasaan yang sama.
Teringat ketika sekolah dulu.
"Eh, ntar pulang sekolah makan baso yuk" ajakku
"Hm...okelah apa sih yang gak buat putriku yang cakep ini"
"Idih...gombal kamu"
"Beneran juga kok, kamu itu cakep"
"Kalau aku cakep mungkin aku udah punya cowo"
"Loh, kamu anggap apa aku ini, aku ini kan cowok kamu"
Saat itu aku hanya tersipu malu, tak mampu menatap wajah Key. Karena wajahku merona begitu saja. Jelas aku malu sekali. Karena memang saat itu juga Key tidak pernah bercerita tentang gadis seperti apa yang diinginkannya. Yang aku tahu hanya akulah anak perempuan yang dekat dengannya.
Bukankaj itu cukup bukti jika memang Key mempunyai persaan berbeda terhadapku. Perhatiannya, perlakuannya, selalu ada kapan saja untukku. Tidak pernah berkata "tidak" kepadaku, selalu menyemangatiku ketika aku terjatuh dalam keterpurukan masalah. Memberikan senyuman terbaiknya untukku. Bukankah itu sudah cukup bukti, bahwa Key memang menaruh rasa lebih terhadapku. Tapi, mengapa malam ini dia berkata seperti itu, seolah-olah tidak menginginkanku lahi. Seperti ada wanita lain yang sedang didekatinya.
Sore ini, aku agak terlambat datang kerumah mamanya Key. Karena aku harus membantu teman kerjaku menyelesaikan tugasnya.
"Maaf, bu. Aku telat kerumah. Hehehehe"
"Iya tidak apa-apa. Tadi Key baru saja menelpon. Katanya hari jum'at ini dia pulang. Katanya mau ada kejutan untuk ibu"
"Dua hari lagi donk" jantungku berdetak kencang. Rasa senang bukan kepalang, mendengar berita kepulangan Key. Tapi, mengapa tadi malam Key tidak membicarakan kepulangannya. Karena ini kali pertamanya Key pulang sejak dia bekerja 5 bulan yang lalu. Bagaimana wajahnya sekarang. Aku hanya melihatnya dari video call yang sering kami lakukan setiap malam.
"Iya. Ibu sudah gak sabar kejutan apa yang di bawanya. Katanya buat ibu seneng"
"Hahahhahaha....semoga kejutannya membuat ibu senang ya"
Hatiku mulai bertanya, kejutan apakah itu. Nanti malam aku akan bertanya kepadanya kejutan untuk mamanya itu.
Seusai menatap bintang aku duduk memandang telepon genggamku yang tak berbunyi. Biasanya jam segini, Key sudah menghubingku. Sembari menatap langit yang hitam pekat tanpa bulan namun berbintang. Dalam hati terus bertanya kejutan apa. Benar saja, telepon genggamku berbunyi. Aku melihat kelayar telepon genggamku. Disitu tertulis Key. Dengan sebuah senyuman aku mengangkat teleponnya.
"Hallo!"
"Iya, hallo. Hm....mau pulang gak beritahu aku ya"
"Loh, pasti mama yang kasi tau ya"
"Katanya mau kasih kejutan. Emangnya kejutan apa sih"
"Ya rahasia donk. Ntar gak jadi kejutan"
"Kok gitu sih. Kasi tau donk"
"Ini kejutan buat kamu juga. Pasti kamu bakalan seneng deh"
Kejutan yang membuatku senang. Bahkan sepanjang malam ini, aku memikirkan kejutan yang dua hari lagi membuatku senang. Mungkinkah Key akan mengatakannya persaannya selama ini. Apakah Key akan memberitahunya bahwa kemungkinan yang dia sangkal itu salah. Apakah Key akan mengabulkan permintaan mamanya. Entahlah, aku juga tidak tahu kejutan apa itu. Tapi, kenyataannya aku kesiangan untuk pergi bekerja hari ini karena memikirkan kejutan itu.
Hari itu tiba, hari dimana Key pulang setelah 5 bulan tidak pulang kerumahnya. Rasanya ingin sekali aku segera menuju kerumah mamanya. Melihat senyumannya kembali, mendengarkan.suaranya secara langsung dan menatap wajahnya yang aku rindukan.
"Loh, Key belum sampai kerumah ya, bu"
"Belum, katanya sorean sampenya"
"Oh...masak bakwan yok buk. Key kan suka tu"
"Hehehe...yuk"
Dan kami menghabiskan menunggu Key memasak kue bakwan jagung, cemilam kesukaan Key sejak kecil.
Telepon genggam mamanya Key berbunyi. Aku ingin mendengarkan siapa yang telpon, tapi tidak terdengar karena aku sedang memblender bumbu. Lalu, mamanya datang dari ruang tengah setelah selesai mengangkat telepon.
"Dari siapa bu?"
"Dari Key. Katanya dia agak telat karena masih ditoko cincin"
"Toko cincin?"
"Iya" mamanya langsung masuk kekamar.
Sedangkan aku melanjutkan memasak bakwan. Dengan hati bertanya-tanya. Cincin apa yabg dibelikan Key. Dan untuk siapa?. Apakah kejutan itu yang akan ditunjukkan oleh Key untukku. Karena rasa tak sabar aku langsung mengirim pesan singkat pada Key.
"Hayo ya, cincin buat sapa itu?"
Tak lama dia membalas pesan singkatku.
"Kok kamu tau, gaj kejutan lagi donk"
"Hehehe, ditunggu ya"
Aku melanjutkan memasak, dan membuat sirup jeruk. Sudah pukul 5 sore. Mamanya Key belum juga keluar kamar. Dan tiba-tiba saja hujan turun. Aku mengetuk kamar mamanya Key.
"Bu, aku masuk ya"
Tak ada jawaban dari dalam. Aku khawatir, aku membuka paksa pintunya yang ternyata tidak dikunci. Aku melihat mamanya sedang terbaring diatas tempat tidur menghadap jendela.
"Hujan bu" tak ada jawaban.
Lalu aku mendekatinya. Dan mencoba melohat wajahnya. Aku terkejut sekali, mamanya sedang menangis. Matanya sembab. Aku heran apa yang terjadi.
"Ibu kenapa menangis?"
Tak ada jawaban hanya tatapan kosong.
"Bu...ibu kenapa?"
Sekali lagi aku mencoba bertanya. Namun mamanya Key tetap diam. Lalu , terdengar suara ketukan dari luar. Aku segera berlari. Itu pasti Key, dengan hati senang aku membuka pintunya.
Benar saja, dihadapanku seseorang yang aku ingin sekali melihat wajahnya telah tiba dihadapanku. Bajunya basah kuyup. Rambutnya basah karena hujan. Dengan sebuah senyuman aku menyambutnya. Dia juga membalas senyumanku. Sepertinya Key lebih tinggi beberapa milimeter.
"Hadus, baju aku basah , yang" aku mendengar suara wanita yang baru saja sampai dibelakang Key. Aku melihat dengan mata yang berkedip. Dengan sedikit memiringkan kepalaku untuk memastikan bahwa aku tidak salah dengar. Ternyata aku tidak salah dengar, itu benar suara seorang wanita. Mungkin wajahku seketika berubah. Tapi, aku mencoba tetap tersenyum.
"Eh..masuk..."aku mempersilahkan wanita itu masuk.
"Dia siapa, Yang"
"Dia yang jagain ibu disini" Key langsung menuju kamarnya diikuti wanita dengan fashion yang luar biasa cantik.
Aku kedapur menyiapkan apa yang telah aku buat. Sepiring bakwan jagung dan seteko teh hangat. Sirup jeruk yang aku buat aku simpan dilemari es. Dengan hati yang tidak karuan aku masuk kedalam kamar mamanya.
"Bu, Key sudah sampai. Dia membawa kejutannya bu" aku menunduk
"Hiks..hiks..." mamanya Key kembali menangis.
"Ternyata ibu menangis karena ini. Aku gak apa-apa kok buk. Aku kuat kok. Temui Key ya buk"
Mamanya kembali menangis, dan memelukku erat sekali. Seperti memberitahukan kepadaku bahwa aku harus kuat. Lalu, mamanya mengelus lembut punggungku sebagai dukungan terhadapaku. Bahwa mamanya selalu ada untukku.
Aku keluar kamar, melihat wanita yang basah kuyup itu sudah kembali cantik bahkan lebih cantik lagi. Aku melihat Key sedang ada didapur, aku menuju kesana.
"Jadi , ini kejutannya?" Tanyaku yang aku tahu dia terkejut karena aku langsung menatap wajahnya yang berubah kaget.
"I...iya"
"Terima kasih. Aku benar-benar terkejut" Aku membubuhinya dengan senyuman sok tegarku.
"Iya" jawabnya
"Jadi, kapan kamu akan menikahinya" sebenarnya pertanyaan ini sangat berat sekali harus terlontar dari mulutku, tapi aku mengapa bisa bertanya seperti itu.
"Akhir tahun ini. Kami doain ya, semoga aku.langgeng"
"Pasti!!"
Apa-apaan aku ini, mengatakan pasti. Jadi, selama ini doa-doaku agar hubungan kita langgeng akan berkahir seperti ini. Tidak, tidak mungkin.
"Kami mau kemana?"
"Aku lupa angkat jemuran ibu"
"Masih hujan biarin aja"
"Gak apa-apa kok"
"Nanti kamu sakit"
Aku berlari saja keluar. Hujan, apa pedulimu, Key tentang aku sakit atau tidak. Toh , itu hanya basa basi saja. Dan semua hal selama ini hanya basa basi. Hujan, terima kasih engkau telah menyamarkan semua perasaanku selama ini. Aku menangis. Ini bukan seperti sinetron, ini kisah nyata yang aku kira hanya akan muncul di novel atau kisah fiktif lainnya. Aku meraih pakaianku, dan menunduk lesu dalam hujan yang sebenarnya tidak lebat ini. Pakaianku basah aku pasrah. Mungkin kekecewaan ini akulah yang membuatnya. Karena terlalu berharap penuh pada seseorang yang telah memberikanku harapan yang indah. Dan pada akhirnya aku yang kalah saat ini. Melihat senyuman indah itu tidak lagi milikku. Aku, aku yang terlalu berlebihan untuk memikirkan sebuah keindahan yang sebenarnya itu hanyalah sebuah khayalan untuk menyenangkan hatiku. Sakit, benar aku sakit. Tapi, bukan karena hujan. Namun, seperti sebuah kepingan hatiku retak dan serpihannya hilang entah kemana. Aku tak sanggup mencarinya. Ini begitu menyakitkan sekali. Dan aku harus menghadapinya.
Selama Key dirumah aku tidak pernah datang menjenguk mamanya dan Key. Aku belum sanggup menampakkan diriku yang berantakan ini.
Pagi itu, aku mencoba memberanikan diri keluar rumah. Dan menunjukkan wajahku yang kusam.
"Wajah seperti apa itu. Kusam!" Key dari seberang jalan meledekku.
Aku melihatnya, mengapa senyuman itu tak seindah dulu ya.
"Biarin saja" jawabku ketus
Key menyebrangi jalan dan menuju tempatku. Rasanya aku ingin berlari saja. Tapi, tidak bisa. Seperti ada yang memaku pergelangan kakiku.
"Kamu sibuk ya, kemana saja kok tidak pernah datang kerumah. Mia ingin berteman denganmu"
Ya, nama wanita itu Mia. Cantik sekali kan namanya.
"Iya aku sibuk kerja nyari uang untuk kado pernikahanmu"
"Aku gak minta apa-apa kok. Cukup kamu doain aku langgeng dengannya. Aku rasa itu cukup deh"
Apakah kau tau Key, doa adalah kado terindah daripada seperangkat coverbed yang harganua jutaan rupiah. Doa itu hal tersakral bagiku. Bagaimana bisa memberikan kado termahal itu untukmu dengan wanita itu. Bagaimana aku bisa. Apakah kau tahu Key, didalam hati ini tidak menerima mimpi buruk yang kau ciptakan ini.
Aku menunduk diam, tak ada yang bisa menghentikan keinginanmu itu. Bahkan mamanya sendiri saja menangis melihatnya. Ini adalah kejutan yang terindah bagiku.
Akhir tahun, aku masih belum bisa melupakannya. Bahkan sampai detik ini. Aku terpaksa membantunya menyiapkan seluruh pernikahannya. Aku masuk kekamarnya yang sudah disulap dengan penuh bunga-bunga. Indah sekali, sempat dulu terpikirkan olehku berharap ini semua terjadi padaku.
"Boleh aku bertanya?" Aku mencoba memberanikan diriku berbicara, karena hampir setengah tahun aku tidak berbicara dengannya. Secara langsung dan melalui telepon genggam lagi.
"Silahkan" Key mematung dengan kemeja putih.
"Boleh aku memakai dasi ini untukmu. Kamu tahukan, aku paling suka melihat laki-laki memakai jas dan berdasi"
"Iya aku tahu. Pakaikanlah"
Aku mencoba menahan airmataku. Ini adalah hal yang paling aku tunggu selama ini. Selama berpuluh-puluh tahun. Memakaikan dasi Key. Tapi, aku tak menyangka ini akan menjadi hal pertama dan hal yang terakhir untukku. Padahal bukan seperti ini yang aku inginkan. Tidak seperti ini. Aku mulai memakaikan dasi berwarna biru langit itu. Melingkarkan dasinya kekerah kemejanya yang harumnya sangat khas sekali, wanginya Key.
"Kamu tampan sekali hari ini"
"Tidak perlu memujiku seperti itu. Aku malu, tau!"
"Bahkan aku sampai jatuh hati padamu hari ini karena melihat aura ketampananmu"
"Hehehe....tidak perlu begitu memujiku"
"Apa kamu tidak pernah jatuh hati padaku?"
Key terdiam, aku tidak mampu melihat wajahnya. Aku menarik sedikit dasinya, dan sudah menjadi rapi.
"Kamu cinta pertamaku, dan cinta terakhirku. Mungkin Tuhan tidak mempersatukan kita saat ini. Tapi, kemungkinan itu aku tidak tahu kapan akan terjadi. Yang aku tahu, kamu itu istimewa"
"Tidak perlu segitunya. Cukup kamu bilang pernah. Aku rasa sudah menghiburku sepanjang tahun ini. Tapi, kenapa kamu tidak memilihku?"
"Aku takut menyakitimu. Sudah kubilangkan kamu itu istimewa. Ada ruang khusus untukmu di sini. Yang orang lain tidak bisa menggantikannya. Bahkan seseorang bernama Mia. Karena itulah, aku tak memilihmu karena aku takut sekali menyakitimu"
"Bahkan ini sudah sangat menyakitkan hatiku, Key"
Suasana hening seketika. Ruang kamar ini menjadi sempit sekali. Rasanya sesak sekali, aku harus mengeluarkannya. Ya, airmata ini aku harus mengeluarkannya.
"Maaf"
Akhirnya aku kalah oleh perasaanku. Aku menangis, membasahi kemeja putihnya. Membuat bercak aneh didasi biru langitnya.
"Sudahlah. Selamat bahagia"
Aku mengembangkan senyum tertegarku. Aku sudah bisa menerimanya. Setidaknya aku tahu alasannya mengapa dia tidak memilihku. Aku tahu itu sangat klise sekali. Tapi, aku sudah cukup senang mendengarnya.
"Ingat janjiku, aku selalu ada untukmu"
Key mengeluarkan kata-kata ajipamungkasnya yang membuat aku merasa nyaman jika berada ada didekatnya.
Aku akan mencoba kuat sampai kapanku, dan tidak akan pernah aku meminta kepada Tuhan untuk melupakannya dari dalam pikiranku.
Semenjak itu, aku pindah bekerja mengajar anak SMA.
"Selamat siang, buk. Saya murid pindahan"
Aku tercengang melihat wajahnya. Mirip sekali dengan wajah Key ketika masih SMA dulu. Setidaknya Tuhan tahu, apa yang aku inginkan. Cukup wajah yang mirip Key sudah menyenangkan hatiku selama mengajar ditempat baruku ini, selama 3 tahun berikutnya.
"Ok! Nama kamu siapa?"
"Mikey, buk. Panggil saya Key"
Aku tertawa dalam hati....
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengirim supercopy Key kepadaku.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Kamis, 03 Desember 2015
Little to Hurt
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar