Kamis, 26 Januari 2012

"HUJAN DI LANGIT SENJA" bayi yang tak di harapkan


Sudah hampir sembilan bulan ibuku mengandung. Dan sudah bulannya juga dia untuk melahirkan ku. Tetapi mengapa ayahku gundah gulana. Ternyata dia tak mengaharapkan kelahiranku, karena mereka masih hidup susah. Awalnya ayahku mencoba menerima kehadiaranku, tapi setelah aku di lahrikan rasa bencinya muncul karena aku bukanlah darah dagingnya. setelah seminggu aku bersama ibu. Kamipun dipisahkan oleh ayahku, karena alasan ekonomi keluarga yang sulit. Untuk sementara ataupun mungkin lama, aku di titipkan oleh adik nenek dari ayahku. Aku memanggil mereka Nyai dan Kai, mereka berdua hidup mewah. Kai mempunya banyak tanah dan ladang.Memang mereka hidup mewah, manusia tak ada yang sempurna mereka tidak di karuniai seorang anak satupun. Aku sangat dimanjakan, apa yang aku minta diberikan. Aku minta mainan di belikan, saat aku menagis Nyai memelukku dengan erat dan mengusap air mata dipipiku yang kotor karena daki.
Saat itu sore, langit mendung sekali dan sudah mau hujan. Kai belum juga pulang dari ladang. Nyai khawatir dengan keadaan kai yang masih belum pulang. Nyai menyuruhku untuk tetap tinggal di rumah, walaupun sendirian Nyai peraya kepadaku agar aku tidak nakal. Ketika itu aku masih berumur 4 tahun, bicaraku sudah jelas dan aku sudah mampu berlari kencang. Hujanpun turun dan aku ingin sekali bermain hujan diluar, ku melihat Nino, teman bermainku berlari riang ketika hujan turun. Keinginanankupun semakin memuncak untuk keluar. Aku beranikan diri untuk keluar, padahal Nyai sudah melarangku untuk keluar. Aku mendekati Nino dan dia sangat bergembira menyambut kedatanganku. Kami bermain bola hujan-hujanan padahal usiaku masih 4 tahun. Lalu seorang wanita datang menghampiriku dan menyuruhku untuk pulang. Aku mengenal perempuan itu, iya dia ibu kandungku. Namun pada saat itu yang aku tahu dia adalah tetangga Nyai yang baik hati selalu menolongku. Dia membawaku pulang kerumahnya, dan memandikanku lalu memakaikan ku baju.
"buat apa ank haram itu di bawa lagi" kata seorang pria yang lebih muda dari pada ibu itu.
"dia main-main hujan, jadi aku bawa pulang pak. Kasian kalau dia sakit" kata ibu itu
"jijik aku melihatnya, antarkan langsung kerumah bibi, ya. Setelah kamu mandikan" perintah pria itu.
"iya aku antarkan dia pulang"
"aku tak mengingikan bayi itu sebenarnya"
"bapak jangan berkata seperti itu"
"tapi karena kau yang memaksa untuk melahirkannya, aku setuju"
"bapak....hiks...hiks..." ibu itu menangis tersedu-sedu dan mencium pipiku dengan hikmat sekali. Dan akhirnya aku menangis juga karena takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar