Ini pertama kalinya Lika naik pesawat sendirian. Biasanya ditemani oleh Eyang
hanya sekedar menemui papa yang ada di pusat kota negara dan mamanya yang sedang berada di ujung negeri.
Lika mempunyai seorang Papa yang bekerja sebagi abdi pelayanan kesehatan masyarakat di ibukota negara. Sedang mamanya seorang abdi pelayanan pendidikan untuk mahasiswa diujung timur negeri. Orang tuanya sudah lama berpisah, bukan bercerai. Orang tuanya berpisah demi mengejar karir impian mereka masing-masing. Hingga Lika harus tinggal bersama eyangnya di sebuah desa dimana orang tua Lika menghabiskan hidup dimasa kecilnya dulu.
Lika menaiki anak tangga penghubung antara bandara dan pesawat. Walaupun sendirian Lika sudah seperti terbiasa dan berani sendirian.
Kata "hati-hati dijalan, dan hubungi aku setelah mendarat" adalah kata mujarab yang membuat Lika tersadar bahwa masih ada Kalli dan beribu penghuni langit lainnya yang sedang bersama dirinya menyebrangi pulau dari ketinggian 3600 kaki.
Setibanya pesawat nasional milik negara itu mendarat dikota pelajar Lika langsung mengabari Kalli. Tak ada balasan cepat. Lika paham hal itu, Kalli sedang kuliah. Setelah mengirimkan pesan singkat kepada sahabatnya itu, Lika langsung menghubungi pihak universitas.
Lalu Likapun bermalam di mess dekat universitas.
Kini dia terlihat sendiri. Hari-hari baru ini dimulai dengan sangat berat. Bukan berarti Lika harus menyerah sekarang. Ketika impian dari kecilnya musnah. Ketika dia harus mengikhlaskan orang tersayangnya pergi untuk meninggalkan dirinya untuk selamanya. Semua itu hanya sebagian kecil. Lika bagaikan langit, bukankah tampak indah dengan cahaya bintangnya.
Angin dipertengahan musim membawa Lika memulai kehidupan barunya.
Disuatu sore yang sedang berhujan. Lika kedatangan seorang tamu.
"Apa kau baik-baik saja , Lika?"
"Mama tidak perlu khawatir, aku sudah biasa melakukan apapun sendiri. Mama apa kabar?" Tanya Lika sekembalinya dari dapur setelah membawa senampan minuman dan makanan.
"Mama baik-baik saja. Bagaimana kuliahmu, berjalan lancar?"
"Sampai saat ini lancar, Ma"
"Mama punya banyak kenalan di kampus itu. Jika kau butuh bantuan hubungi mereka, sebut nama mama"
"Ma, Lika sudah berumur 18 tahun. Sebentar lagi 19 tahun dan tak terasa akan masuk ke 20 tahun. Lika sudah dewasa , Ma"
Mamanya terdiam sejenak. Tidak menyangka anak semata wayangnya berkata seperti itu. Dan itu membuatnya untuk berpikir, bahwa sepertinya Mama harus melepaskan karirnya. Sudah 18 tahun Lika tinggal bersana Eyangnya. Bagi Lika orang tuanya hanyalah sebagai orang tua di catatan kependudukan. Mamanya sambil menggenggam kertas salinan pengumumab beasiswa untuk Lika. Awalnya mama ingin memberitahukan Lika beasiswa tersebut. Mama punya banyak kenalan petinggi universitas. Apasalahnya memasukkan satu nama untuk menjadi Lika sebagai mahasiswa berprestasi dan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Namun, pernyataan itu tadi membuat hati mama remuk. Ternyata Lika sudah dewasa.
Hari demi hari menjalani perkuliahan, Lika merasa senang. Bertemu teman baru, mandiri, belajar giat, perpustakaan dan berkumpul dengan teman-teman satu hobi, photografi.
Jelang siang itu Lika menuju perpustakaan yang merupakan tempat favorit Lika dikala tidak ada mata kuliah. Rasanya ketika Lika masuk kedalam perpustakaan dia menemukan dunia baru. Ada banyak kehangatan disana, ada banyak pintu dunia terbuka disana.
"Permisi, disini ada orangnya?" Tanya Lika pada seorang penghuni tetap perpustakaan, sama seperti dia. Akan tetapi, Lika tidak pernah berkenalan dengannya.
Pria itu menggelengkan kepalanya. Lalu Lika pun duduk berhadapan dengan Pria berkacamata itu.
Membolak balik halaman buku mencari informasi mengenai teorema-teorema penyelesaian soal mengenai aljabar.
Suasana yang nyaman dan tak berisik juga menjadi alasan mengapa Lika menyukai perpustakaan.
"Jurusan matematika?" Tanya Pria tersebut di beberapa jam berikutnya. Lika mengangkat wajahnya dan menunjukkan buku kalkulus yang dibawanya dari rak buku sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Pria itupub juga menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Untuk mencairkan suasana Likapun mulai bertanya. Merekapun memulai perbincangan ringan yang membawa mereka pada sebuah takdir baru. Takdir di musim yang beranjak mendaki dan menurun serta menikung, hingga akhirnya langit kembali menyapa Lika.
Keakraban yang dijalin Lika menyebar seantero kampus. Pasangan serasi itu adalah julukan untuk mereka berdua. Mereka tak pernah berkencan seperti kebanyakan mahasiswa lainnnya. Mereka lebih baik membaca buku, dan berdiam sejenak lalu berbagi informasi mengenai apa yang telah dibaca setelah keluar dari perpustakaan.
"Lika, kau sedang pacaran dengan Prima?"
"Tidak"
"Lalu, mengapa kalian sering terlihat berdua?"
"Mungkin karena kami sering bersama. Hahahahaha"
Pria tersebut bernama Prima. Seorang mahasiswa pendidikan teknik. Seorang yang mirip dengan Kalli. Lika merindukan sahabatnya itu. Prima memiliki impian yang besar, bahkan Lika terkejut mendengar impian itu. Membangun sekolah gratis dengan fasilitas yang lengkap. Begitu ujar Prima pada suatu sore, ketika mereka baru selesai membaca buku mengenai sebuah impian.
"Mimpimu apa Lika?" Tanya Prima membetulkan kacamatanya. Lika dian sejenak, bukan karena bingung harus menjawab apa. Akan tetapi, impian Lika dan Prima saat itu sama.
"Sama seperti impianmu!"
"Waaah....kebetulan sekali. Ayo, sama-sama membangun mimpi kita jadi nyata" kata Prima bersemangat.
Bertemu dengan takdir bernama kebetulan, akan ada banyak kebetulan-kebetulan yang muncul dikehidupan Lika berikutnya. Walaupun Lika tahu bahwa kebetulan itu tidak ada. Tapi, Lika menyukai kata kebetulan itu sebagai bahwa langit sedang menyapa dan mengobrol dengannya. Kehidupan Lika selama dikampus sangat begitu bahagia sekali. Tidak ada yang mampu membendung kebahagian Lika bersama orang-orang baru. Bahkan hujan deraspun tak mampu menghentikan kebahagiaannya.
"Aku menyukai kehidupan ini. Kebahagiaan ini berawal dari airmata yang tak sengaja tumpah begitu banyak dimusim lalu. Bukankah langit sudah berjanji bahwa setelah turun hujan akan muncul pelangi di langit biru. Berwana warni menghiasi luasnya langit diatas sana".
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Sabtu, 05 Agustus 2017
Lika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar