Pendakian kesuksesan itu bukanlah perkara mudah, seperti mengedipkan mata setiap detik. Pendakian itu melewati banyak undukan, dan tebing yang terjal. Harus mempunyai kaki yang kuat dan fisik yang sehat serta pikiran yang jernih.
Dan itu tidak semudah teori-teori yang disampaikan oleh para motivator.
Siapa yang tidak mengenal Prima, seorang aktivis kampus yang cerdas. Di fakultas dia sudah mendapatkan nama baik. Di universitas dialah pemegang tahta tertinggi. Prima sedang berada dipuncak kesuksesannya. Karena kegiatannya yang luar biasa banyak menjadi aktivis kampus, Prima sudah jarang bertemu Lika diperpustakaan. Lika lebih sering bertemu poto Prima diselebaran kampanye miliknya. Tahun kedua ini, universitas Lika akan mengadakan pesta pendidikan besar-besaran. Seluruh siswa-siswa berprestasi seantero negeri berkumpul di kampus mereka. Mengadakan lomba cerdas cermat, serta masih banyak lagi perlombaan lainnya.
Pagi itu, ditahun kedua di musim yang baru Lika mendapatkan panggilan telepon untuk pertama kalinya dari sahabatnya itu.
"Hallo!" Sapa Lika
"Hallo, ini aku Kalli. Apa kabarnya?" Tanya Kalli, yang membuat lidah Lika terasa kelu. Dadanya terasa sesak. Mendengar suara sahabatnya yang hampir hilang diingatannya, namun di bagian hati yang lain dia merasa senang.
"Aku baik-baik saja. Kau bagaimana?"
"Aku juga baik-baik saja. Bagaimana kuliahmu?"
"Kuliahku berjalan lancar sampai saat ini. Kau bagaimana?"
"Aku sibuk sekali, ternyata menjadi seorang dokter itu tidak mudah ya"
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa"
"Kau tidak pernah mengeluh sebelumnya"
"Aku juga manusia, Lika. Manusia itu diperuntukkan untuk selalu mengeluh ketika sedang dibawah"
"Katakanlah, apa yang sedang terjadi?"
"Baiklah" ada jeda disana. Kalli harus membuat kalimat-kalimatnya menjadi sebuah kisah yang bisa dianggap oleh Lika adalah kisah yang biasa-biasa saja.
Lika mendengarkan dengan seksama, dan diakhir cerita Lika tak mampu berbicara lagi. Pergaulan, ya pergaulan anak muda. Gengsi dikalangan fakultas bonafit. Kalli, tidak bisa mengikuti hal itu semua. Kalli terjerumus kedalamnya, dunia pergaulan bebas ibukota.
"Kalli dengarkan aku. Jika kau merasa butuh liburan, datanglah kesini. Masih ada aku untukmu"
Kalli terdiam, dia tahu sahabatnya akan berkata seperti itu. Tapi, apakah Lika akan menerima sahabat lamanya itu dengan kehidupan barunya.
"Pekan depan kampus akan mengadakan pesta pendidikan seluruh negeri. Ambillah liburan kesini. Aku akan senang jika kau datang"
"Aku tidak bisa"
"Kalli, datanglah. Aku menunggumu. Aku rindu sekali"
Seperti sihir, Kalli terhipnotis dengan kalimat "aku menunggu. Aku rindu sekali"
Sedetik itu juga pikiran Kalli mengiyakan setuju dengan ide Lika, liburan ke kota pelajar.
Sepekan berlalu, Kalli membawa sekoper pakaian untuk terbang bersamanya. Dari ketinggian 3600kaki, Kalli memanfaatkan untuk berpikir. Mengevaluasi diri, bagaimana semua terjadi begitu cepat. Dia bergabung dengan kelompok orang-orang yang hanya memikirkan hura-hura, pergaulan bebas, menikmati hidup di club-club malam, dan menyelam hingga ke dalam hampa yang tak berdasar.
Pengevaluasian diri itu tersentak ketika sang pilot mengatakan bahwa mereka akan mendarat 20 menit lagi. Ternyata mengevaluasi diri itu tidak cukup waktu perjalanan 2 jam lebih itu.
Dibandara, Lika sudah menunggu cemas bercampur gembira sahabatnya itu. Dia memang benar rindu sekali. Hampir satu tahun tidak mengetahui kabar sahabatnya karena kesibukan masing-masing. Maka takdir kebetulan itupun dimulai dari sini.
Lika melambaikan tangannya ketika dia melihat Kalli yang juga melihat kearahnya. Mereka saling berlari untuk mendekat. Sejenak diam dan hening. Saling memandang diri. Dan akhirnya menyeruak pelukan kerinduan sahabat. Rada haru biru menyelimuti Lika dan Kalli.
Saat itu juga seseorang datang menghampiri reunian yang penuh suka cita itu.
"Lika" panggil Prima.
"Ini sahabatku yang aku katakan kemarin"
"Oh..." Prima tersenyum tipis.
"Ahmad Al-Kalli" kata Kalli memperkenalkan diri.
"Prima Satriadi Banglo"
"Banglo?" Dahi Kalli mengkerut. Dia pernah mendengar kata Banglo. Tidak asing sekali baginya. Tapi, dimana?
"Hotwheel. Masih ingat" tiba-tiba saja Prima angkat bicara mengenai hobinya diwaktu kecil.
"Prima anaknya Om Deri Banglo ya?"
"Hahahahaha....akhirnya. Aku kira kau tidak mengenaliku"
"Jelas aku tidak mengenalimu kalau kau tidak menyebut namamu"
Lalu Kalli dan Prima berpelukan. Dan pelukan ini adalah pelukan kerinduan teramat dalam dari seorang sahabat diwaktu kecil yang sudah hampir berpuluh-puluh tahun tiada kabar dan bertemu.
"Loh, kalian saling kenal. Kok Prima gak pernah cerita"
Lika kebingungan, dan tiada yang perduli dengab kebingungan Lika itu. Senja itu ketika langit masih menguning. Tiga orang dipertemukan dalam sebuah takdir bernama kebetulan.
Kebeteluan Kalli menelpon Lika, hingga tercetuslah ide liburan Kalli. Dan karena Kalli liburan mendadak itu maka Kalli bertemu dengan sahabat kecilnya itu. Sungguh ini sebuah anugerah, dipenuhi kisah bersama sahabat yang diisi dengan kerinduaan terdalam.
Malam itu Kalli menginap di rumah Prima. Bertemu dengan keluarga Prima yang sudah lama tidak berjumpa. Melepas rindu sambil berbincang di ruang makan. Banyak hal yang berubah, ternyata Om Dery-papanya- Prima sudah tiada. Kalli turut berduka untuk itu.
Sementara Lika kembali ke kos setelah menjemput Kalli dari bandar. Mereka bertiga berpamitan. Dan besok akan berencana untuk keliling kota pelajar bersama.
Dibalkon rumah, Prima yang sedang asik memetik gitar tuanya hadiah dari papa tercinta ketika dia kelas 5 SD mendapatkan nilai terbaik disekolah.
"Bicara mengenai Lika. Bagaimana kau mengenalnya?" Tanya Kalli sambil menyeduh teh jahe hangat yang dibuat oleh mamanya Prima.
"Hm...panjang ceritanya. Intinya, kami sering bertemu diperpustakaan. Dan saling sapa, itupun menunggu waktu beberapa bulan untuk berkenalan. Kau tahu, aku ini pemalu soal berteman dengan perempuan.
"Lika gadis yang hebat, Prim"
"Hu um. Oh ya, ada rangka apa kau libur kesini?"
"Hm...Lika yang menyuruhku untuk liburan. Aku cuti kuliah 1 semester ini"
"Kok gitu?" Tanya Prima heran. Anak laki-laki berkacamata ini dikenal jenius dulu ketika bermain hotwheel.
"Lika tahu kalau kau cuti 1 semester?apa penyebabnya?"
"Lika belum aku beritahu, mungkin setelah liburan ini akan kuberi tahu dia. Ibukota itu kejam, Prim. Aku tergiur segala gemerlap ibukota. Apalagi mahasiswa kedokteran yang terkenal bonafit. Anak-anak orang kaya. Aku terikut arus dunia pergaulan. Malam itu, disalah satu rumah temanku. Kami sedang berkumpul menyelesaikan tugas perkuliahan kami. Karena merasa bosan dan kelelahan, salah satu teman kelompokku mengajak ke diskotik tetdekat. Katanya menghilangkan penat. Aku ikut. Sampai disana aku dicekokin beberapa minuman yang aku tidak sadar, bahwa aku sedang meminum hal yang dilarang. Suasana diskotik ramai sekali, riuh musik menggema menghentak-hentakkan lantai dansa. Semua orang bergoyang tidak karuan mengikuti irama musik. Aku, aku masih terduduk disofa yang empuk itu dan terlelap tidur. Keesokan paginya aku sudah berada di sebuah kamar temanku. Dan itu amat sangat memalukan, Prim. Temanku berada di sampingku. Seorang wanita" leher Kalli tercekat. Lelehan airmata penyesalan mengalir lembut dipipinya. Rasanya ingin dia terjun ke lubang penyesalan.
"Lalu?"
"Aku malu"
"Hm...hal semacam itu mungkin bagi mereka sudah biasa. Aku juga pernah dijebak seperti itu oleh temanku. Sejak itu aku memilah milih teman. Dan akhirnya aku bertemu Lika. Aku yakin dia wanita yang baik"
"Lika memang wanita yang baik dan hebat, Prim"
"Lika tahu?"
"Dia hanya mendengarkan sebahagian saja. Dia tidak tahu aku sudah melakukan kesalahn terbesar dengan seorang wanita"
Malam itu sebelum ternyenyak tidur. Airmata penyesalan itu kembali lagi mengalir dalam balutan dinginnya pekat kegelapan malam. Meminta ampunan sedalam-dalamnya, agar langit tak murka menurunkan badai sekejam mata pedang menyayat kelunya hati. Tahu jiwa telah ternodai, hanya bisa pasrah dalam keampunan maaf sedalam-dalamnya. Sungguh, mendaki kesuksesan itu menempuh jalan yang sangat terjal.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Minggu, 06 Agustus 2017
Lika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar