Entahlaaaah....
Aku juga gak tau....
Kenapa manusia suka mengungkit-ungkit apa yang telah ditolongnya. Kenapa harus mengingat sebuah kebaikannya kepada orang lain. Aku masih bertanya hal itu. Ketika sebuah kebaikan yang hendaknya dibalas kebaikan, namun ketika kebaikan tidak terbalas maka akan ada rasa dendam menjalar keseluruh tubuh. Begitulah manusia sebenarnya. Dendam, ya penuh dendam yang teramat dalam ketika seseorang itu tidak membalas kebaikannya. Terima kasih atas yang telah kau lakukan itu terhadapku. Kau pernah berkata jangan mengoceh yang tidak kau ketahui sebab musababnya, tapi kenapa kau melakukan itu terhadapku. Kau tidak bertanya sebab musababnya kepadaku. Kau tularkan ilmu bersilat lidahmu kesemua orang agar semua orang tahu keburukanku. Jika ada dua sisi yang harus kau pilih, pertama atau yang kedua yang harus kau pilih. Semua sama-sama berat harus diputuskan. Itu yang terjadi, namun semuanya sirna ketika kau katakan aku tak berbalas budi. Ini akan kau rasakan ketika kau merasakan hal yang sama. Padahal kau sudah pernah merasakannya bukan, apakah itu menyenangkan. Sepanjang hari kau akan merasakan seperti makan batu kerikil. Sampai saat ini perasaan itu masih sesak, karena perkataanmu itu. Mereka semua semakin condong kearah barat sedangkan aku ditimur. Terima kasih kawan, karena perkataanmu itu membuat aku tidak akan meminta pertolongan keoada sembarang orang lagi. Karena dari situ dapat aku simpulkan, bahwa manusia itu makhluk yang gemar mengungkit-ungkit yang telah diberikannya.
Entahlaaah....
Aku juga gak tau.....
Kau taukan bahwa aku lagi ingin itu. Kau juga tau bahwa mereka juga tau kalau aku ingin itu. Tapi, kenapa kau rebut kesenangan itu dari ku. Itu sakit sekali. Bahkan lebih sakit dari aku harus memakan belati. Kau tau kan aku sangat menginginkannya. Kau juga tau kan itu. Tapi, kau rampas kesenangan itu dari dengan paksa. Kawan, ingatlah kau merebut yang bukan hakmu. Maka kau akan mendapatkan apa yang kurasakan. Padahal kau pernah merasakan juga bagaimana kebahagianmu direbut orang lain, sakit sekali kan, bahkan sekian lama bahagiamu hilang, masih membekas lukanya. Kau tahu kan itu sangat menyesakkan dada. Aku diam dalam bekuku ketika kau merebut bahagiaku. Aku tak mampu berbicara, karena aku tak ingin kau menjadi kecewa terhadapku. Berkali-kali kau mencoba menyakinkan bahwa kau berhasil merebutnya dariku. Dengan wajah kemenanganmu kau telah berhasil mengalahkanku. Tidak kawan, kau salah ini pelajaran berharga bagiku, sangat berharga sekali. Karena ini menjadi imunku untuk tetap menerima orang sepertimu dalam kehidupanku. Menerima ketidaksetiaanmu merebut kebahagianku. Tak masalah bagiku, karena aku sudah menajdi biasa menghadapi orang'orang sepertimu. Karena yang kutahu hidupmu takkan lama kawan, hanya sepanjang ujung kukumu. Kau tahu itu, hanya sepanjang ujunh kukumu, jadi buat apalah kau merebut kebahagian orang lain. Itukan namanya kau melakukan hal yang sia-sia.
Entahlah......
Aku juga ga tau....
Sedikit memaksakan kehendak itu terlalu berlebihan. Aku pernah mengalaminya. Memaksakan kehendak atas keambisiusanku untk mendapatkan sesuatu. Ternyata aku salah saat itu, aku memaksakan yang seharusnya bisa kuraih dengan cara mengalir apa adanya. Terlalu ambisius terhadap sesuatu juga tidak baik, bahkan kau dapat mengabaikan segala resiko yang kau sudah tahu pastinya. Sejak saat itu aku tidak menjadi ambisus lagi, aku ingin mengalir apa adanya. Seperti air yang mengalir pada jalurnya sendiri. Tidak menyikut atau pun mendorong kedalam jurang. Ambisi itu mengerikan, karena itu adalah memaksa diri kita untuk melakukan diatas kewajaran. Itu yang aku pelajari dari saat itu. Semua aku pelajari, semua aku ambil hikmahnya. Maka sekarang aku lebih banyak menulis daripada mengoceh. Karena tulisan bisa saja dihapus dan aku melupakannya, sedang perkataan itu adalah pengingat masal yang paling ajaib. Karena orang yang mendengarnya akan selalu ingat. Walaupun tak ada bukti, tapi manusia makhluk paling cepat mengingat yang menurutnya sebagai kelemahan lawan dan kawannya. Sekali lagi, ambisi adalah hal yang menghasilkan sebuah kesia-siaan. Tidak menghasilkan sebuah keberhasilan yang memuaskan. Kau sama-sama mendaki gunung, namun kau terlalu ambisius untuk mendakinya pada hari yang telah kau targetkan. Sedangkan temanmu juga sama mendaki gunung yang sama, namun dia tidak terlalu ambisius harus sampai disana pada hari sama denganmu. Bagi temanku dia berhasil naik puncak gunung adalah hal yang terhebat pernah dilakukannya. Sedangkan kau terfokus pada pencapaian hari yang telah kau tentukan. Kawanmu yany sedang menikmati perjalanan mendaki gunung melihat betapa indahnya lukisan Tuhan ini. Sedangkan kau, yang berambisi sesuai target sibuk dengan terfokus kepuncak tanpa melihat apa yang terjadi disekitar.
Temanmu yang masih jauh dibelakangmu, dia banyak melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat pendakian, misalnya dia melihat gunung yang longsor, pasir yang menghisap, angin yang tenang, suara kicauan elang sang pemangsa. Itu semua temanmu hadapi dan dia tahu bagaimana solusinya. Sedangkan kau yang berambisius untuk targetmu, apa yang kau dapat, hanya sebuah kemengan kecil. Kemengan kau dapat mendaki gunung paling duluan memijakkan kakimu dipuncak. Lihat temanmu, dia, apakah benar-benar kalah. Jelas dialah pemenangnya, karena dia dapat mengetahui semua solusi dari masalah yang terjadi saat pendakian. Lalu, apa yang dapat kau sampaikan ketika kau akan turun kembali, Tidak ada informasi yang kau dapat. Yang kau dapatkan hanya sebuah pencapain tercepat kau menginjakkan kaki dipuncak gunung. Lihat temanmu, dia mampu bercerita dan berbagi info harus apa yang dilakukan di saat oendakian. Apa-apa saja yang dihadapi saat pendakian. Maka tak perlulah kau terlalu ambisius terhadap sesuatu karena kau tak akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Heh.....cape' juga ne ngetik -_-
Entah apalah yang merasuki ni....
Yang penting aku menuangkannya dalam tulisanku....
Tak ada yang kusinggung
Karena aku bukan pengecut yang berani menyindir orang lewat tulisan...
Tapi ini adalah hasil curhatan aku dangan kawan dunia mayaku....
Hahahahahahahah....
Sankyu Mr. D, Ebeng, Sora, Moura, Ibel......
Semua masalah itu pasti ada solusinya
Semua itu aku tuangkan didalam tulisan ini...
Buat Mr. D jgn terlalu ambisius dalam bisnis, bisa bangkrut entar
Buat Sora dan Moura kebahagian itu bukan sedekar perbutan yang ga penting
Buat ibel sengsara kali lah idupmu itu ya, uda ga da lagi yang percaya samamu, akibat ucapan orang-orang iri...hahahah
Ebeng you're always to be my mother ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar