Jumat, 11 September 2015

Serial Ben dan Coki - Galau -

Tak terasa sudah memasuki pembagian jurusan untuk Coki. Dia mulai bingung dengan pilihan yang ada, IPA atau IPS. Kepada siapalah dia bertanya. Ketika bertanya kepada orang tuanya.
"Mak, aku ngambel jurusan apa ya?"
"Jurusan apa maksud kau?"
"Jurusan sekolah lah mak, IPA atau IPS?"
"Akh...suka ati kau lah, cok. Yang penting bisa kau sekolah beasiswa kai gak dicabut. Uda syukur kali mamak kau ini"
"Aikh...si mamak inipun bukannya bantuin mikir"
"Eh...masih banyak yang harus aku pikirkan ,Cok. Abang kau udah sebulan tak ada kabar, adek kau yang kembar itu baru diskor dari sekolahnya karena buat onar. Jadi, mamak juga yang harus mikirkan soal jurusan kau. Kau tanyak sana sama bapak kau"
"Mamak aja malas bantu, apalagi bapak"
Keluh Coki kecewa.
"Cok" tiba-tiba ibunya memanggil memberhentikan langkah kaki Coki yang hendak kekamar tidur.
"Apa lagi, mak!"
"Apapun jurusan yang kau pilih. Yang penting kau bisa tamat sekolah, mamak uda senang, Cok. Kalau kau bisa dapat beasiswa lagi ke kuliah nanti makin tambah senang mamak kau ini" sebuah senyuman yang sudah lama tak terlihat dari wajah ibunya itu membuat Coki semangat untuk bersekolah.
Tapi, kepalanya masih dipenuhi sebuah pilihan IPA atau IPS.
Lain halnya, dirumah Ben sedang terjadi pertengkaran antara Abang dan Ayahnya. Membuat Ben tidak berkosentrasi mengerjakan tugas untuk kompetensi antar SMK. Ben mulai berang, dan keluar kamar melihat apa yang terjadi.
"Ayah, Bang Den. Uda besarnya kelen ini. Masih aja becakap ga bagus kelen. Aku mau belajar, ada kompetensi seminggu lagi antar sekolah, makin pening kepalaku liat kelen berantam"
Ayah dan Bang Den, langsung menoleh kearah Ben yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya dengan wajah geram.
"Abang kau inilah susah dibilangin. Ayah suruh nyari kerjaan malah dikamar aja kerjanya"
"Ayah kira aku dikamar diam-diam aja. Aku sedang menulis untuk kujadikan buku"
"Apa pulak, gak usah ngayal kau tinggi-tinggi kali jatuh baru tahu kau sakitnya minta ampun"
"Kan...kan...mulai lagi kelen berantam. Tolonglah, aku mau belajar" wajah Ben berubah menjadi sedih.
"Ok...kita lanjutin lagi besok, yah. Kasian si Ben. Kaya'nya dia betol-betol mau belajar"
"Yauda"
"Huft" Ben menarik nafas lega. Setidaknya pertengkaran yang tidak jelas arahnya itu terhenti. Dan dia mulai kembali belajar.
Keesokan paginya....
Hari ini Coki lebih dulu datang ke rumah Ben. Ben telat bangun karena belajar hingga mendekati subuh.
"Kenapa mata kau itu, Ben. Uda mirip ikan gembung yang baru ditangkap sama Wak Ikal"
"Ngantok kali aku, Cok. Belajar sampe subuh tadi aku"
"Umakjang, belajar apa kau?"
"Ada kompetensi antar SMK"
"Kapan?"
"Minggu depan"
"Kau kok tumben kali datang cepat?"
"Iya, pagi ini mau cepat sampe sekolah. Ada yang mau ku bahas sama Putri"
"Apa itu?"
"Pilihan jurusan"
"Maksud kau? Apa hubungannya sama putri"
"Ya...aku ngikut apa yang dipilihh putri. Kan lumayan satu kelas dengan orang yang buat semangat aku belajar dan sekolah. Hehehe"
"Akh..kok kaulah ada-ada aja ide kau itu"
"Heleh, kau juganya kan. Ngapain kau semangat kali belajar buat kompetensi. Biar di lihat sama Ayu kan?"
"Mana pulak"
"Heleh...hahahhahahaha"
"Hahahaha....iya sedikit niatnya gitu"
"Hahhahahaha...aku uda kenal kau Ben. Mana mungkin mau belajar semangat kalau gak menginginkan sesuatu"
"Hahahahaha....gilak kau"
Sesampau disekolah Ben langsung masuk keruangan klub kompetensi. Langsung belajar disitu selama seminggu. Ben tidak menyangka ada Ayu disitu, sedang duduk dipojokan sendirian.
"Pagi, ayu" sapa Ben yang sebenarnya gemetaran.
"Eh...pagi Ben"
"Kamu ngapain disini?"
"Baru selesai beres-beres buat laporan untuk Pak Ahmad"
"Oh..."
"Oh...ya kamu juga ikut jadi peserta ya!"
"Iya" jawab Ben menelan ludah karena sudah tidak menahan gemetaran kakinya.
"Semoga sukses ya, aku mendukungmu"  senyum Ayu dipagi yang cerah itu.
"Iya" Ben langsung menunduk menghidari terlihatnya rona merah dipipu hitamnya. Walaupun itu tak mungkin terlihat.
Beda halnya di sekolah Coki. Coki yang masih uring-uringan harus memilih jurusan apa. Dan lebih membingungkan , kata pertama apa yang harus diucapkan kepada Putri untuk memulai percakapan ini. Coki menggaruk-garuk kepalanya, mencoba berdiri dan duduk seperti orang gelisah saja. Sengaja, untuk membuat perhatian Putri. Benar saja Putri langsung mendekat. Metode Coki berhasil menarik perhatian Putri.
"Kamu kenapa?kok kaya' orang lagi bingung gitu"
"Eh...iya ni put. Memang aku lagi bingung"
"Bingung kenapa?"
"Milih jurusan"
"Oh...memangnya kenapa?"
"Ya bingung loh...kamu pilih jurusan apa put?"
"Aku masuk IPA. Soalnya aku mau jadi dokter gigi sih" setidaknya dari percakapan ini, Coki tahu apa yang dicita-citakan Putri. Karena ketika kelas mereka membicarakan cita-cita giliran putri tak sempat.
Akhirnya Coki, memutuskan untuk memilih IPA agar sekelas dengan Putri. Seorang anak perempuan yang selalu membuat semangat untuk pergi sekolah dan belajar.
Kegalauan itupun hilang sudah. Ketika Putri mengucapkan kata IPA. Begitu juga Ben yang sedang kacau di rumahnya atas pertengkaran antara ayah dan abangnya. Sudah menjadi semangat kembali karena ada dukungan dari Ayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar