Senin, 02 Mei 2016

Numeral

"Jiro, bisa kita bicara sebentar?" Ajak Panca
"Bisa" Jiro mengikuti Panca ke pelataran Barat.
"Apa kau gugup?" Tanya Panca
"Iya, sedikit. Walaupun sudah tiga kali simulasi, aku tetap merasa gugup"
"Sama. Ini untuk ke lima kalinya aku mengikuti misi ini. Misi pertama aku kehilangan Sijji"
"Sijji? Bukannya dia masih hidup?"
"Dia itu Sijji yang lahir setelah Sijji sebelumnya mati. Dengan memori dihapus penuh. Semua akan terlupakan dimasa lalu"
"Itu sebabnya kau tidak perlu mengetahui masa lalu mu"
Panca mengangguk pelan. "Aku adalah Panca yang kesekian kali atau aku mungkin Panca yang pertama. Akupun tidak tahu"
"Jangan-jangan aku juga seperti kalian"
"Tidak, kai berbeda Jiro. Kondisi fisikmu membuktikan kau berbeda dari kami. Kau manusia spesial dan istimewa"
"Tak perlu memujiku seperti itu"
"Jadi, aku mohon jika aku mati pada misi kali ini. Aku akan melupakanmu, melupakan segalanya"
"Jangan terlalu mendramatisir keadaan , Panca. Bukankah kita sudah berlatih selama sebulan ini"
"Kenangan-kenangan selama latihan tolong jangan lupakan. Tawa-tawa kita. Airmata kita. Kemarahan kita. Tolong jangan lupakan. Jika itupun terjadi, ingatkan aku kembali di nyawa baruku" Panca mencoba menahan airmatanya.
"Mengapa, kau begitu sedih Panca?kau kehilangan Sijji!"
"Aku kehilangan segalanya, kehilangan semangat hidupku"
"Sudahlah, jangan bersedih. Aku akan tetap menjaga kenangan itu. Kenangan bersama kita"
"Terima kasih, Jiro"
"Bagaimana dengan Duwo, Tillu, dan Ampex? Apa mereka juga mengalami hal yang sama"
"Di klan ini sudah banyak melakukan percobaan ke kawasan endemik virus sulfur acid. Aku hanya ingat baru melakukan 5 kali percobaan dan aku selamat. Itu saja yang aku ingat"
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi tentang hal itu. Sebaiknya kita istirahat, besok kita harus dalam kondisi bersemangat, bukan!"
"Hu um" jawab Panca dengan senyuman.
Bukan hanya Panca. Bahkan Sijji, juga gugup karena dia tahu apa yang akan terjadi mereka akan gagal dengan percobaan ini. Hilang ingatan dan kembali seperti sedia kala dengan memori mendasar. Tak ada kenangan masa lalu. Sijji masih menatapi, sehelai kain milik Sijji dimasa lalu. Begitu Duwo, yang masih didalam Jet Super Sonic. Memperhatikan sekeliling. Ini mungkin Jet yang kesekian kalinya yang diciptakannya. Ampex masih bergelut dengan profesor komples di laboratorium. Dan Tillu berada di ruangannya memandang foto Duwo di masa lalu. Tetes airmata Tilluh mengalir dipipinya.
Dan besokpun tiba. Seragam tim klan numeral sudah tergantung rapi diruangan A. Disana sudah ada Jiro dan Duwo. Disusul Sijji dan Panca. Dan terakhir Ampex sambil membawa sekoper serum anti sulfur yang harus mereka minum kecuali Jiro.
"Kau tak perlu meminumnya,Jiro" kata Ampex
"Ok!" Jiro mundur dari kerumanan itu.
Serum itu berguna untuk daya tahan tubuh mereka selama 48 jam selama di kawasan endemik virus sulfur acid.
Jiro memperhatikan mereka satu persatu. Mencoba mengingat betul kejadian pagi ini
"Bagaimana kalau kita foto-foto?" Ajak Jiro.
Mereka menoleh kaget dengan keinginan Jiro.
"Untuk apa?" Tanya Tilluh
"Aku hanya ingin berfoto"
"Baiklah" seru Sijji senang.
Ada raut aneh diwajah Duwo, Tilluh dan Panca.
Dan akhirnya mereka berenam berfoto bersama. Dengan senyuman semangat mengembang diwajah mereka.
Ketukan pintu ruangan A tiba.
Mereka segera keluar dari ruangan menuju pelataran Timur.
Percobaan kesekian kalinya. Tim yang sama dengan kemampuan yang berbeda. Namun Kali ini mereka membawa senjata paling ampuh. Senjata yang sangat dirahasiakan.
Numeral datang dengan wajah yang lelah. Kantung matanya terlihat jelas.
"Ada apa dengan matamu, Numeral?" Tanya Doktor Biner yang berada disebelah Sijji.
"Aku tidak bisa tidur"
"Memikirkan kami, Presiden?" Tanya Duwo sambil tersenyum lembut dan bersemangat
"Tentu saja. Kalian anak-anakku yang istimewa. Semoga kalian selamat kembali kemarkas"
"Tentu saja Presiden!" Jawab Sijji dengan tegas.
Semua sudah berkumpul. Sijji memakai topi favoritnya, topi berwarna biru langit yang bertulisan I'm #1. Duwo memakai jaket kulit terbaiknya, hadiah dari Tilluh ketika siuman tahun lalu. Tilluh membawa kacamata tercanggihnya sebagai alat bantunya dalam bekerja dan meretas sistem pertahanan klan lain untuk lancar menuju kawasan endemik virus sulfur acid. Ampex seperti biasa , tak ada yang berbeda. Rambutnya masih acak-acakan. Kacamata tebalnya selalu terpasang kokoh dihidung mancungnya. Panca yang terlihat arogan, kali ini sangat terlihat seperti super hero yang sedang bersemangat. Matanya yang berbinar penuh kepercayaan diri. Sedangkan Jiro, yang belum pernah ikut misi ini sebelumnya hanya terlihat sangat gugup.
"Sudah jangan terlihat gugup seperti itu" tiba-tiba Duwo menepuk pundak Jiro pelan. Jiro tersentak dan melanjutkan keteguhan hatinya untuk misi pertamanya.
Mereka berenam memasuki Jet Super Sonic. Pintu Jet menutup perlahan. Semua akan ditinggalkan. Semua berharap mereka kembali dengan selamat.
Duwo mulai mengambil alih pilot. Duduk didepan papan yang penuh tombol. Yang hanya Duwo mengerti fungsi tombol-tombol itu semua. Sijji berada disamping kiri belakang Duwo, lalu disebelahnya ada Tilluh, selanjutnya Ampex. Dan yang berada diposisi belakang ada Jiro serta Panca. Mereka memasang sabuk pengaman. Tombol power telah di tekan. Dan semua melesat langsung dengan kecepatan super. Seperti kilat. Tilluh mulai sibuk dengan kacamatanya. Menentukan dikoordinat mana mereka harus berjalan. Agar tidak diketahui radar infra merah milik klan lainnya.
"Kearah 110° lintang timur , belok ke arah tumur laut kecepatan 150 km/permenit. Kurangi kecepatan. Ada radar aneh didepan. Akan aku singkirkan itu. Sebentar" Tilluh mulai mendeteksi keadaan. Keseriusannya melihat dari kacamata super canggih. Fokus. Tidak boleh ada yang mengganggu.
"Aman!" Lanjutnya
"Bagaimana sekarang. Sistem keamanan Klan Flora dan Fauna sudah kuretas. Dan kita dapat santai di daerah sana. Mengisi amunisi di pemberhentian pertama"
"Kau yakin Tilluh?" Tanya Duwo yang masih menekan beberapa tombol penting yang berwarna warni
"Yakin sekali. Kau tak percaya padaku, Duwo?"
"Hahahaha...baiklah"
Kecepatan Jetpun dikurangi. Mereka akan berhenti diperberhentian pertama. Sebuah lahan yang mereka ciptakan untuk mengisi gas udara.
"Sudah saatnya kita memakai senjata itu" kata Sijji.
"Iya. Aku sudah menuliskan strateginya" Panca menyalakan proyektornya. Sebuah meja bundar sudah berada didalam Jet itu muncul dari bawah.
"Silahkan, Panca" suruh Sijji.
"Baiklah, untuk strategi pertama. Jika Jet ini tidak tembus dari radar infra merah klan semesta. Kita harus memakai jet cadangan. Ada 5 jet disini, aku akan bersama Jiro"
"Tidak!" Bantah Sijji sambil memandang ke arah Panca dengan ketidaksetujuannya. Namun, sebelum memberi alasan berikutnya, Sijji sudah dikalahkan oleh mata Panca yang membujuknya untuk setuju.
"Baiklah" kata Sijji menarik nafasnya
"Oke, kita lanjutkan. Jet pertama dibawa Sijji akan masuk dari gerbang timur. Lalu jet kedua dibawa duwo akan masuk dari gerbang selatan. Terus jet ketiga akan dibawa Tilluh masuk dari gerbang utara dan Jet keempat akan masuk dari gerbang barat dibawa oleh Ampex. Lalu jet yang terakhir. Kami akan masuk dari gerbang langit-langit"
"Kode seperti biasa" kata Duwo
"Sebaiknya, kita menggunakan senjata ini" kata Ampex "aku khawatir soal misi beberapa tahun yang lalu. Mereka terlalu gegabah dengan strategi ini"
Panca menggeser layarnya. Sebuah video simulasi virtual ditunjukkannya.
Sebuah simulasi yang akan mereka pergunakan saat ini.
"Hei, perhentian pertama sudah dekat. Pakai helem kalian" kata Duwo melihat layar besar yang membentang dihadapannya.
Perhentian pertama sangat sepi. Ini baru 10 menit berlalu. Mengisi oksigen, karena mereka akan perlu banyak oksigen untuk masuk kedaerah endemik itu. Dan persiapanpun di mulai. Segala kebutuhan sudah dipenuhi. Jet kembali meluncur diatas kawasan daerah Klan Semesta.
"Aku tahu mereka klan terendah. Tapi, kalau bicara soal keamanan mereka juaranya" jelas Sijji.
"Jadi, kriteria untuk menjadi klan terbaik itu apa?" Tanya Jiro
"Banyaknya orang-orang yang akan masuk klan melalui voting setiap 10 tahun sekali" Jelas Panca
"Ini sudah tahun keberapa?" Jiro kembali bertanya
"Sekitar 2 tahun lagi akan di buat voting besar-besaran"
"Oh"
Jet masih berputar-putar di pintu terluar sistem keamanan Klan semesta.
Tillu kembali sibuk dengan kacamata canggihnya. Sepertinya sangat sulit untuk menerobos sistemnya. Bahkan Jet Super Sonic yang tercanggihpun tidak mampu menembusnya. Tingkat infra-red pada kelas A. Mendeteksi hal sekecil atom.
"Baiklah, kita akan mengikuti cara panca" kata Tillu menyerah sambil melepaskan kacamatanya
"Ok"
Dengan sigap mereka mengatur posisi sesuai rencana Panca. Mesin Jet dimatikan secara otomatis, membiarkan Jet melayang-layang diudara dengan bantuan ikatan infra red. Jet tidak akan terlihat dengan mata telanjanh kecuali matanya memiliki sistem infra red.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar