Siara, gadis yang penuh semangat. Gadis yang setiap harinya memulai pagi dengan salam matahari.
"Selamat pagi mentari"
Sapa Siara pada hari ini, pagi yang indah. Hari yang di mulai dengan senyuman. Udara pagi yany dingin membuat segar seluruh raga. Semangat yang masih penuh. Gairah melakukan aktifitas hari ini mencapai puncaknya.
Saira, memakai seragam sekolah. Menyandang tas ranselnya yang dipenuhi buku sekolah. Tak seperti anak biasanya, kali ini Saira lebih banyak membawa buku.
Karena hari ini ada perlombaan cerdas cermat sains SMA seluruh wilayah satu. Ini kali pertamanya Saira mengikuti lomba ini.
Saira sudah berlatih beberapa hari ini. Menjawab cepat seluruh pertanyaan. Menggunakan daya pikir yang extra. Berhitung lebih cepat dari kalkulator. Semua itu Saira lakukan demi sebuah kata "menang".
Ya, menang.
Saira menaiki bus yang menuju kearah ke sekolah. Sudah banyak yang mengantri di halte bus. Disana juga ada Qey, sedang mendengarkan dialog percakapan bahasa inggris melalui eraphonenya. Serius.
"Hei!" Siara menepuk pundak Qey pelan. Qey menoleh dan tersenyum
"Pagi si semangat dunia!"
"Gak usah lebay gitu akh!!!"
"Hahahaha....tapi emang bener loh"
Saira tertawa menahan suaranya, sambil memukul pelan lengan Qey.
Bus tujuan sekolah sudah tiba. Tak banyak yang naik, sisa penumpang yang mengantri masih tersisa banyak. Qey menyilahkan Saira duduk di sebelah jendela.
Saira mengeluarkan buku latihan cerdas cermatnya. Berisi kumpulan soal-soal beserta jawabannya. Mengulang kembali pembahasan selama beberapa hari ini. Menjadi makanan untuk isi dalam otaknya.
Bus sekolah melaji sedang, angin bertiup pelan. Melayangkan helaian rambut Saira. Sesekali Saira membenarkan rambutnya. Mata Qey sesekali melirik dari sudut matanya.
"Jangan terlalu sering memandangku, entar kamu tertarik"
"Sudah"
"Sudah apa?" Tanya Saira melototkan matanya kearah Qey
"Sudah jangan ke GR-an gitu kamu. Hahahahaha"
"Hm....awas aja kalau kamu tertarik sama aku, ya"
"Emang!!!"
"Emang apa?"
"Emang aku pikirin"
"Ish....!!!jangan ganggu aku. Masih belajar!"
"Hahahahha....semangat ya!!! Aku yakin kamu menang. Juara satu" Qey mengacungkan jari telunjuknya ke udara.
"Terima kasih" Saira tersenyum senang.
Pagi yang indah berganti siang yang mulai penat. Saira duduk bersama dua temannya yang masih mengikiskan peluh bercucuran di dahi mereka. Mereka di jejerkan dengan pertanyaan yang silih berganti. Masih 3 pertanyaan yang di jawab sempurna, sisanya hanya mendapatkan nilai setengah. Wajah Saira melihatkan ketegangan di pikirannya. Mungkin predikat "menang" akan didapatkannya.
Untuk 10 pertanyaan hanya itu yang bisa diperoleh skornya memang masih mengguli di group ini. Tepuk tangan penonton bergemuruh ketika nama sekolah Saira masuk semifinal. Tinggal menunggu untuk babak berikutnya.
Jantung Saira semakin tak terhenti. Rasa gerogi itu muncul. Saira memejamkan matanya sejenak. Menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Membuka kembali matanya dan semua akan baik-baik saja.
"Dwooor!!" Kejutan dari Qey yang sudah berada di kursi belakang peserta.
"Aku takut!"
"Takut sama hantu?"
"Gak"
"Jadi?"
"Kalah"
"Hei...hei, apa perlu aku memberikan ceramah pada saat seperti ini!"
"Perlu"
"Menggunakan bahasa inggris atau"
"Qey, aku butuh ceramah dalam bahasa apapun itu"
"Okey, listen to me. Just close your. You see someone make you happy. Like your parents. Look their smile, look their laugh, just because of you. Never mind about your score, you have to reach what you want. Trust me!!!"
"Hehehehe...never mind about score. I have a goal"
"Right!"
"Terima kasih"
Memang selamanya apa yang di impikan selalu menghadirkan sebuah kenyataan yang instan. Tidak semudah itu, ini adalah bukan akhir. Pengumuman itupun di bacakan. Melihat dari skor perolehan, Saira sudah menundukkan kepalanya. Semangat yang menggebu-gebu yang sengaja di isi full, kini hanya tinggal setitik. Gairah yang diisi mencapai batas atas, kini merosot ke batas bawah. Mungkinkah ini akhir dari kerja keras yang selama ini Saira lakukan.
Apa yang kurang Saira lakukan. Tidak ada. Belajar melebihi pelajar yang lain. Ketika akhir pekan teman-teman bermain di mall ataupun menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama teman-teman yang lainnya. Berbeda dengan Saira, dia menghabiskan waktunya belajar dan belajar. Mengisi nutrisi otaknya dengan soal-soal sains. Menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dengan cepat.
Tapi, dunia tak berpihak padanya hari ini.
Dunia begitu kejam baginya. Apakah dunia tidak melihat kegigihannya untuk mencapai kata "menang" itu. Apakah dunia buta atas apa yang dilakukannya selama ini.
Menyahlahkan dunia, menyalahkannya lagi hingga puas. Posisi kedua, hanya berada di posisi kedua jauh dari kata "menang". Airmata Saira terjatuh pelan mengalir dipipinya. Bukan karena bahagia, akan tetapi meratap dalam hati. Betapa kecewanya Saira terhadap dirinya.
Sore itu, hanya sebagian serpihan kegagalan di kehidupannya. Kegagalan yang di perlihatkannya pada dunia. Kegagalan menguasai materi. Tapi, bukan hanya itu. Ada kegagalan yang sebenarnya sedang menunggunya. Kegagalan menguasai dirinya.
"Aku gak rela kalau aku berada di posisi kedua, Qey"
"Hei...hei....relakan saja. Jalan mu masih panjang"
"Sehari berapa kali kamu mendengarkan percakapan bahasa inggris, Qey"
"Aku tidak tahu pasti, seperti mendengarkan musik saja"
"Mungkin aku harus membaca buku sains seperti membaca novel" kata Saira memandang kosong bangku halte bus didepan sekolah.
"Hahahhahaha....hayolah!!kemana si semangat yang setiap paginya selalu menyapa mentari. Apa semangatnya dimakan ikan hiu, ya?"
Saira yang mengkerucutkan mulutnya.
"Apa perlu aku mengejar hiunya untuk mengembalikan semangat itu"
Saira masih cemberut.
"Hei...hei...lihat. Kali ini aku kan menyapa senja. Sore mentari!!"
Warna oranye melanyapkan kekecewaan Saira dalam tenggelamnya mentari di ufuk barat. Saira mulai kembali kedalam semangat barunya.
"Yang perlu kamu ingat. Tak penting skor berapa itu, yang penting kamu sudah meraih apa yang kamu usahakan"
"Aku belum meraih kemenangan"
"Kamu sudah menang"
"Menang apanya?"
"Menang dari juara 3. Hahahahhaahhahaa"
Qey tertawa meledek Saira.
"Hahahhahaha" Saira tertawa keras.
"Benerkan! Kamu meminta menang?"
"Seharusnya aku meminta juara satu"
"Hahahahahhahaa!!!"
Terkadang apa yang diinginkan benar-benarlah terkabulkan. Akan tetapi, hanya karena ketidak syukuran maka terjadilah kekecewaan.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Minggu, 29 Mei 2016
Si paras Semangat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar