Hari berganti hari, latihan Jiro sangat menyenangkan. Hingga Jiro lupa akan pertanyaan besar itu. Jiro sudah mulai bisa beradapatasi sepenuhnya di klan itu. Jiro mulai terkenal. Setiap kali dia berjalan sendirian selalu saja ada yang tiba-tiba menyapanya dan bergabung untuk mengobrol dengannya. Jiro sangat berubah. Pada saat pertama kali dia muncul, dia tidak terlihat istimewa. Tetapi, setelah rapat bulan lalu Jiro sangat diistimewakan. Hanya Jiro yang tidak tahu tentang itu.
Numeral turun dari Pelataran Utara. Membawa sebuah tas besi yang harus dibawanya ke Pelataran Timur.
Kapten Binomial sudah menunggu dengan seragam lengkap dengan beberapa regu timnya.
Sebuah Bus besar bersayap itu, mendarat lembut di area pendaratan. Dan pintu gerbang baja itu tertutup pelan.
"Turunkan!!" Teriak kapten Binomial melalui pengeras suara.
Pintu bus terbuka, sebuah peti keluar dengan sendirinya. Regu Kapten Binomial sigap meraih Peti besi itu.
Seseorang bertubuh besar dengan topi koboi keluar dari dalam bus bernama Raksa. Membawa tas yang sama dengan Numeral.
"Ini kuserahkan kepadamu" kata Raksa yang merupakan kurir pengantar barang
"Terima kasih Raksa" balas Numeral menyerahkan koper besi itu kepada Raksa.
Raksa kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan mengantar barang berikutnya.
Peti besi itu sudah diangkat keatas troli jalan menuju ke laboratorium. Prof. Komplex melihat peti dengan pandangan yang takjub. Sebuah peti yang dinantikannya selama ini. Akhirnya datang juga.
"Aku sungguh berterima kasih kepadamu, Numeral" Prof Komplex bergumam sambil menatap langit-langit laboratorium.
Dikamar Jiro sedang menikmati hari libur latihannya. Jiro mulai terbiasa dengan latihan-latihan. Tapi, hari ini Dia harus menikmati hari liburnya dengan beristirahat dikamarnya seharian.
Menatap jendela yang terang benderang. Hari ini berwarna biru cerah. Mungkinkah ini sedang tidak mendung.
Lamunan Jiro menembus dinding-dinding baja yang memisahkan Dia dengan ingatan masa lalunya. Hingga akhirnya, Dia tertidur pulas.
Sijji mempersiapkan peralatan yang dipergunakan untuk turun kelapangan besok. Duwo hampir selesai memperbaiki transportasi baru itu. Ampex menyelesaikan seribu botol serum berwarna hijau untuk disuntikkan kepada manusia yang terkena Virus Sulfur Acid. Tilluh masih mencoba untuk meretas sistem pertahanan komunikasi antar Klan. Dan Panca sudah siap dengan strategi untuk menuju lapangan yang sangat diperketat penjagaannya oleh Klan Semesta.
Setelah semuanya selesai mereka berkumpul diruagan A. Sijji memimpin pertemua tersebut. Mereka rapat tanpa Jiro.
"Kalian sudah menyelesaikan tugas kalian?"
"Sudah!!" Serempak mereka menjawab
"Baiklah, ini misi kedua puluh kita mendekati tanah bervirus itu. Aku tak ingin kita juga gagal kali ini"
"Aku sudah selesai membuat strateginya" kata Panca menunjukkan beberapa file melalui layar proyektor yang memantul kepapan tulis berwarna putih itu.
Sijji, Duwo, Tilluh , dan Ampex membaca dengan seksama strategi yang di buat oleh Panca. Mereka berangguk-angguk menandakan kesetujuan mereka atas semua tugas Panca.
"Kau hebat, Panca!" Puji Duwo. Wajah Panca memerah seketika itu.
"Uwow...wajahnu merona merah , Panca!" Kata Ampex sambil mengejek.
"Hahahahaha" mereka tertawa bersama.
Disaat yang sama Numeral mendapat pesan kedua dari Klan Semesta. Numeral tak habis pikir, begitu keras kepalanya Klan Semesta, mereka terlalu egois dalam hal ini.
Numeral memanggil Kapten Binomial dan Doktor Biner. Mereka berdua menghadap Numeral yang sedang menceritakan isi pesan kedua dari Klan Semesta.
"Aku sudah cukup kesal dengan pesan penuh ancaman mereka, Presiden"
"Sebaiknya kita ajukan peperangan terhadap mereka, dan minta bantuan kepada seluruh Klan" saran Kapten Binomial
"Tidak semudah itu, kapten"
"Apa Hubungan diplomatis sudah tidak bisa dilakukan lagi, Numeral?" Tanya Doktor Biner
"Aku sudah mencobanya, Biner. Tapi, mereka tetap tidak mengizinkan kita mendekati kawasan itu"
"Ada apa sebenarnya?" Tanya Kapten Binomial
"Aku tidak tahu pasti. Akan tetapi, setelah Jiro diketahui oleh mereka, sikap mereka berubah terhadap klan kita" jelas Numeral
"Jiro?" Doktor Biner mengernyitkan dahinya "apa yang kau sembunyikan , Numeral?. Ini bukan hanya sekedar anti virus itu. Apakah ada yang lain?" Sambung Doktor Biner
"Akan aku jelaskan setelah Profesor Komplex selesai dengan tugasnya"
"Jadi, Komplex tahu masalah ini?" Doktor Biner semakin curiga
Sebuah anggukan kecil dari Numeral. Kapten Binomial dan Doktor Biner saling pandang.
"Baiklah, kami akan menunggu waktu itu"
"Nanti malam, usai rapat pemberangkatan esok hari. Kira akan mengadakan rapat urgensi diruangan A"
Semua berjalan lancar. Latihan fisik, dan simulasi pemberangkatan sudah dilaksanakan. Hanya menunggu intruksi untuk membawa peralatan masuk kedalam Jet Super Sonic Satu. Jet yang dibuat oleh Duwo dengan modifikasi tercanggih. Jet yang mampu berkamuflase pada saat didaerah musuh tanpa harus terjaring oleh radar udara daerah perbatasan. Jet yang memiliki kemampuan terbang di dalam air selama seminggu. Mempunyai bahan bakar yang irit. Daya tampung yang besar. Mudah di bawa oleh siapa saja, Jet dengan pengendalo jarak jauh serta auto pilot. Tidak mempan atas serangan bom atom ataupun roket nuklir. Senjata andalan adalah laser panas yang mampu menghanguskan sepertiga bumi.
Jet yang sangat megah. Transportasi yang di sembunyikan oleh Klan Numeral dari klan-klan lainnya.
Diruang A sudah berkumpul semua orang-orang yang terlibat dalam misi kekawasan endemik virus sulfur acid. Numeral terburu-buru dari ruangannya. Memakai pakaian resmi.
Setibanya di ruangan A, dengan napas yang masih tergesa-gesa. Numeral memulai rapat itu.
"Maaf, aku tidak bisa mengikuti rapat ini sampai akhir. Ada pertemuan di kejaksaan Galaksi. Duwo, aku mohon bantu aku untuk kesana secepatnya dengan pesawat super terbangmu"
"Baik, Presiden"
Numeral beranjak dari posisinya dan keluar ruangan dengan tergesa-gesa diikuti Duwo yang akan mengantarnya ke pelataran Timur.
Duwo memberikan kunci kepada salah satu pilot pesawat super terbang itu. Memberikan identitas Duwo untuk mengaktifkan mesin. Dan pesawat super terbang itupun melesat ke udara menuju Kekejaksaan Galaksi.
Sedangkan orang-orang yang ada di ruangan A, bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya. Mengapa Numeral harus pergi ke Kejaksaan Galaksi malam ini.
Jiro, yang semakin tidak mengerti dengan keadaan yang semakin menjadi tanda tanya. Rapat dialihkan oleh Doktor Biner. Rapat itu berjalan lancar, namun masih menyisakan tanda tanya besar.
Di kejaksaan Galaksi, Numeral memasuki gedung termegah itu dengan pilar-pilar yang besar berwarna putih. Disana ada berdiri patung keadilan setinggi 5 meter menyambut kedatangan Numeral. Seseorang memakai seragam serba putih memberi hormat kepada Numeral, dan membimbing Numeral memasuki kesbuah ruangan besar dengan berisi 1000 kursi dengan meja.
"Selamat datang , Numeral!" Sapa Justice, kepala kejaksaan Galaksi
"Terima kasih, Justice. Boleh aku bertanya?"
"Sebaiknya nanti saja kau bertanya, didepan sudah berdiri pemilik Klan Semesta"
"Ada apa dengannya?"
"Aku juga tidak tahu"
Pemilik Klan Semesta, masih memaparkan materi inti dari rapat dadakan ini. Mata, Numeral terbelalak setelah foto Jiro terpampang jelas di layar berwarna putih.
"Kalian tahu, siapa dia?" Tanya Semesta
Tak ada yang menjawab, yang ada hanya bisikan-bisikan ketidak tahuan dari para peserta.
"Baiklah, jika kalian ingin tahu siapa dia. Sebaiknya kalian tanyakam saja dengan Numeral. Presiden silahkan maju ke podium" semesta seperti mencekik leher Numeral.
Ini adalah rahasia terbesar yang Numeral sembunyikan dari klan lainnya.
Kaki Numeral bergetar, karena geram atas perlakuan Semesta. Apa yang diinginkan Semesta dengan Jiro. Dengan kekesalan Numeral maju ke podium.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Minggu, 01 Mei 2016
Numeral
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar