Jumat, 20 Desember 2013

Hari yang penuh kebalauan

Pagi yang mendung ini rasanya lebih nikmat melanjutkan tidur. Tapi sebagian manusia merasa sedang cemas untuk waktu ini. Bagaimana tidak, banyak yang tak bisa tidur semalam memikirkan bagaimana dengan hari ini. Tapi ada juga yang tidak perduli dengan hari ini. Sebagian mulai pasrah dengan keadaan, apapun yang terjadi aku tetap masih hidup. Begitu pemikiran-pemikiran yang buat hati tak tenang. Disini saya juga mengisahkan seorang gadis yang pernah mengalami hal yang sama yang dirasakan sebagaian manusia hari ini.
"Ada seorang gadis yang bisa dibilang kepintarannya it standart, tidak menonjol didalam kelas, bahkan lebih terkesan pendiam. Terkadang dia juga melalukan kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Ketika hari yang sama ini terjadi pada dirinya saat itu, dia jugabtak tidur semalaman, berpikir apakah hasilnya menyenangkan atau mengecewakan. Padahal orang tuanya tidak mempermasalahkan itu semua. Sebab orang tuanya pernah berpesan ' apapun hasil rapot itu, yang penting kakak itu sudah berusaha mengerjakannya dengan cara yang jujur'. Ya....gadis itu berpikir dia sudah mengusahakannya untuk bersikap jujur disetiap tindakannya. Nah...ketika hasilnya dibagikan, dan melihat hasilnya. Ada semburat kekecewaan dihatinya. Mengapa dia dapat nilai yang pas-pasan sekali, istilah pas untuk makan. Bahkan ada nilai merah disalah pelajaran eksak yaitu matematika bernilai 5. Dan itu sangat jelas sekali membuat sedikit sedih dihati ibunya yang memang berkebetulan seorang guru matematika. Gadis itu mengurung diri dikamar karena telah membuat kecewa ibunya, dia merenung dan menangis. Apa yang harus dia lakukan?apa ibunya sedih apakah ibunya marah?. Semalamam ga keluar kamar. Sebuah ketukan pintu kamar terdengar...
"Kak...keluarlah. mama gak sedih kok kalau nilai matematika kakak 5"
Namun gak ada jawaban dibalik pintu itu.
"Nilai rapot itu bukan sebagai acuan dimasa depan kak. Sini keluarlah lihat rapot ayah sama mama dulu. Pasti kakak gak sedih lagi"
Gadis itu sangat tertarik sekali ketika disuruh melihat rapot orang tuanya.
Dia melihat raport ayahnya yang memang dulu ketika sekolah pernah mendapatkan nilai 5 dibeberapa pelajaran eksak. Dia lihat rapot ibunya yang bisa mendapatkan nilai rapot 2 kali dikelas yang sama (berarti pernah tinggal kelas)
"Lihat ini, kakak masih beruntung baru dapat 1 nilai merahnya. Liat nilai ayah hampir rata-rata merah semua. Dan liat nilai mama pernah tinggal kelas. Tapi, liat kami sekarang, ayah dan mama, apa kami kelihatan memilik masa depan yang suram saat itu? apa orang yang bernilai rendah itu suram masa depannya?. Sekarang tergantung dari diri sendiri, kalau tidak mau berubah ya tetap seperti itu selamanya"
Sigadis itu mulai mengembangkan senyumnya. Rasa hati yang kecewa itu telah sirna. Sigadis kembali bersemangat dan mengubah cara berpikirnya, bahwa hasil rapot apapun itu tidak menentukan masa depan siapapun"

Itu sepenggal kisah gadis yang sekarang sudah menjadi pendidik, dan mengajar pelajaran yang benilai merah itu. Dengan metode nilai hanyalah sebuah lambang bukan sebuah penentu.
Terima kasih emak ^^ apapun itu pelajarannya emak adalah nomor 1. Terima kasih bimbingannya selama 17 tahun.....^^
Alfatihah buat emakqwuh tercinta....^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar