Rabu, 11 Desember 2013

The Lucky Days II

Tak terasa sudah sore, namun sore pertama dipulau ini hujan gerimis. Aku sangat menyukai gerimis karena gemercik airnya membuka pori-pori otakku untuk menacari inspirasi dan aku mulai mengeluarkan notebookku sekarang aku menulis. Saat seperti ini, hanya suara cacing dalam perutku yang mampu menghentikan hobiku ini. Hari sudah gelap, dan lampu warna warni menghiasi hotel tempat aku menginap. Dan aku mulai berpikir yang aneh-aneh. Suasana romantis begini, aku masih sendiri. Kalau saja,,,,dan aku mulai berandai-andai. Suasana seperti ini aku masukkan dalam tulisanku. Karena perutku sudah lapar, aku keluar kamar dan pergi ke kafe dekat hotel aku menginap dan mendengarkan love music.
"Live music at pulau" statusku mewarnai beranda teman-temanku. Ternyata ada 1 pesan yang belum terbaca. Dan aku berharap dari dia. Kali ini aku salah, itu inbox dari sahabatku yang merengek karena aku tidak mengajaknya untuk berlibur. Entah untuk yang berapa kali aku melihat timelinenya. Tidak ada status baru. Kurasa sudah berakhirlah perjalanan khayalanku ini.
Seorang pelayan pria mendekati mejaku.
"Malam mbak, mau pesan apa mbak?" Sapanya ramah
"Malam juga. Daftar menunya mana ya?" Tanyaku yang memang tidak melihat daftar menunya.
"Ini mbak" sambil menunjuk benda yang seperti kalender duduk itu.
"Oh...kirain ini nomor meja" jawabku malu.
"Hehehe, jadi pesan apa in, mbak"
"Es kelapa muda dan chicken steak, kalau ada kentang goreng 1 porsi"
"Ok, mbak. Ditunggu ya" pelayan itu berlalu menuju kedapur.
Aku masih menikmati suasana malam romantis itu. Dibawah lampu kerlap kerlip warna warni. Dihembus oleh angin laut dimalam hari, dan baru saja selesai gerimis. Masih ada sisa-sisa air tetesan disetiap ujung tenda yang terbasahi oleh gerimis tadi sore. Kulihat disekitar, dan aku baru menyadari. Semua berpasangan, ini membuat imajinasi lumpuh sejenak. Betapa berbedanya aku sendirian ke kafe ini tanpa pasangan. Memang kebanyakan datang kepulau ini untuk berbulan madu. Sedangkan aku untuk mencari inspirasi untuk menulis. Kuhembus nafasku pelan-pelan dan berpikir jernih. Makananku datang, tak harus menunggu lama, kusantap semua dan habis. Aku rasa orang disekitarku bepikir bahwa aku sedang stres makan sebanyak itu sendiri. Yang tersisa hanya beberapa potong kentang.
"Sendirian aja neng?" Tiba-tiba suara cowo datang mendekati mejaku.
Aku melihatnya tidak jelas, karena lampunya yang tidak begitu terang. Aku merasa risih jika ada cowo yang belum kukenal mendekatiku dan pura-pura sok akrab, dan ujung-ujungnya modus. Pasti nanya nama, nomor handphone dan yang pasti nanya statusku masih single atau uda double. Klise dan sangat klise sekali. Dan aku tiba-tiba menyadari bahwa dia, kamen riderku itu juga seperti itu. Aku ini siapa, dia tidak kenal aku. Kok tiba-tiba menginboxnya, bukankah aku ini asing. Seperti aku yang tidak suka diganggu dengan orang asing terutama cowok. Namun, dibalik sisi yang lain akhirnya aku dan dia memiliki kemiripan sifat. Dan aku berterima kasih kepada orang asing itu telah membuka pikiranku yang baru. Aku mulai senyum-senyum sendiri. Kurasa orang asing itu melihat aku ngeri.
Keesokan paginya....
Bangunku disambut kicauan burung-burung dan suara deburan ombak di pantai yang dipecahkan oleh batu-batu besar. Aku terbangun dan membuka tiraiku, mentari pagi masih malu-malu untuk keluar. Ku hirup dalam-dalam nafasku dan menghembuskan kembali, terasa lega. Mencari sarapan, dibawa kekamar dan langsung menulis. Mandi, itu pekerjaan nomor seratus menurutku. Sarapanku, nasi goreng dan segelas kopi lalu aku membeli minuman bersoda serta cemilan untuk menemaniku menulis.
Langsung kubuka notebook, aku melihat halaman yang baru kutulis. Baru 40 lembar, dan itu belum ada setengah dari halaman sebuah novel. Aku mulai mengetik dan terkadang mulutku mengunyah. Inilah kerjaanku satu hari ini. Tak terasa sudah hampir malam lagi, aku benar-benar tidak memanfaatkan momen indah ini untuk sekedar berjalan kepantai atau menyelam bersama turis-turis berbikini itu. Aku fokus terhadap hobiku ini harus menghasilkan uang dan menjadi terkenal. Sedikit bosan, aku sudahi ketikanku yang sudah mencapai halaman 100. Cara menghilangkan stresku aku menyelam ke dunia maya. Membuka seluruh media sosial. Dan mengirimkan sinopsos ceritaku kesalah satu tutor di sebuah forum para penulis. Sembari itu aku membuka facebook. Ada 2 pesan masuk. Aku buka dan melihat siapa yang mengirim pesan. Ternyata salah satunya dari si kamen riderku.
"Tapi semalam sore gerimis, jadi ga keliatan sunsetnya" aku melihat waktu dia membalas inboxku, masih lima menit yang lalu.
"Bahkan sunrise juga ga keliatan. Mungkin cuaca lagi ga bersahabat"
Aku berharap langsung membalasnya.
"Ya...padahal kalau cerah sedikit aja. Pasti enak ini buat nyelam"
"Hobi nyelam juga ya...aku ga bisa nyelam, karena bisa kambuh asmaku"
"Sayang banget, padahal kata teman-temanku pemandangan alam bawah lautnya bagus banget"
"Memang sayang banget, aku kesini cuma buat nulis bukan buat mencari keindahan alam"
"Kenapa ga sekalian aja, ini view terbaik yang pernah aku kunjungi"
Aku berpikir, kami memiliki kesamaan lagi yaitu suka jalan-jalan. Hatiku berdegup kencang lagi. Walaupun dia belum menambhkan aku sebagai teman di facebooknya. Biarlah obrolan ini cukup kami berdua saja yang tau.
"Kalau uda selesai menulis, mungkin aku baru menikmati alamnya"
"Menulis apa?"
"Novel"
"Nanti kalau sudah rilis di pasaran, aku kasi gratisan ya?"
"Tentu, beserta tanda tangan. Hehehe"
"Aku tunggu novelnya"
Dia secara tidak langsung mendukungku, itulah persepsiku saat itu. Hatiku senang sekali. Novelku ditunggu oleh kamen riderku. Dia memang tipeku sekali, sesama pecinta produk jepang, otaku, serta anime-anime dan yang berbau tentang jepang. Aku cuma tersenyum kecil dan melanjutkan menulis.
Hari yang mendung tapi tak semendung hatiku yang sedang berbunga-bunga. Kalau orang psikologis bilang, perasaanku ini adalah perasaan kegilaan pada sesuatu yang belum tentu itu adalah sebuah nyata. Tapi bagiku perasaan ini adalah murni dari aku kagum dan tumbuh menjadi kegilaan yang tak terkira sehingga aku ingin mengenal dan menemuinya lebih dekat. Aku, ketika ingin sesuatu harus kudapat, bukan hanya sekedar keinginan semata aja, tapi aksinya yang kututnggu. Dan sebagian aksiku merupakan karya yang kutuangkan dalam novelku.
Tak terasa sudah hari ke tiga aku berada dipulau ini. Kerjaku hanya bangun, makan sarapan pagi lalu nongkrong di kafe live music dan dilanjutkan menulis. Setidaknya novelku sudah hampir kelar. Sebagian data sudah kuberikan ke tutorku. Dan dia menyukai ide tulisanku ini.
"Romantis banget sih" inbox dari emailku
"Hehehe....ya mbak. Ini akibat kebawa suasana romantis dipulau ni"
Aku melanjutkan tulisanku. Sampai malam kelima, novelku selesai kukerjakan. Mengirim filenya ke beberapa penerbit untuk diedit dan dicetak. Ada dua penerbit yang menyukai tulisanku. Aku memilih penerbit yang biasanya mengorbitkan cerita-cerita remaja. Karena ini memang tulisan cinta yang mempertemukan seorang penulis dan seorang pilot yang memiliki kesamaan hobi.
"Kelar juga novelnya, kalau tidak ada halangan akan terbit 3 bulan dari sekarang. "Real Love" itulah judul novelnya" aku mengupdate status di facebook.
Seperti biasa aku melihat timelinenya. 5 jam yang lalu.
"Menunggu novel dari novelis yang lagi bersemedi dipulau"
Aku dan jantungku serta jiwaku terasa mau copot, seperti dipenuhi bunga-bunga seluruh kamarku. Dia benar-benar menunggu novelku. Seandainya sudah menjadi teman di facebook aku akan berkomentar di statusnya itu dan mengucapkan terima kasih sambil pasang emo "^^" terimut menurut orang-orang jepang.
Saatnya untuk jalan-jalan keliling pulau, aku menyewa sepeda motor. Berkeliling sendiri, menikmati hari yang bagus untuk berkeliling. Ini benar-benar aku baru bisa menghirup udara yang segar sekali. Aku berhenti ditepi pantai yang sedikit orang yang berada disitu. Dan sambil mendengarkan lagu-lagu jepang koleksiku. Untuk saat ini lagu-lagu sendu, dan membayangkan apa yang kutuliskan menjadi nyata. Aku terus menyelusuri tepi pantai sambil mendengarkan lagu. Terkdang berhenti melihat aksi anak-anak yang menerbangkan layang-layang berlari kesana kemari. Senyum terkembang tanpa paksaan.
Handphoneku berbunyi, sebuah notifikasi dari facebook. 1 orang minta berteman. Aku terkejut dan mematung sejenak, dia menambahkan aku sebagai temannya.
Lalu aku menulis ke wallnya.
"Makasi, akhirnya di add juga"
"Karena aku rasa kamu orang baik"
"Hehehe, uda balik ya ke kota?"
"Belum, nanti sore"
Kulihat notifku penuh "like" statusku darinya.
"Jadi ini siang terakhir dunk dipulau?"
"Ya, kamu kapan balik?" Dia bertanya balik, sepertinya dia sudah mulai merespon.
"Aku besok baru balik, jam 2 siang"
"Kenapa ga ini sore aja. Kan bisa ketemu, sekalian minta tanda tangan. Hehehe"
"Uda kebeli tiketnya buat besok, sayang kalau dicancel"
"Tulisan kamu, bagus-bagus aku suka"
Dia memuji tulisanku, berarti dia membaca setiap noteku. Aku mendadak menjadi batu. Susah menuliskan kata apa lagi. Walaupun ini bukan pertama pujian bagiku. Tapi ini hal pertama aku dipuji oleh orang yang aku dibuatnya cinta mati.
Waktu terasa begitu cepat berlalu, dan pesawat yang di pilotin olehnya telah tebang tepat diatas kepalaku. Aku hanya bisa melihatnya dari bawah sini. Dan menembus kerangka besi itu. Kupastikan dia bakalan sekeren yang difoto.
Sebulan berlalu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar