Mr. Gombal -3-
Sabtu. Hari dimana yang membuat aku memutuskan, apakah aku harus berjalan terus atau menyudahi sandiwara ini. Sebelum hari sabtu tiba, Awan selalu saja menelpon, mengirim pesan singkat dan itu semua berisi tema yang sama. Kangen. Hanya kata kangeb yang selalu dilontarkannya. Walaupun terkadang kami bercerita masa lalu. Masa sekolah dulu. Tapi, aku tidak akan pernah bilang kalau aku pernah naksir dengannya.
Hari yang sedikit mendung. Aku kira akan turun hujan. Namun, awan tetap bersikukuh ingin nonton bareng denganku. Dia sengaja meminjam mobil orang tuanya hanya untuk menjemputku. Aku terpana atas perlakuannya. Karena aku sudah lupa bagaimana rasanya dimanja oleh seorang laki-laki. Wait...wait...lupa rasanya??? Setidaknya aku ralat kata-kata itu. Sebenarnya aku tidak pernah dimanja oleh seorang laki-laki bahkan papaku sendiri.
Sebuah mobil sedan berwarna hitam tahun 1990an telah terparkir manis didepan rumahku. Awan keluar dari mobil dan melambaikan tangannya kearahku. Sebelumnya Awan sudah memberi tahu bahwa dia akan segera sampai, makanya aku menunggu dihalaman rumahku yang sederhana ini.
"Udah lama nunggu ya?" tanya Awan sambil melihat arlojinya
"Gak, aku baru aja keluar dari dalam rumah tadi" jawabku dengan senyum sumringah.
Awan menuju pintu mobil di sebelah kiri. Dan dia membukan pintunya untukku. Dan sumpah, ini membuat aku gerogi. Membuat aku lupa bahwa aku sedang berada dibumi. Jantungku terasa aneh degupannya. Apa aku benaran suka olehnya. Sekelebat khayalan yang aneh dikepalaku. Sedangkan awan aku lihat biasa-biasa saja. Tidak kelihatan gerogi.
"Enaknya nonton film apa ya?" tanya awan mulai menstater mobilnya
"Terserah kamu aja deh, aku ikut aja"
" kamu suka drama romantis gak?"
"Eh....suka" Drama romantis, itu genre film yang aku hindari sebenarnya. Aku palinh gak suka cinta-cinta cengeng.
"Kalau gitu, kita nonton Love is Blind aja ya" sebuah film lokak yang lagi terkenal-kenalnya.
"Oke juga" Aku mengiyakan maunya. Tak apalah. Setidaknya hari senin aku bisa bercerita kepada karyawan-karyawan wanita lainnya tentang film yang lagi naik daun itu.
Bioskop Arteris. Bioskop tua yang berdirinya ketika aku menginjak usia 5 tahun. Ini bukan pertama kalinya aku menonton bioskop. Semenjak aku bersekolah aku sering ke Bioskop Arteris ini. Bisanya nonton bareng teman-teman sekolah ataupun bareng keluarga. Jadi, aku tidak terlalu canggung dengan suasananya.
" aku terakhir kesini waktu SMP" kata Awan mengenang masa lalunya
"Aku baru 2 minggu yang lalu. Hehehee" timpalku tak mau kalah.
" banyak yang berubah. Seingatku afa jualan es lolipop disudut itu" kata awan sambil menunjuk sebuah sudut sebelah kanan pintu masuk
"Iya, udah lama juga dia tidak berjualan lagi" jelasku
"Oh..ya...hari ini kamu terlihat cantik deh"
"Cantik??" aku bingung. Padahal aku cuma memakai celana jeans dan sweater doank. Tidak ada dandan. Begini dibilang cantik. Apa benar kata orang-orang. Kalau ingin melihat wanita itu cantik, ya ketika dia sedang kasmaran. Apa aku sedang kasmaran, makanya berubah auraku. Akh...!!!
"Ya cantik. Sepertinya aku mulai menyukaimu"
"Haaaaaah" aku melongo kaget."kita baru 3 hari ngobrol intensif. Baru kedua kalinya bertemu. Kamu jangan ngaco, Wan"
"Aku serius,Ra"
"Serius?" aku memasang wajah paling bloon sedunia.
"Ya...aku serius. Selama 3 hari ini, kok aku merasa nyaman ngobrol sama kamu. Jadi, aku rasa feelingku ke kamu itu gak salah"
"Sebaiknya kita pesan tiket masuk aja dulu" alihku
"Eh...iya..iya...ntar kehabisan lagi" awanpun buru-buru berlari kearah loket pembelian tiket masuk. Tidak terlalu panjang antriannya. Namun, cukup lama juga aku menunggunya didekat sebuah poster film action barat.
Treet...treet....ponselku bergetar.
"Haduh...mama lagi" aku berlari secepat mungkin ke toilet wanita.
"Halooo!" jawabku menahan napas yang sedang ngos-ngosan.
"Kamu lagi dimana sayang?" tanya mama dengan nada centilnya.
"Lagi ditoilet mam"
"Toilet mana?" tanya mama yang aku tahu dia tidak percaya.
"Toilet bioskop" jawabku akhirnya jujur.
"Bioskop. What!!! Kamu lagi ada dibioskop. Dengan siapa? Cewe atau cowo? Emang mau nonton film apaan?" ini alasan utama kenapa aku malas berkata jujur ke mama dimana keberadaanku saat ini. Pertanyaannya itu yang membuat aku bingung harus jawab yang mana duluan.
"Aku pergi bersama cowo, mam. Terus aku mau ........."
"Cowok??? Siapa dia? Pacar kamu? Kok kamu gak ada cerita ke mama?" cecar mamaku yang hobi sekali merepet.
"Dia abang kelasku waktu smp dulu ma. Bukan pacar kok" jawabku melongos.
"Terus....apa kalau gitu?"
"Cuma teman aja, ma."
Tut...tut...tut....sebuah panggilan menunggu masuk kedalam ponselku. Itu dari awan.
"Ma...ma...ntar malam aja disambung lagi ya. Da mamah....muuuuuaaach" aku memutuskan telepon dari mama. Dan segera keluar dari kamar mandi. Aku lihat awan sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita. Namun, aku tidak mengenal wanita itu. Awan menoleh kearahku. Dan tersenyum
"Kamu darimana?" tanyanya lembut
"Dari toilet" jawabku sambil melihat wanita yang sedang berdiri di hadapan awan.
"Eh...kenalkan. Ini Tasya. Temen aku waktu SMA dulu"
"Zora" aku menjulurkan tanganku
"Tasya" dan Tasya menyambutnya.
Cantik. Tinggi. Rambut ikal. Aku rasa dia seorang model amatir. Dari cara dia berdiri sudah kelihatan.
"Tasya mau nonton bareng kita" kata awan.
"Eh...kalau ganggu acara kalian berdua gak usah deh" kata tasya sungkan.
"Gak apa-apa kok" ya ampun acara yang kuanggap kencan gagal deh.
"Beneran gak apa-apa ,Ra" tasya memastikan dengan pertanyaan yang aku yakin jawabannya.
"Gak apa-apa kok, Sya" jawabku diplomatis.
"Makasi ya, Ra. Soalnya aku gak ada temen nonton" katanya sedikit manja.
"Iya..." sudah kuduga. Ini wanita kaya raya yang manja dan butuh perhatian khusus. Tapi, ya sudahlah. Memang belum rezekiku untuk jalan berdua dengan awan.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Sabtu, 09 Agustus 2014
Looking for Mr. Rainbow
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar