"Win, ada yang ingin aku katakan" kata pria yang baru saja mengantarkan aku pulang malam ini.
"Apa itu?" aku berbalik kearahnya dan menatapnya yang sedang menunduk
"Janji kamu gak akan marah?" tanyanya yang masih menunduk diatas motornya.
"Iya" jawabku mendekatinya, dan aku merasakan desiran aneh tepat dijantungku yang tiba-tiba saja berdegup kencang.
"Em..." dia masih menunduk
"Apa?" aku semakin penasaran, namun aku tidak memaksanya untuk mengatakan apa yang dia ingin katakan.
"Em..." dia masih mencari kata yang tepat, mungkin agar aku mudah mengerti.
Langit malam itu memang penuh bintang, tetapi udara semakin dingin yang menusuk keseluruh tuluanh persendianku. Yang membuat bibirku bergetar karena kedinginan..
"Kalau cuma buat aku penasaran. Lebih baik kamu pulang saja" jawabku agak kesal menunggu apa yang ingin dikatakannya.
"Aku cuma mau bilang..." tiba-tiba dia langsung memandang langit hitam berbintang.
"Iya, bilang apa sih" aku mulai bosan dengan percakapan ini.
"Aku cuma mau bilang. Selamat malam" katanya menatap wajahku dengan senyuman "licik" itu yang membuat jantung berdebar lebih kencang lagi.
"Aku pikir..." sekarang gantian aku yang menunduk malu karena sudah salah pengertian.
"Kamu pikir apa? Pasti mikir yang aneh-aneh ya?" katanya menunjuk hidungku dengan gaya mengejek.
"Gak kok" aku melemas dan langsung berbalik arah.
"Hei..."
Aku tidak mendengarkan kata-katanya lagi. Aku langsung pergi kearah rumahku.
"Tunggu, win. Aku belum selesai"
Aku tidak memperdulikan teriakannya. Aku masih berjalan menunduk malu dan kecewa. Padahal aku berharap bukan hanya kata selamat malam yang terucap. Tapi, hal yang lain, hal yang sangat ingin aku dengarkan langsung dari mulutnya yang selalu tersenyum manis dan membuatku tidak bisa menahan senyum ketika membayangkannya.
"Win" dia menarik tanganku
"Aku belum selesai"
"Aku juga tahu itu belum selesai. Kamu pasti juga bilang. Jangan lupa cuci kaki dan minum obat cacing dan baca doa sebelum tidur" jawabku menunduk karena menghindari wajahku yang mulai berubah menjadi kecewa.
"Hahaha...kamu sok tahu. Seolah-olah kamu itu dukun yang sok tahu apa yang aku pikirkan. Tapi, aku suka hal itu. Karena cuma kamu yang ngerti aku. Cuma kamu yang tahu aku. Cuma kamu. Cuma kamu yang bisa memahamiku. Walaupun aku tahu kamu itu cuek dan tidak pernah memperhatikanku. Tapi aku tahu cuma kamu yang ada disetiap aku butuhkan. Jadi, kira-kira aku salah tidak. Kalau aku menginginkan hubungan ini bukan hanya sekedar pertemanan yang sudah lama terjalin" katanya panjanh lebar sambil menunduk yanh tidak berani menatap wajahku. Sedangkan aku hanya melongo karena bingung harus menjawab apa. Karena aku belum begitu yakin dengan jawabanku ini. Jika kujawab iya, jika suatu hari nanti hubungan kami putus ditengah jalan apakah aku dan dia mampu tetap seakrab seperti ini. Jika aku menjawab tidak maka aku membohongi diriku sendiri. Aku juga merasakan hal yang sama. Sama seperti cowo yang sudah lama aku kenal ini. Aku bingung. Aku diam didinginnya embun malam yanh mulai membasahi kelunya bibirku untuk menjawab soal yang diberikannya.
"Jadi?" katanya membuatku tersadar dari beribu pikiran-pikiranku bercabang.
"Aku...aku"
"Gak perlu ini malam jawabnya. Besok juga gak apa-apa kok. Kamu pikirkan ya" katanya tersenyum manis di tepat pukul 23.55.
"Hu um"
"5 menit lagi aku tunggu jawabannya" katanya melihat arlojinya
"Hah....5 menit lagi. Tapi, katanya besok?" jawabku
"Sekarang sudah pukul 23.55"
"Apa??? Curang kamunya" aku mulai panik. Tingkahku menjadi aneh, menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Melihat kesembarang arah ketika dia melihatku. Aku salah tingkah.
"Jawab saja iya" katanya tersenyum
"Eh..." aku tersedak namun tak mampu menelan ludahku.
"Aku gak memaksa harus jawab iya, tapi kalau dijawab iya itu lebih baik aku rasa"
"Curang...curang. Sugestinya gak bener itu"
"Itu jawaban paling benar. Hahahaha" dia tertawa lepas. Aku suka dia ketika tertawa lepas seperti itu.
"Kurasa kamu sudah tahu jawabannya. Aku masuk kerumah dulu" aku langsung berlari ke dalam rumah dan meninggalkannya sendiri didepan rumahku.
"Hoi...aku ditinggal gitu aja" teriaknya.
Malam ini, tepat pukul 23.59. Dalam hatiku menjawab "ya" atas pertanyaan temanku itu. Namun, dia belum tahu atau sudah mengetahuinya.
Treet...treeet...ponselku bergetar
"Jangan biasakan seperti itu. Lari masuk kerumah sembarangan. Tanpa melihat aku pergi. Kalau aku di culik sama om-om ganteng, entar kamu kecarian teman seganteng aku menghilang"
Hahahaha....
Aku tertawa tertahan dikamarku.
"Wek...wek...sekalian om-om gantengnya dijadikan alat buat nyari duit" balasku tersenyum-senyum sendiri.
"Aku pulang. Semoga mimpi indah"
"Iya"
"Yes...jawabnya iya. Makasi :)"
"Aku dijebak"
Tapi, yasudahlah. Memang itu yang ingin aku katakan.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Sabtu, 30 Agustus 2014
Ada yang ingin aku katakan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar