Mr. Gombal -1-
"Urghhhh"
Aku melemaskan seluruh tulang-tulangku. Hari ini, aku menghabiskan hariku dengan menonton drama yang beberapa hari yang lalu aku download. Karena tidak sempat menonton aku habiskan semuanya hari ini.
Tak banyak pelajaran yang aku tarik dari menonton drama itu. Seperti biasa hanya menguatkan diri saja. Bahwa tidak semua yang kau harapkan sesuai dengan keinginanmu.
"Pergilah mengejar mimpimu, sampai kau merasa lelah..." nada dering ponselku berbunyi. Sepenggal lirik lagu penyemangatku minggu ini. Kejarlah mimpimu yang dinyanyikan oleh group band terkenal saat ini.
"Hallo!!"
"Hallo, apakah ini zora?" tanya seseorang yang bernada lembut sekali
"Yup...benar sekali. Ini siapa?" jawabku sambil berpikir suara siapa itu.
"Aku Selly. Teman SMP kamu dulu"
"Owh..." aku mengkerutkan keningku. Berpikir keras. Sebuah nama yang aku lupa. Teman SMP. Aku terus berpikir sampai pada akhirnya.
"Kamu lupa ya?"
"..." aku tak menjawab. Karena aku bingung mau menjawab apa. Jika ku jawab Iya, maka itu akan membuat dia kecewa.
Jika aku menjawab tidak, aku sudah berbohong dan pada akhirnya jika dia tahu maka dia juga akan kecewa. Aku bingung. Dan masih berusaha berpikir keras untuk mengingat nama Selly.
"Kamu benar-benar tidak ingat denganku ya, zora?"
"Eh...itu...gak bener lah. Aku ingat kok" jawabku gelagapan. Mencoba menutupi bahwa aku sedang berbohong.
"Syukurlah kalau kamu masih ingat"
"Iya...hehehe" bahkan aku membuat tawa palsu sambil mengulang memory masa SMP dulu.
"Bisa kita bertemu?"
"Bertemu?" tanyaku heran. Ini bisa gawat, jika kami bertemu dan aku juga belum ingat Selly itu siapa. Bahkan aku mencoba mengingat urutan bangku dikelasku. Aku tidak menemukan keberadaan Selly di kelas itu. Ketika SMP Selly duduk dimana. "Arrggghhh...kepalaku mulai pusing"
"Bisakan kita bertemu?"
"Bisa...bisa"
"Dikafe waffel sebelah bioskop ya"
"Oke"
"Aku tunggu jam 4 sore nanti"
"Oke..."
Sekarang pukul 2 siang. Padahal masih ada 1 episode lagi untuk mengakhiri drama ini. Malah, kamar masih berantakan. Aku belum makan siang. Bahkan belum mandi dari semenjak bangun tidur tadi pagi. Apa yang harus aku lakukan. Menonton episode terakhir drama itu atau makan atau mandi atau beresin kamar.
"Aargghhhh aku bingung" teriakku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal dan membuatnua berantakan.
Hidupku, aku yang menjalaninya. Mimpiku adalah hal yang harus kujaga. Tidak akan ada seorangpun yang akan merebut hidup dan mimpiku. Karena aku akan melindungi itu semua. Tapi, kalau aku begini-begini terus aku bisa gila. Hidup dan mimpiku bakalan di patok orang lain.
Akhirnya aku putuskan untuk membereskan kamarku, lalu makan, lalu mandi. Selesai sudah pukul 3 sore. Masih ada waktu 1 jam lagi. Jarak Kafe Wafel dari rumahku tidak begitu jauh. Naik motor membutuhkan waktu 10 menit saja.
Ya...aku lupa satu hal. Aku lupa untuk tidur siang. Mataku menang terasa berat sekali setelah mandi tadi. Aku niatkan untuk tidur sebentar dan memasang alarm sebelum jam 4. Alarm di ponselku berbunyi nyaring memekakkan telingaku. Aku mengucek-ngucek mataku, dan menyipitkannya untuk melihat angka yang tertera dilayar ponselku.
"Aarrrrggghhhh" teriakkku. Disitu tertera pukul 4.00 pm. Segera ku mencuci mukaku, dan tak ssmpat untuk berbedak apa lagi dandan. Langsung aku sambar tas canglong favoriteku dan terburu-buru mengunci kamarku. Dan meluncur ke garasi menyalakan motor maticku. Memang belum ada telpon dari Selly bahwa dia sudah sampai atU belum. Aku masih terus melaju cepat. Tak perduli semburan kata-kata kasar dari pengendara lainnya. Kafe waffel dekat bioskop itu sudah tampak jelas. Aku memarkirkan motor kesayanganku. Dan masuk kedalam kafe waffel itu. Disambut 2 pelayan cantik.
"Berapa orang, mbak?" tanya salah satu pelayannya sambil menunjuk ke arah kursi yang kosong.
"Hm...2 orang mbak" jawabku mencari lokasi yang pas.
"Didalam apa diluar?" tanya pelayan itu lagi
"Diluar aja deh" jawabku menuju kursi yang sudah aku pandangi dari tadi. Berada dipojok.
Lalu kedua pelayan itu memberikan table menu. Aku hanya melihat-lihat dulu
"Nanti aja mbak, lagi nunggu temen" kataku melihat jam diponselku.
"Ya mbak" balas pelayan itu dan meninggalkan aku sendiri.
Aku kira, aku bakalan terlambat. Ternyata si Selly yang ngaku temen SMP aku lebih telat lagi. Sambil melihat sekitar, aku baru teringat bahwa aku tidak ingat siapa Selly itu.
"Pergilah mengejar mimpimu, sampai kau merasa lelah.." nada dering ponselku berdering.
"Hallo"
"Zora, kamu uda sampai ya?"
"Iya. Kamu dimana sel?"
"Aku uda didepan kafe"
"Masuk aja, aku uda disini kok. Dipojokan bagian luar ya"
"Aku bawa temen, bolehkan!"
"Boleh"
Sebuah tangan melambai kearahku. Yang aku tahu itu pasti Selly. Benar saja perkiraanku. Berarti aku berhasil berakting pura-pura mengingatnya. Akh...benar saja aku tidak mengingatnya dikelas. Kami lain kelas, dan aku baru teringat bahwa kami pernah les bahasa inggris bareng ketika SMP dulu. Dan aku melihat disebelah seorang laki-laki tinggi, berkulit sawo matang, mata agak sipit dan beralis tebal. Jantungku hampir mau copot melihat laki-laki itu. Awan. Jelas sekali itu awan. Seniorku ketika SMP. Apakah dia sedang berpacaran dengan Selly atau sudah menikah. Aku mulai gugup. Awan adalah salah satu idolaku waktu SMP dulu. Laki-laki yang bertubuh kurus itu sangat terkenal dikalangan osis. Karena Awan memang sangat ramah kepada siapa saja dan suka menolong. Aku menelan ludahku. Melihat pemandangan didepanku. Selly dan Awan. Kok malah jadi begini.
"Hai..." sapa Selly tersenyum manis
"Hai..." aku mencoba senyum senatural mungkin.
"Masih ingat sama awan gak? Senior kita waktu SMP dulu" tabya Selly seraya menarik kursi dan duduk.
"Masih" aku tersenyum kembali. Gila aja kalau aku gak ingat sama awan. Diakan orang yang pernah aku sukai secara diam-diam.
"Hai..." awan mengulurkan tangannya kearahku. Dan aku menyambutnya sambil tersenyum manis.
"Kalian sudah menikah ya?" tanyaku polos.
"Hahaha....menikah apanya. Aku dan awan ini sepupuan" jawab Selly.
"Heh...." aku baru tahu mereka sepupu. Kenapa gak dari dulu sih tahunya. Sesalku.
"Awan masih jomblo ni, mau daftar gak" jelas ini pasti candanya si Selly dan itu gak enak banget buat dijawab.
"Eh .... ada-ada aja deh" jawabku gerogi
"Hahahaha" tawa Selly masih seperti dahulu. Ringan dan renyah.
Kami memesan 3 jus jeruk dan 3 waffel stroberry ice cream. Rasanya aneh sekali. Setelah 12 tahun tidak tahu kabar bahkan tak pernah bertemu. Sekalinya bertemu disaat yang tidak terduga seperti ini. Dan yang membuat aku makin gerogi, status yang disandang Awan. Jomblo. Aku juga jomblo, jadi tidak masalahkan kalau kami saling mengenang masa lalu ketika berdua nanti. Antara senang dan gembira.
Kami bercerita masa-masa SMP dulu. Mulai dari guru sampai teman-teman yang suka jahil. Semua terasa cepat berlalu. Dan itu sangat menyenangkan sekali. Dan akhirnya kami, berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing. Aku kira, aku akan mendapatkan bonus nomor ponselnya awan. Ternyata tidak. Yasudahlah. Aku lanjut pulang kerumah.
Kamar masih berantakan. Laptop masih menyala dan jendela kamarku belum tertutup. Mandi dan makan malam. Setelab itu lanjut nonton drama yang tinggal 1 episode lagi. Dan berakhir di tempat tidurku.
Aneh rasanya hari ini. Tak ada bertanda bahwa aku akan bertemu dengan teman lamaku, terutama awan. Bahkan memikirkannya saja tidak pernah. Aku anggap hari ini bonus dalam hidupku.
Tret...tret....
Getaran ponselku sangat kuat. Sebuah pesan singkat. Dan aku membukanya.
"Hai...lagi apa? Maaf ganggu Dari : awan"
Hah...mataku terbelalak. Apa tidak salah kirim pesan si Awan.
"Hehehe...gak kok. Aku baru aja selesai nonton drama seri"
"Drama apa?pasti cinta-cintaan ya?"
"Aku kurang suka drama romantis, aku lebih suka komedi sih"
"Biasanya kan cewek-cewek suka yang romantis"
"Gak juga kok. Kamu lagi apa?"
"Lagi memikirkan kamu, makanya aku sms"
Heh....gombalan kelas kecap asin juga ni. Aku sudah bosan dengan gombalan seperti itu. Dan ujung-ujungnya minta izin mau nelpon aku. Sudah bisa kubaca itu semua. Sangat terlihat jelas sekali. Dan sekali lagi tebakanku benar.
"Ada-ada aja deh"
"Aku serius loh, boleh gak aku telpon"
Benerkan, sudah kuduga. Laki-laki memakai jurus yang sama untuk pendekatan. Dan dengan berpasrah aku mengiyakan permintaannya. Dan sudah kuduga juga hal-hal apa saja yang bakalan terjadi. Ngajak ketemuan, makan diluar dan nonton. Akhirnya aku membuat janji dengan Awan diakhir pekan ini. Nonton bioskop dan setelah itu makan di resto seafood sebelah bioskop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar