You are my
Perfect One
chapter 15
Aishiteru Longtime,
Sayonara!!
Minggu.
Mengapa ada hari minggu di minggu ini. Padahal sebelumnya hari inilah yang aku
nantikan. Karena aku bisa menghabiskan waktu untuk bermain dengan Andri. Namun,
hari ini semua akan berubah. Apakah ini akhir cerita yang kami mulai baru
beberapa bulan yang lalu. Dan akhirnya Andri yang mengakhiri cerita ini, bukan
bukan dialah yang mengakhiri, tapi ini namanya takdir. Menyalahkan takdir. Mengapa
ada akhir disetiap cerita. Aku benci
dengan akhir sebuah cerita karena bisanya tidak sesuai dengan apa yng
diharapkan.
Untuk
melihatnya berlalu pergi rasanya aku tidak tega. Lebih baik aku tidak
melihatnya, akan menambah kesedihan saja jika aku berada disana.
“Kak…ada
Andri didepan rumah” Mamaku berteriak dari luar kamarku
“Ma…bilang
sama dia. Hati-hati” Kataku menahan suara tangisku
“gak
baik loh kalau mama yang sampaikan”
“tolong
ya , Ma. Kakak mohon”
“okelah!”
Tidak,
aku tidak ingin memperlihatkan wajah sedih ini. Dia yang menyuruhku untuk tegar
dan mejadi permpuan yang cengeng.
Makanya aku memutuskan untuk tidak melihtanya hari ini. Banyak kenangan yang
telah kami buat. Mimpi yang sengaja kami bangun.
“Hei…jika
tamat sekolah nanti. Kamu mau jadi, Gis”
“Aku
ingin jadi seorang Arsitek”
‘Anak
perempuan kok jadi Arsitek. Dasar tomboy!”
“Aku
ingin membuat robot. Rasanya seru. Dan menghabiskan masa Tua di Jepang”
“Jepang?”
“Iya.
Jepang. Negeri yang canggih. Banyangkan saja sudah berapa puluh ribu mesin
mobil yang mereka buat. Motor yang sering kamu naikin dan angkot itu buatan
mereka. Hebatkan”
“Apa
dijepang dibutuhkan seorang arsitek perempuan”
“hahahaha….jadi
kamu mau kesana?”
“sepertinya
menarik”
“hahahaha….”
Janji
ke Universitas yang sama dan akan selalu bersama-sama. Ternyata itu lebih
membekas dari pada sebuah ciuman. Itu lebih membekas sekali. Setiap ucapannya
yang dijanjikannya padaku. Apakah dia telah mengingkari janjinya padaku.
“kau
harus berjanji….”
“hu
um”
Dia
selalu berkata kau harus berjanji. Tapi,
kali ini dia yang menignkari janjinya. Aku kira dia akan berbeda dengan
Ridan yang sudah membohongiku. Ternyata dia sama saja dengan Ridan. Tidak, dia
tidak sama dengan Ridan. Entahlah masih saja ada pembelaan dari dalam hatiku.
Karena aku merasa begitu dekat dengannya dan tak ingin jauh darinya. Terasa
bisa melakukan segala hal dengannya.
“ingat,
jangan pernah bergantung pada orang lain. Kerjakan segala sendiri”
Dia
selalu mengatakan hal - hal yang membuat aku teringat terus dengannya. Apakah
aku bodoh untuk menangisi hal ini. Aku harus berpisah dengan teman dekatku,
teman mengerjakan PR, teman bercerita, teman bermain dan teman segalanya.
“kau
itu lebih dari pacar. Mengerti. Jangan tanya lagi hubungan apa yang kita jalani
ini. Aku lebih suka seperti ini. Karena kita masih anak sekolah. Jangan
melakukan hal-hal konyol dengan komitmen kita selalu bersama selamanya. Itu
akan menyakitimu”
Benar
sekali, bahkan tak ada komitmen saja sudah menyakitkan seperti ini. Apalagi
jika kami untuk saling memaksa berkomitmen selamanya bersama, kurasa akan lebih
menyakitkan lagi. Entahlah, rasanya aku ingin tidur saja.
Alam
pada hari minggu ini, benar mendukung sekali. Mendung, sedikit gerimis dan
berangin. Dingin, dingin sekali. Seprtinya aku membekukan kesedihan dan
kesepian ini. Apakah kami bisa melanjutkan lagi hubungan jarak jauh ini.
Akankah sampai disini?. Apak Andri akan memegang janjinya untuk terus
berkomunikasi denganku?. Sekali lagi entahlah, rasanya mengantuk sekali. Aku
ingin tidur saja.
Ternyata
sudah gelap, angin yang masuk dari jendela masih terasa dingin. Hujan, diluar
sedang hujan. Sangat deras sekali, jikapun aku menangis dan berteriak maka
tidak akan terdengar. Ketika aku hendak membuka pintu, ada secarik kertas yang
terselip di bawah sela pintu kamarku. Kuambil dan kubaca.
“Maaf,
Aku pergi dulu. Tanpa membertahumu terlebih dahulu. Karena aku paling benci
dengan kesedihan. Terutama kesedihan yang terlihat dari wajahmu. Maaf, sekali
lagi maaf. Aishiteru Longtime, Sayonara”
Menangis,
ya menangislah. Aku benar-benar kesepian dan harus bercerita kepada siapa
tentang kesedihan dan kesepianku ini. Eva, pasti dia sedang sibuk jalan-jalan
dengan Candra, Evi aku sudah tidak mau lagi bercerita apapun kepadanya,Reni dia
tidak begitu dekat denganku, dan Sonia jika minggu ini dia pasti sibuk dengan
kegiatan diluar sekolah. Pada Mama, pasti jelas aku akan dimarahinnya. Mengapa
harus menangis tidak jelas seperti ini, padahal komunikasi bisa saja lewat
telepon.
Tapi, kurasa apakah
ini cinta pertama?