You are my
Perfect One
chapter 10
Happy Birthday and
Happy New Year
31
Desember, dipenghujung tahun dan aku masih liburan dirumah saudaraku. Seperti
biasa aku dititipkan di tempat bibiku yang memmpunyai anak yang seumuran
denganku yang sedang liburan juga. Aku tahu besok adalah ulang tahun Andri.
Namun, aku tidak bisa pulang sebelum ayah atau ibuku yang menjemput. Bagaimana
akalku untuk bisa pulang segera dan bertemu dengan Andri. Aku tidak tahu alasan
apa yang tepat untuk pulang.
“hiks…hiks….”
aku berpura-pura menangis
“Giska
kenapa?” Tanya Wenny sepupuku
“aku
mau pulang, Wen!” jawabku masih menangis
“hari
ini juga? Tapi ayah dan mama lagi pergi sampe sore. Siapa yang ngantar kamu
pulang?”
“temenin
ke warnet yuk. Aku mau telpon mamaku, supaya jemput aku kesini” kataku
“heh”
Wenny terkejut.
“yuk”
ajakku masih menangis
“iya”
jawab Wenny yang langsung mengambil dompet dan sendalnya.
Tapi,
aku masih binguung alasan yang meyakinkan orang tuaku agar menjemputku. Jika
aku mengatakan aku tidak betah disini, maka Wenny akan sakit hati mendengarnya.
Jika aku mengatakan aku kangen ayah dan mama, jelas mamaku akan marah-marah
padaku. Aku memang sengaja selalu dititipkan kepada bibiku agar aku terbiasa
hidup mandiri tanpa orang tua. Harus bisa beradaptasi dimana saja. Mamaku
selalu mengajrkan untuk hidup mandiri.
“Ma…aku
mau pulang, jemput ya?” bujukku lewar telpon
“kenapa,
Kak?” Tanya mamaku
“aku
kangen rumah” sambil menangis kali ini aku tidak berpura-pura. Aku benar-benar
menagis didalam box warnet itu.
“kakak
harus bisa hilangkan kebiasaan cengeng itu. Masa’ baru seminggu ninggalin rumah
udah mau pulang aja. Besok aja ya mama jemput, hari ini mama dan ayah ga bisa
jemput. Ayah ada kerjaan diluar, besok baru pulang” jelas mamaku
“tapi…”
aku menangis kembali. Karena aku tidak
bisa pulang hari ini dank arena aku tidak bisa bertemu dengan Andri
untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya mala mini.
“ya…besok
mama jemput”
Dan
telponnya ditutup oleh mamaku. Hati masih merasa sedih, Wenny juga merasakan
kesedihanku. Dia mencoba membujukku keluar dari box dan pulang kerumah.
“Gis…entar
malam kita liat kembang api dilapangan kota. Biasanya rame sama acara music”
Bujuk Wennya.
“hm…”
aku malas untuk menjawabnya karena aku masih sedih.
“sudah
donk, jangan nangis lagi. Aku janji deh. Entar aku bilang ke mama” Kata Wennya
sekali mencoba menghiburku dengan janjinya melihat kembang api malam tahun baru
ini.
Malam
tiba, benar saja. Kami sudah berada di lapangan yang dipenuhi lautan manusia
dan surara tiupan terompet. Ramai sekali. Tapi, aku masih tidak menikmati malam
pergantian tahun ini untuk bersenang-senang. Tubuhku memang berada dilapangan
ini. Tapi, pikiran sudah jauh di rumahku. Padahal aku ingin menjadi orang
pertama mengucapkan selamat ulang tahun untuk Andri. Sepertinya harapan itu
tidak akan mungkin terjadi. Bagaimana aku mengucapkan selamat ulang tahun
kepadanya. Mana mungkin ada wartel yang buka ini malam. Mereka semua mengadakan
penyambutan Tahun baru.
1…2…3….
Duar…duar…..
Kembang
api yang pernuh warna warni itu menghiasai langit hitam pagi ini. Tepat pukul
12 malam suara gemuruh berpuluh-puluh kembang api dibakar untuk menikmati
keindahannya.
“selamat
ulang tahun, Andri” kataku dalam hati.
Tak ada yang
mendengar. Tak ada yang tahu dibalik kesenangan malam ini. Ada seorang anak
perempuan yang seedih karena tidak bisa bertemu dengan orang yang ingin dia
temui mala mini hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Apa orang dewasa
ini tidak merasakan kesedihanku. Akh kurasa mereka hanya memikirkan hal lain
selain hal yang aku pikirkan. Intinya mala mini aku sedang bersedih dan mereka
tidak tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar