You are my
Perfect One
chapter 1
Gerimis
Namanya
Andri Lara Syah. Seorang anak laki-laki masih berumur 13 tahun dan bersekolah
disekolah negeri di daerah ini. Dan aku tinggal berdekatan dengannya. Namaku
Giska Harumsari, berumur 14 tahun dan bersekolah di SMP swasta. Aku
terkagum-kagum dengan seorang yang bernama Andri Lara Syah. Tak banyak yang
mengetahui, tentang perasaanku. Bahkan keempat sahabatku tidak menengetahuinya.
Aku pendam secara rapat-rapat perasaan ini. Andri adalah anak seorang salah
satu staff pegawai bank negeri yang ada didaerahku. Bank satu-satunya masih
negeri ditahun 2000 yang berdiri didaerah yang masih aku bilang tertnggal jauh.
Setidaknya dari segi perekonmian.
Kembali
ke Andri, dia seorang anak laki-laki yang pendiam dan sangat jarang terlihat
kumpul bersama teman-temannya. Paling tidak aku hanya tahu beberapa orang teman
yang sering berkumpul didepan rumahnya. Dan mereka adalah teman ketika SD di
kota besar yang rela datang kerumahnya hanya untuk bermain sega dirumah Andri.
Kami
selalu pergi kesekolah baersama, namun kami tak pernah menyapa. Lalu aku
menyimpulkan bahwa dia orang yang sombong. Tapi, pagi itu berbeda. Pagi yang
gerimis, dibawah pohon besar aku sedang menunggu angkot untuk kesekolah. Andri
juga berada di bawah pohon yang sama denganku. Sesekali pandanganku melirik
dari sudut mataku. Melihatnya sedang menampung titik-titik air yang jatuh
dengan pelan dan sedikit itu. Sepertinya angin ini membawa aku kedalam suasana
dimana waktu berhenti dan tak ingin melupakan momen yang indah ini. Dia,
memandang keatas dan tetesan gerimis itu membasahi seluruh wajahnya yang
terlihat pucat karena kedinginan.
Aku
mencoba ingin menyapanya terlebih dahulu. Tapi, lidahku terasa kelu sekali.
Untuk menggerakkan urat saraf bicaraku saja susah. Lalu aku memberanikan diri
melihatnya, melihat wajahnya tanpa harus melirik lagi. Dan saat itu juga dia
melihat kearahku, sambil tersenyum. Dia tersenyum, tersenyum jelas kepadaku.
Kepalaku terasa ingin lepas dari leher. Jantungnya berdegup dengan kencang. Suasana
dingin menjelma jadi hangat. Tubuhku diserang dengan perasaan aneh. Senyumnya,
ya senyumnya begitu manis sekali, ada lesung pipi tepat dipipi kirinya. Aku
ingat sekali bagaimana cara dia tersenyum padaku saat itu. Giginya yang
kelinci, dan mempunyai gingsul yang tersembul manis ketika tersenyum. Hei…dia
begitu tampan sekali pagi ini. Rasanya aku ingi teriak.
“tolong
hentikan waktu ini. Biarlah tetap begini!”
Pagi itu, semangatku
kembali menjadi seribu persen. Tak ada yang mengimbangi semangatku pagi itu.
Kali ini dunia berpihak kepadaku. Semesta dan bahkan cuaca. Dan sejak itu aku
menyukai gerimis. terutama gerimis dipagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar