Selasa, 25 Agustus 2015

Serial Ben dan Coki - belajar atau nyari pacar -

Niat utama itu adalah belajar. Menempa ilmu. Mencari teman belajar dan bermain. Jikalah mencari pacar itu urusan ke seratus. Bukan urusan yang paling pertama.
"Kau mau dapatkan pacar?"
"Iya , Bang!" Jawab Ben
"Ada 2 cara" Bang Den menggebu-gebu
"Apa itu?" Tanya Ben penasaran.
"Pertama ka harus pintar. Yang kedua kau harus kaya. Kau pilih yang mana?"
"Aku...???"
Ben memikirkan percakapan Abangnya tadi malam. Mengenai mendapatkan pacar. Sepanjang jalan, ketika Coki berbicarapun Ben tidak kosentrasi menanggapi apa yang Coki bicarakan.
"Kau kenapa? Dari tadi kutengok angguk-angguk gak jelas"
"Hah!!" Ben memasang wajah bingungnya.
"Akh...yang kurang sajennya kau, Ben"
"Gak, Cok. Aku lagi memikirkan sesuatu"
"Sukak kalilah kau memikirkan sesuatu gak jelas. Apa yang kau pikirkan?"
"Kata Bang Den, kalok kita mau dapatkan pacar bisa dengan dua cara!"
"Apa itu?" Tanya Coki penasaran
"Pertama kau harus pintar. Yang kedua kau harus kaya"
"Alahmakjang....tak dapat-dapat pacarlah aku ni. Aku tak pintar, apalagi kaya. Mamak sama ayahku cuma tukang batunya. Aikh....aikh...bakalan kaya' Bang Den lah aku ni" Coki geleng-geleng kepala.
"Apalagi aku, Cok. Samalah kita"
"Tapi ayah kau pegawe, Ben. Bisanya kau minta duit sama ayah kau"
"Akh...malulah aku. Anak laki-laki minta duit sama ayahnya"
"Hahahaha"
Disekolah Ben, sedang diperbincangkan masalah kakak kelas yang kepergok pacaran dengan siswa baru di gudang peralatan olahraga. Dan alhasilnya membuat heboh satu sekolah. Terutama Ben, yang ikut menjadi saksi  kepergoknya kakak kelas dengan murid baru. Wajah Ben murung ketika ditanyai oleh satu guru. Ben hanya menjawab apa yang dilihatnya. Beberapa yang juga menjadi saksi memberikan keterangan. Dan itu semua menjadi rahasia sang guru dan murid yang menjadi saksi. Setelah perkara persaksian Ben selesai, Ben kembali kekelas. Melewati kelas sang murid baru yang kepergok sedang berduan di dalam gudang peralatan olah raga. Murid baru tersebut sedang duduk sendiri dibangkunya. Padahal disitu ada banyak teman-temannya. Sepertinya mereka tidak perduli dengan anak baru yang membuat heboh satu sekolah. Ben hanya memandang kasian. Jika dilihat lama-lama, wajah sang murid baru itu tidak begitu jelek, bahkan ada yang berdetak kecil di dadanya Ben. Getaran yang Ben tidak tahu apa itu. Rasa kasiankah atay rasa kagum karena parasnya.
"Cok..kau lihat ga tu" kata Ben sambil menunjuk arah seorang cewek dengan rambut di kuncir buntut kuda.
"Hah!!! Kenapa dia???"
"Cantik ga?"
"Cantiklah, masa' gitu ganteng. Masih bagus penglihatanku"
"Serius aku. Cantik ga?"
"Iya cantik" jawab Coki malas-malasan.
"Namanya Ayu"
"Terus"
"Kaya' nya aku suka sama Ayu"
"Apppppaaaaaa!!!" Coki tersedak sambil terbatuk-batuk
"Iya aku suka sama dia"
"Gilak kau. Apa mau dia sama kau? Sadar diri kau. Dia itu cantik. Kau liatlah kau macam kutu loncat gini. Udahlah kecil itam pulak. Wak Mail...cak uwak ambelkan cermin dulu, wak. Biar bekaca dulu si Ben ini"
"Gak kau ingat kata Bang Den. Pintar atau kaya"
"Laaah...kau dimananya. Pintarpun gak, kayapun gak"
"Aku akan berusaha pintar dan berusaha kaya"
"Ya kalok gitu, diapun berusaha juga buat jauh-jauh dari kau, Ben. Hahahahaha"
"Akh...kau lah pulak"
Wak Mail mendekat seraya membawa cermin. Dan menyodorkan kearah Ben.
"Nak...sekolah aja kau bagus-bagus. Pintar kau belajar. Sukses kau bekerja. Bahkan lebih dari si Ayu itu wajahnya bisa kau dapatkan" jelas Wak Mail kembali kepenggorengannya.
"Wuih....betol itu wak. Aku setuju"
"Tapi, wak lama kalilah kalok nunggy kaya' gitu. Masa mudaku sia-sia tak pacaran"
"Apa pulak kau bilang sia-sia. Kalok kau bisa mengurusnya sekaligus ya bagus. Sekolah kau lancar, pacaran kau lancar ya gak masalah. Ini tibanya belajar kau susah, pacaran kerjanya berantam aja. Apa gak pecah kepala kau tu"
"Hahahaha....dengar tu kata Wak Mail"
"Wak kasi taulah, tak ada penyesalan kau kalok kau tak pacaran. Ketimbang kau tak belajar, itu lebih menyesal lagi. Uwak uda merasakan itu. Tak menamatkan sekolah, jadi tukang goreng uwak. Kalok uwak sekolah mungkin uda lain ceritanya"
"Dulu uwak pacaran?" Tanya Coki
"Tidak, tapi uwak tak menyesal. Jumpa pulak sama Wak Desi. Nikah uwak langsung sama dia"
"Hm...."
"Jadi sekolah itu niatkan buat belajar bukan buat nyari pacar"
"Betol itu wak" setuju Coki
"Tapi kan"
"Aikh...tak ada tapi-tapian. Kalok kau suka sama dia tunjukkan kalok kau itu pintar atau kaya. Beres!!! Takotnya dia tak suka pulak sama kau. Aikh makjang, apa tak sakit kali itu. Belajar kau bagus-bagus rupanya dia tak suka sama kau. Kurasa sakit kalilah itu" Wak Mail sambil menepok jidatnya
"Hahahahhaha" mereka kembali tertawa bersama
"Iya pulak"
Siang itupun berlalu cepat. Niat Ben untuk berpacaran dengan Ayu sepertinya mengalami penurunan. Awalnya memang menggebu, tapi pada akhirnya setelah mendengarkan Wak Mail berbicara, Ben berpikir ulang untuk berpacaran dengan Ayu. Setidaknya niat untuk belajar disekolah bertambah menjadi 100 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar