Karena masih baru, seperti biasa anak murid kelas X selalu memperkenalkan diri kesetiap guru yang masuk.
Maka mulailah para guru tersebut menanyai soal nama, asal SMP dan yang paling membuat kepala Ben dan Coki pusing adalah masalah cita-cita.
"Aikh...pening kali tadi aku ditanya sama guru Bahasa indonesia" keluh Coki
"Tanya apa dia?" Tanya Ben
"Ditanyaklah pulak cita-citaku" sambil mengenang kejadian tadi pagi sebelum pelajaran dimulai.
Suara riuh gaduh di kelas X-2 seketika reda ketika guru bahasa indonesia masuk kedalam kelas. Dengan wajah yang tegang dan mimik yang tidak menyenangkan. Guru tersebut memulai percakapaan dengan sapaan selamat pagi, dan disambut dengan suara gemuruh semangat anak baru. Dan sampailah disaat yang paling membuat hidup Coki berkesan. Hanya dengan sebuah kalimat, sepasang mata takjub memandang kearahnya dan itu membuat Coki malu-malu.
"Nah...kamu. Pemuda berambut ikal" jelas guru bahasa indonesia itu menunjuk kearah Coki.
"Saya, buk!!" Coki menunjuk dirinya
" iya. Sebutkan nama dan cita-citamu"
"Alahmakjang, apa pulak cita-citaku ini. Belum sempat pula kurangkai kata-kata yang mantap" keluh Coki dalam hati dengan memasang wajah heran.
"Hei..cepat. Kawanmu yang lain menunggu giliran"
"Eh...iya buk. Nama saya Coki. Cita-cita saya....." coki berhenti sejenak dan sedang memikirkan kata-kata selanjutnya. Yang terbayang hanya wajah ibunya.
"Cita-cita saya membuat senyuman diwajah ibu saya, buk. Kalau masalah kerja apapun saya siap. Asalkan itu membuat ibu saya bahagia"
Kelas mendadak sepi. Dan salah seorang dengan pandangan yang begitu bersemangat bertepuk tangan lalu diikuti teman-teman sekelasnya.
Coki salah tingkah. Dia bingung apa yang dia katakan barusan saja. Membuat tepuk tangan yang luar biasa dari teman sekelas.
"Hehehe...mantapkan cita-citaku. Ben!!"
"Hahahahha...mantap kalipun"
"Kalok kau, apa cita-cita kau, Ben"
"Akupun belum tau. Kurasa untuk saat ini cita-citaku mencarikan istri buat Bang Den lah"
"Hahahaha....kok kau pulak yang nyarikan. Itu urusan Bang Den"
"Hahahaha...kasian aku liat abangku itu"
"Mulai besok kita harus tau cita-cita kita Ben"
"Iyalah...tapi udah terpikir pulak ini aku mau jadi apa, Cok"
"Apa itu?"
"Aku mau buat robot"
"Umakjang...mantap kailah itu. Robot apa??"
"Robot perempuan"
"Hah!!!!"
"Iya buat istri Bang Den"
"Hahahhah...yang ada-ada ajalah cita-cita kau itu ya"
Hahahahhaa....
Wak Mail hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua siswa yang akan menjadi pelanggannya itu.
"Wak..wak...!" Tiba-tiba Coki memanggil wak mail yang sedang membersihkan meja depan
"Apa, nak!"
"Dulu cita-cita uwak apa?" Tanya Coki yang membuat wak mail menghentikan pekerjaannya.
"Hm...." wak Mail sepertinya berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Coki.
"Apa wak" seru Ben yang juga ingi tahu jawaban wak Mail.
"Hm...tapi janji ya,jangan kau kasi tau siapa-siapa"
"Iya wak" jawab mereka berdua semangat dengan anggukan kepala.
"Hm...uwak dulu ingin jadi tentara. Tapi, karena orang tua uwak miskin tak ada pula biaya untuk masuk tentara. Jadilah, tukang gorengan uwak sekarang. Akh...tapi pun kaloklah uwak jadi tentara tak jumpa pulak lah uwak sama wak Desi. Tak bahagialah idup uwak ni"
"Halah uwak ni, pande kali besilat lidah" kata Ben memukul meja pelan.
"Aikh...tapi, itu cita-cita uwak jadi tentara mantap juga wak"
"Udahlah nak. Apapun cita-cita kau itu, yang penting buat hidup kau bahagia. Jadi tentara uwakpun kalok tak bisa jumpa anak istri macam si Dollah itu, apalah enaknya"
"Hahahaha...iya pulak"
"Jadi, cita-cita tertinggi itu buat diri kau dan orang sekitar kau bahagia. Kurasa itu uda patenlah"
"Ikh...iya. Pantaslah kawanku betepuk tangan semua tadi. Mantap kali pulak cita-citaku." puji Coki sendiri
"Akh...masa'. Gitu ajapun, cok" kilah ben tak percaya.
"Dan kau mau tau ,ben. Yang betepuk tangan pertama kali siapa?"
"Siapa?"
"Putri, Ben. Idola SMP dulu. Dia pulak yang betepuk pertama kali. Buat aku cemana gitu jadinya"
"Jangan GR kau"
"Hahahaha...."
Cita-cita, jika ditanyakan itu kepada semua orang pasti akan berpikir keras menjawabnya. Tidak mungkin asal jawab. Yang jelas setiap orang yang berilmu memiliki cita-cita. Begitu juga Ben dan Coki.
Mulai detik itu juga. Ben dan Coki sudah memikirkan cita-cita mereka berdua. Yang penting jika ditanya tentang cita-cita mereka dapat menjawab dengan lantang.
kumpulan-kumpulan tulisanku yang sebenarnya tak berupa tulisan...hahahaha selamat membaca!!! semoga bermanfaat eaaah....
Senin, 24 Agustus 2015
Serial Ben dan Coki - cita-cita -
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar