Selasa, 04 Agustus 2015

One year

- i saw you on January -

Ini pertama kalinya aku mengikuti pelatihan di lingkungan kerjaku. Aku yang kaku terhadap orang-orang sekitar sengaja di ajukan oleh pimpinan perusahaan mengikuti pelatihan ini. Menurutku ini pelatihan yang sangat membosankan. Karena seperti biasa aku adalah orang yang tersingkir jika dalam kelompok seperti ini. Dan biasanya aku hanya sebagai orang yang gagu dalam menjelaskan ide-ide yang ada didalam kepalaku.
Aku segera membenahi semua keperluan pelatihan. Terutama bahan yang akan di jadikan materi selama pelatihan. Memerikasa kembali barang bawaan. Lalu, membuka kembali koper yang berisi pakaian. Dan memeriksanya, mana tahu ada yang ketinggalan. Ternyata semua sudah lengkap. Perlengkapan mandi juga sudah tersusun rapi didalam koper.
Menghela nafas sejenak. Dan melihat jam sudah pukul 8 pagi. Menurut surat tugas yang diberikan padaku. Bahwa para peserta pelatihan harus melapor ke panitia terlebih dahulu. Setelah itu check in ke hotel yang sudah tertera didalam surat tugas itu. Disitu tertulis jam 12 paling lama sudah melapor kepanitia.
Koper yang penuh dengan perlengkapanku sehari-hari ku geret keluar rumahku. Sembari menunggu taxi, aku mengirimkan pesan singkat ke salah satu rekan kerjaku yang menurutku bisa di percaya.
"Yan...kantor aman, kan?"
"Aman kok, Sei" balas Yana
"Syukur deh"
Sebuah taxi berwarna biru yang berlambangkan burung itu menghampiriku. Sebuah taxi yang aku pesan dari jam 7 pagi tadi. Si supir segera turun dan membawa koperku dan meletakkannya di bagasi yang berada di belakag mobil. Si supir tersenyum ramah kepadaku. Sambil bertanya.
"Mau kemana, mbak?"
"Ke hotel langit biru,pak"
Dan si supirpun melaju dengan kecepatan sedang.
Hari ini, jalanan tidak begitu macet. Tidak seperti biasanya. Lagitpun tidak terlalu cerah. Seperti aku yang sedang merasa bimbang memikirkan. Bagaimana aku dipelatihan nanti. Apakah aku akan mendapatkan teman, atau aku akan langsung dikeluarkan dari kelompok pelatihan. Begitu banyak pikiran yang hilir mudik didalam kepalaku sehingga membuat aku merasa mual.
"Sudah sampai , mbak" supir taxi itu membuyarkan lamunanku
"Oh...iya, Pak" aku mengeluarkan uang seratus ribu dan membayarkannya ke si supir taxi itu.
"Makasi ya , mbak"
"Iya, pak"
Ternyata sudah ramai di lobbi para peserta pelatihan. Mereka memadati meja resepsionis. Pandanganku keliling lobbi, mencari tempat duduk. Ada bangku kosong yang berada di sebelah kiri meja respsionis. Sembari menunggu giliran, aku melapor ke meja panitia yang bersebelahan dengan bangku kosong itu. Memberikan surat tugas yang aku bawa. Lalu aku diberikan secarik kertas yang akan diberikan ke resepsionis.
Ramai sekali. Dan tak ada satupun yang aku kenal. Mataku tak hentinya melihat sekeliling ruangan lobby itu.
"Seira?" Sebuah suara datang dari depanku. Pandanganku mengarah suara itu. Mataku menyipit, mencoba mengingat siapa yang memanggil namaku itu.
"Eh..." aku tersenyum menampakkan gigiku
"Aku Evan. Teman sekolah kamu dulu. Tapi, kita tidak sekelas"
"Evan?" Aku mencoba mengingat sebuah nama, dan itu adalah Evan.
"Lupa, ya"
"Iya. Hehehehe"
"Aku Evan, yang pernah di sukai sam teman sekelasmu si Rena"
"Oooohhh....." aku baru mengingat Evan yang dimaksud.
"Inget?"
"Eh...iya..iya. kok kamu beda banget ya. Sepertinya waktu sekolah dulu kamu kurus banget deh"
"Hehehe...pertumbuhan dan pertambahan usia juga ini"
Hatiku, sedikit lega. Setelah bertemu dengan Evan. Setidaknya ada teman mengobrol sambil menunggu check in kamar. Kami banyak mengobrol. Aku juga heran, mengapa aku bisa mengobrol banyak dengan Evan. Biasanya aku paling tidak bisa mengobrol lama dengan orang lain, apalagi dengan laki-laki. Sepertinya kisah sekolah dulu terulang lagi. Aku sering tertawa ketika Evan mulai meceritakan mengenai guru-guru. Terkadang Evan juga tertawa lepas mendengarkan keluhanku mengenai guru-guru yang suka memberikan PR banyak.
"Hehehe...senang deh ketemu teman sekolah dulu" kataku mengakhiri tawaan kami yang mulai mengundang pandangan aneh dari orang-orang sekitar.
"Iya...rasanya bernostalgia kembali. Oh..iya. Ngomong-ngomong aku boleh minta nomor handphone kamu?" Evan mengeluarkan handphonenya dari saku baju.
"Eh...boleh" aku menyebutkan angka-angka yang dimaksud. Dan Evan mulai menyentuh layar handphonenya. Dengan cepat jempol-jempolnya menari di atas layar sentuh itu.
"Kapan-kapan bolehkan aku menelponmu?"
"Eh...boleh kok"
Evan beranjak bangkunya. Kedatangan Evan ke hotel ini adalah untuk menghadiri pesta temannya yang berada dilantai 5 hotel. Dan dia melihatku yang sedang duduk sendiri, makanya dia menghampiriku. Dan akupun ke meja resepsionis mengambil kunci kamarku. Setidaknya pelatihan kali ini, aku mendapatkan kisah yang seru. Bertemu dengan Evan, teman sekolahku.
"Hai..." sebuah pesan singkat menggetarkan handphoneku. Ternyata dari nomor baru yang tidak bernama.
"Hehehe...hai juga Evan"
"Kok tau aku, Evan"
"Feeling aja!"
"Ok...simpan ya nomorku"
"Iya"
Aku langsung menyimpan nomor Evan. Sambil tersenyum-senyum aneh sepanjang lorong hotel menuju kamarku.
Sebuah tempat tidur yang sepertinya empuk itu sudah memanggil-manggilku untuk aku tiduri. Rasanya, kok beban sedikit berkurang. Aneh sekali, seperti ada yang menyihir semuanya. Bahkan tadi aku kelihatan resah dengan pelatihan ini. Tiba-tiba saja semua terasa lebih ringan.
Hei...apa yang terjadi padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar