Sabtu, 25 Desember 2010

semua itu ada hikmahnya

Dalam setiap kisah ada sebuah hikmah yang dapat dipetik dgn bijak. Jangan pernah menganggap bahwa diri ini paling hebat, bahwa diri ini paling miskin. Diantaranya agar kita melihat kebawah untuk bersyukur, dan agar kita melihat ke atas untuk melapangkan hati dan berusaha. Keselarasan ini yg akan membawa hidup kita menjadi lebih baik. Ketika banyak orang bertanya tentang apa yang terjadi besok. Mulailah berpikir bahwa besok akan mati dengan begitu perbanyaklah ibadah. Jika besok mendapat rizky yang banyak maka bekerja keraslah seolah kau hidup selamanya. Hikmah yang didapat dari semua kisah, adalah sebuah rahasia. Jika mengurutkan sebuah kejadian dan dibalik kejadian ada 1 titik hikmah yang kita tahu. Maka beruntunglah bagimu untuk mengetahuinya. Semua peristiwa itu berkaitan 1 kisah dngan kisah berikutnya. Kadang tanpa disadari, bahwa rahasia itu lama2 akan terungkap dgn sendirinya.
Kita hanya diingatkan untuk selalu mengingat apa yang telah kita ingat agar selalu teringat tentang semua dibalik sebuah hikmah peristiwa.
"tepat bulan februari tahun ini. Aku berangkat ke pekan baru dengan niat ingin mencari kerja. Sesampainya aku di pekanbaru, disambut oleh buklek dan pak lek ku. Mereka senang dengan kehadiranku. Karena, membuat suasana rumah menjadi ramai. Maklumlah, mereka termasuk keluarga kecil. Memiliki 2 anak, putra dan putri yg masih kecil.
Aku mengutarakan kepada buklek ku, niatku cuma ingin jalan2 saja. Tidak ada niat untuk mencari kerja. Padahal aku sudah membawa ijazahku, karena memang niat awal seh gitu. Tp setelah sampai disana hilang niat itu. Sebulan berlalu rasa resah ingin pulangpun bergelora. Ku beranikan diri untuk menyampaikan ke inginanku untuk balik lagi ke medan. Dengan alasan aku mau menghadiri pesta pernikahan sepupuku. Dan alasanku diterima. Tepat d'penghujung bulan maret aku pulang. Sesampai dimedan, aku mendapat kabar tentang pendaftaran s2. Lalu aku ikuti pendaftarannya. Dengan semangat yakin lu2s aku melangkah mendaftarkan diri. Ketika itu adikku yang nomor 2 mulai sakit2an. Selang, 3 minggu aku mengikuti ujian masuk s2 di salah satu kampus negri dimedan. Mau tau apa yang terjadi, aku tidak lu2s testing masuk kampus itu. Rasa kecewa membara dalam hatiku. Rasanya, bercampur aduk. Penyesalan, kekecewaan serta rasa malu yang luar biasa. Dan sampailah pada pertanyaan 'mengapa aku tidak lu2s?' secara kasat mata dpt dijawab karena aku salah pilih program pembelajaran. Tetapi dibalik rahasia ketidak lu2sanku, bahwa ada tugas yg sudah menantiku. Aku harus menjaga adikku yg sakit ketika itu".
Ini salah satu hikmah yang ku ambil dari ketidak lu2sanku untuk melanjutkan s2. Karena dibalik kegagalan ada sebuah sukses besar menanti. Akhir tahun yang luar biasa. Aku mendapatkan kesuksesan itu. Aku diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil. Alhamdulillah, aku cuma bisa mengucapkan itu.
Terima kasih telah memberikan pelajaran yang berharga, sehingga aku mampu untuk tidak pernah mengeluh dan kecewa lagi ketika merasakan kegagalan.
-hati yang bertanya-

Sabtu, 11 Desember 2010

Seharusnya Part VI episode 'aku masih menunggu'

Rasanya bagai pertama kali makan nasi. Rasa ketakutan untuk mencoba. Apakah nasi itu bisa menambahkan penyakit atau mengurangi beban penyakit. Akhirnya, aku memberanikan diri masuk ke ruang check up. Darahku diambil, lalu diteteskan ke atas kaca segi empat yang tipis. Lalu urine ku dimasukkan kedalam botol plastik kecil. Setelah check up darah dan urine. Aku langsung ke ruang USG, disana perutku diperiksa. Terbersit dalam pikirku lidahku yang sakit mengapa perut yg diperiksa. Tapi sekali lagi ya sudahlah, aku pasrah. Karena aku memang ingin tau pastinya penyakit apa ini. Setelah ke USG, aku bersama kakakku ke ruang SCANNING. Di ruang ini kami sempat ditertawakan oleh adminitrasinya.
"dek, ini scanning lidah ya?"tanya salah satu karyawan adminitrasi itu.
"iya, buk" jawab kakakku.
"mana ada scanning lidah,dek"kata karyawan yg tadi sambil tertawa pelan.
"ya, saya gak tau buk. Gitu suruh dokternya"jawab kakakku yang ku tahu dia langsung naik darah atas ketertawaan karyawan tadi.
"scanning mulut gak bisa kami dek. Kami scanning kepalanya aja"
"yaudalah, buk. Scanning pa aja lah. Yang penting periksa adik saya"kata kakakku kesal.
Setelah bernegosiasi soal harga, kakakku memilih paket umum daripada askes. Karena dia juga sudah konsultasi dengan temannya yang dibidang kesehatan. Agar cepat urusannya pake jalur umum. Kakakkupun menelpon ayah. Dan ayahpun setuju soal harga itu. Harga yang cukup fantastic hanya untuk ScANNING. Lalu aku dibawa keruang kecil, tanganku ditusuk jarum infus. Kemudian aku dibawa keruangan yg terdapat alat canggih itu. Bentuknya besar, ada lubang dibagian tengahnya. Yang ada cuma cahaya merah,kuning dan biru. Ruangan itu sangat gelap. Lalu aku disuruh berbaring diatas tempat tidur yang kemudian bergerak masuk kedalam lubang itu. Mataku ditutup dengan penutup otomatis. Aku sangat deg deg-an. Tidak begitu lama, aku langsung keluar dan melepaskan jarum infus dan meminta bantuan perawat. Seseorang yang kusayang sudah menunggu diluar. Aku lihat raut wajahnya penuh khawatir dan kelelahan. Sedangkan kakakku sibuk telpon2an dengan teman2 chattingnya. Kamipun pulang.
Keesokan harinya, kakakku tidak bisa mengambil hasil check up. Karena dia mengikuti ujian masuk S2 disalah satu kampus negeri dikota ini. Akhirnya aku minta tolong kepada orang yg kusayang agar mengantarkanku kerumah sakit. Aku tahu itu pagi sekali. Biasanya dia belum bangun. Aku sudah mengganggu tidurnya yang semalaman dia mengerjakan tugas.
Sesampai dirumah sakit aku dan orang yang kusayang menuju ruang2 tempat pengambilan hasil check up. Semua sudah diambil dan hasilnya sungguh mengagetkan. Bahwa seluruh tubuhku normal. Tidak ada keanehan dalam diriku. Tapi, kenapa lidah ini terasa sakit sekali. Lalu setelah dapat hasil check up itu aku disuruh mengontrol ulang dengan dokter yang sama.
Ini malam kakakku menelpon ayah. Agar dia ikut mengantar aku besok periksa kedokter bedah mulut lagi. Ternyata ayahku sibuk dengan kerjaannya, lalu om ku yang diutus untuk mengantarku besok kerumah sakit.
Hari ini masih pagi benar om ku sudah sampai ke kosku. Kami bersiap2 berangkat kerumah sakit. Sempat sarapan dulu di warung lontong. Suasana rumah sakit seperti biasa, masih sepi sekali.
Karena masih sepi antrianpun sedikit. Kali ini kamipun cepat ke ruang dokter bedah mulut itu. Aku bersama om ku masuk keruangan itu. Ternyata dokternya ingin mengambil daging lidahku untuk dijadikan sampel. Setelah kompromi dengan ayah, akhirnya daging lidahku diambil. Suntikan bius dilidahku tak terasa. Dokter itu terasa kasar sekali menyayat daging lidahku yang diambil sebesar biji jagung. Tapi, Ya Allah sakitnya luar biasa. Walaupun sudah pake bius. Darah terus mengalir dari lidah. Banyak sekali, seperti sudah kehabisan darah aku lemas sekali. Lalu dokter itu memberikan obat tebusan resep. Yang langsung ditebus oleh kakakku keapotek dirumah sakit aneh itu. Aku diberikan obat kumur dan obat penghenti darah. Rasanya mendenyut luar biasa. Namun, aku tahan karena aku tidak ingin melihat orang disekitarku sedih. Jalankupun terasa sempoyongan,dan aku dituntun oleh sepupuku. Kakakku memberikan sampel daging lidahku keruang lab patologi dirumah sakit aneh itu. Setelah kakakku keluar, katanya hasil labnya butuh waktu seminggu. Dan akupun harus tetap menunggu lagi. Begitu susahkah?begitu parahkah penyakitku ini?. Dan akupun masih bertanya. Menunggu seminggu memang sebentar tapi rasanya sangat berbeda kali ini yang kutunggu.

Minggu, 28 November 2010

seharusnya part V 'hasilnya sama'

Hasil dari dokter THT itu membuatku terasa bagai hujan batu yang menghantam seluruh badan dan merasuk persendianku. Aku hanya berdoa bahwa yang dibilang dokter itu salah. Keesokan hari aku pergi bersama kakakku untuk berobat kerumah sakit 'aneh' tersebut. Seperti biasa, kali ini aku bersama kakakku pergi jam 8 pagi, bermaksud biar selesai pada hari itu juga. Kami bertanya pada pegawai resepsionis tentang kedatangan dokter yang dirujukan kepadaku semalam. Ternyata dokter itu tidak ditempat. Lalu dialihkan ke dokter lain, masih dibidang yang sama bedah mulut.
Pelayanan rumah sakit yang tidak memuaskan membuat lidahku semakin terasa berdenyut. Ditambah lagi kakakku yang mengumpat sendiri, atas perlakuan perawat yg 'bodoh' itu.
"permisi, mbak" sapa kakakku pada perawat yg menjaga loket informasi.
"ea ada apa,buk?"tanya perawat yg ku tahu perawat PKL dari akedemi2 dikota ini.
"ruang onkologi dimana ya,mbak?"tanya kakakku.
"owh, trus aja buk, lalu belok kiri" jawab perawat itu sambil menunjuk kearah yg dimaksud.
"makasi, mbak"
"sama-sama buk"
Lalu aku bersama kakakku berjalan ke arah ruangan yang dimaksud -ruang onkologi-. Terlihat jelas papan kecil yang tertempel 'usang' diatas pintu yang terkunci itu. Karena masih jam 9 pagi mungkin dokternya belum datang. Namun, kakakku udah mulai resah. Sudah pukul 9 lewat 15 dokternya juga belum datang. Kakakku mulai mengitari lorong itu, dan sudah dicarinya, memang cuma ruangan itu yang beranama ruang -onkologi-. Karena tempramen kakakku yang gak sabaran, dia bertanya lagi pada pegawai yang diruang sebelahnya. Setelah keluar, diapun langsung mengumpat sambil sedikit memaki.
"perawat bodoh, tolol" katanya tiba-tiba dengan muka marah.
"kenapa kak?"tanyaku heran.
"perawat tu bodoh kali lah. Ini gudang dek. Dulu memang ruang onkologi, sekarang udah pindah kesana." katanya smbil marah2.
"yaudalah kesana kita" kataku menenangkan kakakku.
Ketika melewati perawat tadi, aku lihat kakakku memandang sinis perawat tadi sambil berkata
"an***g kau perawat bodoh"
Walaupun pelan, karena aku disampingnya jelas kali terdengar kata2nya. Aku hanya menggeleng2kan kepala. Diberikan kakakku surat yang dikasi oleh pegawai resepsionis dilantai 1 tadi, kepada pegawai tunggu yang ada didekat ruang onkologi tersebut. Ternyata mesti menunggu lagi. Kulihat disana bukan aku saja yang merasakan penyakit aneh ini. Kulihat ada bapak2 lehernya membengkak. Lalu ada anak kecil matanya bengkak sehingga mata kanannya tak dapat lagi melihat. Akh, aku menenangkan diri sendiri. Ternyata ada yang lebih parah dariku penyakitnya pikirku.
Sekitar 1 jam setengah aku dipanggil salah satu perawat yang keluar dari ruangan itu. Aku dan kakakku berjalan masuk, ketika sampai di mulut pintu. Kakakku dilarang masuk. Kuyakin kakakku mengumpat lagi. Tapi tak kupikirkan itu, yang kupikirkan aku harus tau penyakit apa ini.
Aku belum diperiksa, karena aku tau ketika dokter itu bertanya awal gejalanya padaku. Aku menjawab dengan tidak jelas, karena aku memang sudah tak mampu lagi berkata jelas. Yang disebabkan karena bengkaknya lidahku.
"ini awalnya kenapa buk?" tanya dokter itu kepada kakakku.
"awalnya sariawan, dok. Terus lidahnya sering tergigit sendiri. Terus lama2 luka dok" jelas kakakku singkat.
Lalu dokter tersebut memintaku membuka jilbab, agar diperiksanya. Dia mulai menekan nekan leherku. Tak lama dia menekan nekan leherku. Dia memanggil ke empat calon dokter itu untuk memotret dan mengukur panjang pembengkakan lidahku. Dengan santai dan raut wajah yang tenang dia berkata bahwa ini adalah penyakit tumor.
Besss...
Tubuhku terasa lemas dibuatnya. Rasanya beribu pisau menusuk2 hebat jantungku. Ingin meneteskan airmata yang sederas2nya. Namun kutahan, karena aku tak ingin melihat kakakku menangis saat itu. Kulihat juga dia sudah mulai berkaca2 matanya. Tapi itulah dia, bisa menetralkan perasaannya dengan simpulan senyum palsu kepada dokter itu. Pikirku dengan hanya diperiksa seperti ini saja bisa dengan mudah mengatakan tumor.
Lalu, salah seorang asisten dokter itu memberikan beberapa carik kertas kepada kakakku.
Dilihat oleh kakakku, beberapa ruangan yang harus kami tuju. Pertama keloket periksa darah,urine dan kadar gula. Lalu lanjut keloket USG. Lalu ke loket Scanning.

pertama kalinya aku jatuh hati

Hem...'cinta pertama'. Katanya orang-orang seh cinta pertama itu cinta yang bener-bener susah dilupain. Sampai menemukan cinta berikutnyapun pasti agak sulit melupakannya. Tapi, menurutku cinta pertama itu adalah cuma perasaan yang menggebu2 ingin 'memiliki' sang pujaan hati. Ya, cuma rasa ingin memiliki. Apakah cuma rasa ingin 'memiliki' sajakah cinta itu?.
Jadi, adakah sebenarnya 'cinta pertama' itu atau cuma sekedar 'jatuh hati pertama' aja?. Beda loh 'cinta' sama 'jatuh hati'. Cinta itu perasaan yang tidak mempunyai alasan dan sebab. Sedangkan jatuh hati mempunyai alasan dan sebab. (hayo...jd, selama ini kita cuma jatuh hati saja ea.....xixixiii).
Ne kualami ketika aku SMP. Ketika itu ada seorang murid baru pindahan dari SMP sebelah sekolahku. Orangnya seh ga cakep kaya' cowo' kebanyakan. Tinggi 170 cm, berat( hadoh, kurang tw lah..hahaha), kulit asli imut *itam mutlak*( wkakakaka, mav bro...), wajah biasa2 aja. Nah, yang buat aku tertarik ma dia itu, jalannya itu tu kaya' penguasa sekolah, anaknya asik d'ajak ngobrol, nakal (huhuhuhu, aku mang tertarik sama cwo' nakal n bandel, ^o^), udah gitu dia terkenal seantero sekolah. Usut punya usut kenapa alasan dia terkenal disekolah, ea karena dia dulu sempat berSD disekolah ku sekarang. Dan usut punya usut lagi, kami dulu satu TK (Wkakakakaka, senengnya hatiku). Hal yang pertama aku pikirkan adalah bahwa kami 'berjodoh' (ya, elah ank SMP pake mikirn jodoh -_-').
Rasanya bener-bener indah sekaleee. Waktu berbaris dihalaman sekolah, pokoknya mesti deket-deket dia. Doi malah seneng aja aku deketin. Matanya itu cuy wuih...tajem banget kaya' samurai nebas pohoh kelapa( mulai lebay), wanginya itu cuy, wuih sumringah kaya' nelen parfum 10 btol (lebay tingkat akhir tp ga lulus2). Suarnya itu cuy...bener2 yahuiii, uda suaranya bagus pinter maen gitar ( dia anak band -makin buat jatuh hati ajalah kalo uda dibilang anak band-). Pokoknya dia number onelah. Tiap kali ngobrol, rasanya gak mau berhenti. Suka curi-curi pandang. Pernah, saat ketika kelas aku dengan kelas dia disatukan. Suer takewer kewer...sempitnya luar binasa, bayangin aja 1 kelas 60 orang. Tapi, bagiku itu suatu kebahagian yang terperikan dengan kata-kata. Betapa tidak, aku semakin dekat dengan sang 'pujaan hati'. Setiap kali belajar, pandanganku kualihkan kearah tempat duduknya, lalu dia membalasnya dengan senyuman yang maknyos. Intinya aku gak kosentrasi belajar. Setelah lama kami berteman, dilanjut jadi teman curhat, sampailah pada yang kunantikan.
Momennya memang gak pas banget. Saat itu kelas memang ramai sekali. Dia duduk disebelahku. Wuih jantung ini kaya' kata ahmad dhanilah "berdetak lebih kencang seperti genderang yg mau pecah". Dan mulailah percakapan ringan namun sedikit berat.
"ghe, asik ngobrol sma mu"
"akh, masa' seh"
"ea, bener ghe. Kau mau tau selama ini aku PDKT loh sama mu"
Ces...akhirnya tak bertepuk sebelah tangan.
"terus..."
"kita jadian yok, setelah itu aku baru PDKT sama sahabatmu"
Tuink2...kurang ajar, playboy darat bangsat, semua kata2 mutiaraku tapi ya gak didepan dia juga kale, malulah didalam kelas banyak orang. Setelah diselusuri dia jadian sama sahabat2ku. -_-' napa aku bisa jatuh hati sama orang kaya' gitu. Untung belum sampe tahap betapa 'aku mencintai' wuih mungkin sakitnya luar binasa ya ^o^.

seharusnya part IV Episode 'rumah sakit umum yang aneh'

Pagi itu, setalah aku pulang dari kampus, tepatnya pukul 10 pagi. Aku bersama orang yang kusayang pergi ke rumah sakit umum yang dimaksud dokter semalam. Aku kira, bakalan lancar-lancar aja aku berobat, ternyata aku harus mendaftar dulu ke bagian adminitrastif rumah sakit itu. Aku harus memfoto copy ktp, lalu akupun mendaftarkan diri sebagai pasien rawat jalan. Alih2nya sudah pukul 12 siang. Terpaksa aku dan orang yg kusayang itu pulang. Karena pelayanan pasien pada hari jum'at sampai pukul 12 siang saja. Jadi hari ini aku cuma mendaftar sebagai pasien rawat jalan dirumah sakit umum tersebut. Aku putuskan berobat pada hari senin, karena waktunya lebih panjang.
Senin pun tiba, aku bersama orang yang kusayang berangkat kerumah sakit umum itu pukul 9. Lalu kamipun ke lobby resepsionis untuk mendaftarkan diri sebagai pasien pada hari ini. Alhamdulillah, lancar. Aku langsung dibawa ke dokter THT, ternyata dokter itu hanya meperkirakan kalau aku ini terkena penyakit 'Tumor', namun dia belum mengatakan itu pasti tumor. Rasanya badanku mau lemas, kenapa penyakit itu bisa merasuk tubuhku. Yang ku anehkan ketika dokter itu menyampaikannya secara datar dengan mimik wajah yang biasa2 saja. Lalu dia menyarankanku ke dokter bedah mulut. Dia merujukku ke salah satu dokter di rumah sakit umum itu juga. Tapi, dokter bedah mulut itu juga buka praktek di sekitar stadion kebanggaan kota ini. Kupikir ya sudahlah, aku akan berangkat besok lagi untuk bertemu dokter itu di rumah sakit ini lagi. Hasilnya nihil juga, aku sama sekali tidak diberi obat. Hanya obat kumur saja. Aku rasa itu tidak menghilangkan rasa sakit, cuma membersihkan lidahku saja. Tak ada kesal pada saat itu. Aku hanya bersabar dengan perlakuan mereka yang menganggap ini penyakit biasa.

Sabtu, 27 November 2010

kisah gadis kecil yang lugu

entah kenapa pikiranku kok tiba2 ingat kejadian 2 tahun yg lalu. Ketika aq melayat kerumah salah satu temanku. Saat itu yang meninggal adalah abang dari temanku. Aku duduk disudut ruang bersama pelayat lainnya. Entah kenapa mataku tertuju kepada ank kecil yg q taksir masih 10 tahun. Mungkin karena dia merasa dilihatin kepalanya langsung menunduk. Aku kelur rmh, karena sangat pengap sekali. Mencari udara segar, kebetulan saat itu mendung. Tiba-tiba anak kecil tadi mendekatiku. Lalu menyapaku.
"kak.."sapanya sambil duduk disebelahku dan menyingkap mukena yang dipakainya agar tak terjulai ketanah.
"ea..." balasku sambil menatap heran. Ni anak kok tiba-tiba kesini.
"nama kakak sapa?" tanyanya sambil tersenyum lugu.
"nama kakak ghe. Panggil j kak ghe" jawabku sambil tersenyum jg.
"kak ghe. Kenal sama abg itu?" tanyanya seraya menunjuk kearah mayat, yg memang kebetulan tampak dari luar.
"kenal dik, dia abang temannya kakak. Memang kenapa?" tanyaku yg tak menaruh curiga padanya.
"kak, aku mau ceritalah. Tapi kakak jgan bilang sapa2 ya" pintanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku, seolah mau berbisik gitu.
"eya" jawabku penasaran.
Lalu diapun mulai cerita kepadaku :
"gini ceritanya kak. Waktu itu aku masih kelas 4 SD kak. Aku belajar ngaji dideket rumahku. Ngajinya sama abg D ( yg d'maksud nama abg temenku), trus kakak J ( temenku), trus sama temen2 aku juga. Kamikan pigi ngaji selalu bareng bertiga. Aku, bang D, n S (adik temenku). Kami naik sepeda kak. Aku selalu dibonceng sama bang D. Dia baek x kak, aku selalu d'boncengnya dibangku depan. Tiap kali aku mau pindah duduk dibelakang, bang D ga ngasi. Dia bilang, didepan aja, kalo dibelakang ntar kakinya masuk kejari sepeda. Tiap malam terus gitu kak. Tapi yang anehnya abang D, selalu memasukkan tangannya kedalam celana dalamku kak." katanya sambil menunjukkan kearah yang dimaksud.
"hah!!!"serentak aku kaget, mataku terbelalak. Kukira dia mau cerita, betapa dia kehilangan abang temenku, ternyata diluar akal dan pikiaran. "kenapa kak?"tanyanya lugu.
"gak apa2 dik, mau dilanjut ga ceritanya" tanyaku yg makin penasaran, diapain lagi anak sepolos ini oleh abang temenku. Kulihat dia memejamkan mata sejenak dan mulai cerita lagi.
"aku heran kak, kenapa abang D suka kali masukkan tangannya kedalam celana dalamku. Tapi setelah itu, celana dalamku agak basah kak. Udah basah gitu, abang D ngeluarin tangannya. Terus aku liat dia cium2 tangannya kak."
"Ya, Allah" teriakku pelan. Sumpah antara percaya atau ga. Tapi anak umur 10 tahun mana mungkin bs ngarang cerita kaya' gt. Oh...my God!!! Ternyata ank kecil ini udah jadi korban pencabulan. Salahnya tersangkanya uda dimasukkan keliang lahat. Kalau gak kucincang betollah tu org. Dia terdiam sejenak, lalu dilanjutkannya lagi.
"napa kak?"tanyanya kepadaku yang dilihatnya hampir mau keluar biji bola mataku.
"ga apa-apa, dik"jawabku sambil tersenyum palsu dan merasa iba melihat kepolosannya.
"tapi kak, enak kok rasanya. Aku jadi sering masukin tanganku kedalam celana dalamku. Sama kaya' yg dikerjakan bang D."
Sliiiiiiing....
Tiba2 bulu kudukku berdiri, merinding aku mendengar cerita anak ini. Sumpah, sekali lagi aku cuma bisa ngucap 'astagpirullahaladzim'. Ya Allah, kasiannya ne anak, semoga gak jadi trauma baginya.
"dek, jangan lakuin kaya' gitu lagi ya" pintaku sambil memandang kasian liat nasibnya.
"memang kenapa kak?" tanyanya penasaran.
"ga apa2, daripada adek ngelakuin itu. Lbih baek baca buku, maen sama temen2 adik aja"
"iya kak" dia mengangguk.
"udah kesiapa aja cerita kaya' gini" tanyaku sambil merangkulnya.
"baru sama kakak aja. Hehehehe" dia tertawa. Mungkin dia merasa lega setelah menceritakannya padaku.
Dan akupun mulai berpikir. Inilah yang menyebabkan anak2 zaman skarang rusak oleh pergaulan. Yang kudengar dari temenku dia sudah SMP dan memakai jilbab. Aku berdoa semoga kejadian itu tak membuat dia trauma.

seharusnya part III episode katanya penyakit langka

setelah, aku memeriksakan diri ke dokter
spesialish mulut di salah satu kampus
ternama di kota ini.Akhirnya dokter tersebut
memberitahukan kepada mahasiswanya
untuk meneliti penyakit yang aku derita.
Mahasiswa tersebut, yang kuhitung kira-kira ada 4-5 orang yang sedang memeriksa aku.
Mereka terheran dengan kondisi lidahku yang
aneh. Katanya mereka ini penyakit langka.
Aku juga heran kenapa ini dibilang penyakit
langka. Padahal cuma pembengkakkan dilidah
saja. Mereka mulai memegang lidahku untuk di foto. Mereka masih sibuk dengan lidahku
yg mulai berdenyut lagi.
Setelah selesai memeriksa para mahasiswa
yng merupakan calon dokter gigiku
berbincang-bincang denganku. Mereka
berniat membantuku dalam finansial. Lalupun mereka memberikan salaj satu nomor
hapenya kepada. Kata salah seorang lagi, jika
aku butuh biaya untuk pengobatan maka
hubungi mereka saja. Sudah cukup membantu
sekali mereka. Walaupun hasilnya belum
kuketahui. Lalu dokter yang merangkap dosen itupun memberikan saran padaku
untuk langsung kerumah sakit umum yg tidak
jauh dari kampus itu. Akupun mengiyakan
sara dokter tersebut. Setelah memeriksakan
diri tadi, aku langsug menelpon kakakku yang
sedang berada dirumah. Untuk segera datang ke kosku. Karena aku mau berobat ke rumah
sakit umum.

seharusnya part III episode mulai mencari penyakit apa ini?

Preview...
Aku masih sanggup untuk kuliah. Selama
berminggu-minggu aku kuliah dan
semuanya lancar. Rasa sakit itu muncul
ketika aku hendak tidur. Selama aku
masih kuliah dan bertemu dengan teman- temanku aku merasa baik-baik saja.
Di kampus sedang mengadakan
perekrutan dari perusahaan mikik negara.
Aku mendaftarkan diri karena IP ku
cukup untuk mengikuti seleksi tersebut. 3
hari kemudian aku mengajukan berkas dan syarat-syarat seleksi. Keesokan
harinya di umumkan siapa-siapa saja yg
lulus berkas. Namaku tercantum dipapan
pengumuman. Ujian seleksi diadakan
seminggu kemudian. Selama seminggu
aku mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian seleksi. Dan hari itupun tiba. Namun,
tak pernah aku sangka atau mengira
akan seperti ini. Kepalaku sakit sekali,
mataku berkunang-kunang. Badanku
terasa lemas. Aku mengadu kepada
kakakku, bahwa aku tidak sanggup mengikuti ujian seleksi. Lalu aku mengirim
pesan singkat ke Ayahku, supaya dia
tidak kecewa atas ketidak sanggupanku
untuk mengikuti ujian seleksi itu.
Ayahkupun membesarkan hatiku dengan
mengatakan tidak apa-apa jalan masih panjang.
Sakit ini tak tertahan lagi. Sakit yang
benar-benar dikatakan sakit. Badanku
turun 4 kilo. Baru 1 bulan aku mengalami
sakit ini. Dan lama-kelamaan lidahku
semakin bengkak. Dengan inisitipku, aku memeriksakannya kedokter gigi lagi.
Malam itu, aku bersama kakakku kerumah
sakit terdekat kampusku. Untuk
memeriksa keadaan lidahku dan gigiku.
Dokter itu hanya membersihkan gigiku
dan memberi obat resep serta obat kumur. Lalu dokter itu memberi rujukan
kepadaku untuk pergi ke THT untuk
memeriksa keadaan mulutku. Keesokan
harinya aku bersama orang yang sayang
padaku dan aku sayang padanya
( pacarku ) setelah pulang kuliah aku dan dia pergi ke Dokter yang dirujukan oleh
dokter gigi tadi malam. Tak menunggu
waktu lama akupun diperiksa olehnya.
Dokter itu juga tak memberikan hasil. Dia
hanya memberikan rujukan Ke Dokter
Bedah mulut yang mengajar d'salah satu kampus negeri ternama di kota ini.
To Be Continue..

seharusnya part I episode seharusnya

Aku tak menyangka akan seperti ini. Aku
juga tak mengira hidupku ini saat
sekrang ini. Dulu aku hanya memikirkan
aku akan seperti manusia biasa yang
menjalani aktifitas seperti biasa juga.
Makan, minum,kesekolah, kekampus, bekerja, ngobrol bareng teman-teman
dan memiliki seseorang yang dicintai.
Entah kenapa??? Dan entah bagaimana
penyakit itu mulai datang padaku. Baru
sekitar 7 bulan yang lalu aku masih
mampu makan, mnum, bermain dan pergi kekampus layaknya manusia biasa. Tetapi
setelah 6 bulan t'akhir ini hidupku
berubah. Berawal dari sebuah rasa sakit
meradang dilidahku. Aku sangka itu
hanya sariawan biasa, lalu aku obati
dengan obat2 penyembuh sariawan. Namun, tak ada kurangnya. Lidahku
sering tergigit sendirinya dan akupun tak
pernah merasa kalau lidahku telah
tergigit, tapi bekas gigitan itu membuat
luka ditengah2 sariawanku belum
sembuh. Dengan inisiatipku sendiri aku periksa kedokter gigi. Dokter tersebut
menyarankan aku untuk mencabut gigiku
yang tersisa akibat berlubang. Ku ikuti
saran dokter gigi itu. Selang seminggu,
gusiku terasa mendenyut, sakit sekali,
gigi2ku terasa mau copot dari gusinya. Tak tahan aku merasakan sakit. Aku lalu
pergi kedokter yang mencabut gigiku.
Dokter itu hanya memberikan obat resep
yang ku tebus d'apotek. Obat penghilang
rasa sakit. Memang setelah meminum
obat itu rasa sakitnya sedikit berkurang dan tidurku nyenyak. Kuliahku juga
lancar...
To be Continue

Jumat, 26 November 2010

welcome to my new blog

blog baru ne^o^
Blog lama kaya' na ngadat seh, mngkin ambeg x ea..:D
Jd, ea wat inisiatif j lah wat blog bru...
Xixixi>_^)v