Senin, 30 Juni 2014

Same with you

Hm...ini ada persamaan aku dengan seorang vokalis band rock terbesar di jepun..yey!!! He is Takahiro Morita alias Taka ^^
1. Kami sama-sama lahir dibulan April
2. Kami sama-sama anak paling besar
3. Kami sama-sama hanya diasuh orang tua tunggal yaitu Ayah
4. Karir kami sama-sama mengikuti jejak orang tua
5. Hubungan anak dan ayah yang kurang baik
6. Hanya memiliki satu orang adik yang jejak karirnya sama
7. Hidup didalam kesepian rumah yang besar
8. Hidup yg tidak kekurangan uang namun kurang perhatian
9. Selalu ingin terlihat bahagia didepan umum
10. Kami berdua adalah orang kreatif ditengah kesepian

Sabtu, 28 Juni 2014

My Romadhon's journey

28 juni 2014

Malam pertama tarawih ^^
Ya Allah makasi atas karunia dan nikmat umur yang telah engkau beri padaku. Terima kasih atas segalanya yang sempurnanya hari-hariku. Terima kasih telah mendatangkan seorang yang baru di puasa tahun ini....

Tarawih malam pertama, seperti biasa. Shaf pada penuh bahkan sampai pelataran musholla. Semangat menyambut bulan seribu bulan ini masih menggebu-gebu. Alhamdulillah awal puasa aku dapat menyambutnya. Dan doaku disetiap awal puasa, selalu "penuhkanlah puasaku seperti puasa tahun kemarin". Alhamdulillah sudah selama 4 tahun ini aku ga pernah bolong. Walaupun sebagai wanita, itu hal yang tidak wajar. Tetapi aku yang memintanya kepada sang maha pemberi segalanya. Alhamdulillah sekali. ^^

Kabar gembira puasa tahun ini...
Ketika aku bangun tidur, aku tidak perlu memikirkan lagi masak apa sahur ini ^^
Terima kasih ya Allah ^^
Semogaku khusuk dan lancar...

Kamis, 19 Juni 2014

Parkitku

Wahai parkitku, tersayang....
Aku tahu kau senang terbang kesana kemari
Aku juga tahu kau tak pernah hianggap ke satu pohon
Tapi, jika kau sudah bosan
Maka tempakulah yang kau tuju
Aku hanya sebuah pohon kecil
Yang tak rindang bahkan tak meneduhkan
Namun, aku mampu bertahan diantara pohon-pohon besar
Yang sering kau hinggapi.
Sempat aku bertanya
Mengapa kau selalu hinggap didahanku
Sehingga aku sulit untuk membiarkanmu pergi
Tetapi aku sadar
Aku bukanlah satu-satunya pohon yang kau hinggapi
Entah mengapa aku yakin
Akulah pohon yang terkahir kau tuju, parkit.
Aku membiarkanmu terbang kemana saja
Tidak memaksamu untuk tetap tinggal didahanku
Karena aku tak ingin mengikat kakimu
Sebab itu menyakitkan dan menggangu kebebasanmu
Wahai parkitku, sayang....
Terbanglah sesuka hatimu
Terbanglah kemana kau suka
Terbanglah sampai kau merasa lelah
Namun, ingat dahanku siap untuk menerimamu kapan saja
Karena aku tidak bisa membencimu
Jika kau merasa lelah untuk terbang
Istirhatlah, dan dahanku selalu ada untukmu
Wahai parkitku, sayang...
Biarlah aku yang merasakannya sendiri
Sampai dedaunan gugur dalam gelapnya senja
Dan akhirnya kau dapat mengerti
Betapa aku menanti kau hinggap kembali ke dahanku
Sungguh, warna mu aku rindukan
Parkitku sayang....
Aku akan selalu menunggu hingga kau lelah terbang

Rabu, 18 Juni 2014

Why i love Anime so much

Suatu magrib di akhir tahun 2008....
Setelah aku vakum dari dunia anime, karena kurang disorot di pertelevisian indonesia. Aku juga tidak tahu kenapa anime dihentikan. Anime terkahir yang aku lihat ditahun 2007 adalah bleach yang notabene ga sampe tamat...
Kembali di magrib...
"Kak ini tonton, enak kartonnya" suruh adikku yang nomor dua.
"Akh...mana enak ini. Kartonnya gak cantik gambarnya. Lagian gak jelas juga alur ceritanya tentang ninja gitu" kataku mengkritik anime yang belum pernah aku tonton itu.
"Ini bagusloh kak kartonnya. Sigentong (pacarnya) aja suka ini. Dosenku juga suka"
"Akh masa' sih"
"Katanya suka karton, tapi gak mau nonton karton kaya' gini"
"Hahaha....aku dengar lagunya dulu lah baru aku mau nonton"
Tepat diakhir cerita maka keluarlah lagu yang pertama kali aku dengar dan saat itu lagunya menggema aku pun terkesima sama lagunya. Karena memang sejak tahun 2005 aku mulai menyukai lagu-lagu jepang. Dan akhirnya aku mengikuti ceritanya. Anime apa itu "Naruto" ya.... naruto.
Anime yang banyak membuat kenangan banyak bersama adikku. Setiap kali anime itu diputar kami selalu nonton dengan serius. Kadang kami juga membahasanya. Rasanya senang sekali. Ada yang diobrolkan. Kadang nyanyiin lagunya. Lagu favorite kami adalah Raiko - Alive.
Makanya semua lagu ost Naruto yang sebelum shippuden aku simpan rapat-rapat. Rasanya jika mendengar lagu itu rasa sedihku untuk mengingat kenangan itu semakin kuat.
Sejak 2007 aku vakum dari anime, gara-gara adikku itu aku mulai menyukai anime.
Tak terbilang lagi banyak adegan yang kami lakukan secara gila bersama-sama. Sejak kami masih dibangku SD. Kami berlagak seperti sailor moon, seperti magical girl bahkan bertingkah seperti adegan di samurai X. Melakukan hal konyol bersama-sama. Aku merindukan masa-masa itu.
Akh....
Malam ini aku tak sengaja membuka folder yang sudah aku simpan rapi. Folder yang berisi vidio naruto yang sengaja aku minta dari temanku yang menyukai naruto itu. Dan itu aku minta agar kami bisa nonton bareng lagi naruto setelah vakum dari tv. Foto-foto naruto yang sengaja aku searching dari mbah gogel. Bahkan original soundtracknya yang aku cari dari mp3 kompilasi bajakan di salah satu pasar murah. Hanya untuk menyenangkan adikku itu. Dan berlahan-lahan aku mulai menyukai anime lagi. Dia yang membangkitkan rasa cintaku terhadap anime lagi.
Sampai pada akhirnya....
Aku telah mengumpulkan banyak anime sampai dengan hari ini. Aku kira dapat menonton bersama dikamar kami ini. Aku berharap bisa seperti itu.
Letter for you....!!
Lihat, aku sengaja beli hdd sampe 1 tera yang isinya kumpulan anime. Dan aku harap kita bisa nonton bareng lagi. Aku harap kau menyukainya. Banyak anime baru sekarang ini.
Tapi aku gak bisa nemukan sailormoon versi lama, tapi tenang dek....summer ini sailormoon hadir versi baru ^^
Magical girl uda aku cari gak dapat-dapat juga -_-
Card capture sakura, malah cuma sampe 5 episode....yang lainnya uda terdelete link na...
Final fantasi uda aku download ^^
Persona 4 uda aku lihat animenya...walopun kita ga sempat maenkan gamenya....doakan aku murah rezeki aku mau beli ps 2 ^^ terus beli kaset persona 4....
Death note na juga uda aku donlod ^^ seperti perkiraanmu itu anime terbaik...
Mau tau, samurai X animenya, juga uda aku donlod semua episode na ^^
Aku benar-benar merindukanmu....
Merindukan dimana kita bisa ngobrol mengenai anime....
Sebenarnya aku mau vakum dari dunia anime ini. Karena akan menggoreskan kenangan yang sedih. Tapi, dengan cara ini aku bisa merasa kau ada disini....didalam kamarku.
Ini rasa rinduku, bukan rasa ketidak ikhlasanku atas kepergianmu ^^
Itulah kenapa aku menyukai anime....
Karena aku ingin adikku selalu hadir didalam kehidupanku...
Now Playing : Raiko - alive

18june2014

Senin, 09 Juni 2014

This is Life

Aku berlari sekencang-kencangnya ke rumah. Sesampai dirumah aku dikejutkan oleh semua orang didalam rumahku sedang berkumpul semua diruang tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama.
"Selamat ulang tahun isah" kata mamakku sembari memelukku. Airmata yang kutahan tadi membuncah ketika aku mendapatkan kejutan spesial ini. Ya hari ini, tepat usiaku 10 tahun. Aku terharu. Sampai-sampai aku melupakan apa yang dikatakan Koko Acin tadi.
"Ini kado dari kami" kata Ka Nur memberikan sebuah bungkusan berbentuk persegi yanh dibungkus dengan kertas warna warni.
Aku terdiam sejenak. Tidak langsung menerimanya. Apa yang harus kulakukan. Apa aku harus mengatakan pada mamakku apa yang baru saja Koko Acin katakan.
"Terima kasih semuanya" akhirnya aku urungkan mengatakannya. Aku takut merusak suasana yang sedang gembira ini. 10 tahun sudah aku menikmati hidup seperti ini, dan selama 3 tahun tanpa Ayah yang tidak ada membimbing kami. Tidak ada sosok yang selalu menasehati tentang kehidupan ini. Kami, mengerti kehidupan itu dari apa yang kami rasakan saat ini. Ketika bahagia, jangan lupa diri. Ketika bersedih jangan lupa untuk bersyukur. Siang ini, momen yang akan menjadi kenangan terindah untuk masa depanku. Dan aku membiarkan hari ini berlalu dengan kesenangan.
Keesokan pagi, kak Nur dan Kak Aish berdandan rapi. Mamak bertanya.
"Mau kemana kalian, Nur?"
"Mau kerja Mak" jawab kak Nur merapikan polesan bedaknya
"Sudah pulang, toke kalian?"
"Sudah, mak" jawab kak Nur singkat menyelesaikan pemasangan eye shadow berwarna merah muda.
"Tapi, kenapa kau berdandan secantik itu Nur?" Tanya Emak yang mulai curiga
"Nur ini mau tampil cantik , Mak. Apa tak boleh?"
"Bolehlah, tapi bukannya wanita tampil cantik akan timbul fitnah, Nur"
"Emak.....emak....Nur dandan bukan untuk dipuji cantik mak. Nur cuma biar kelihatan rapi dan bersih saja"
"Yasudahlah....hati-hati kalian berdua"
Padahal ini minggu, aku yang tidak ada libur segera kepemakaman umum. Sebagai kerja dinwaktu libur, aku membersihkan kuburan-kuburan. Dan mendapat upah dari penjaga kuburan. Aku menjemput Erna. Dan kami berdua berjalan menuju kepemakaman umum. Terkesan seram memang. Walaupun pemakamannya dilalui banyak orang. Tapi, yang buat seram itu pohon-pohon besar. Yang konon katanya berpenghuni seorang wanita yang selalu tertawa nyaring. Tapi, sampai sekarang aku belum pernah jumpa. Erna, ketika memasuki halaman pemakaman itu, matanya selalu tertuju kearah satu makam yang berada diatas dataran yang lebih tinggi. Batu nisan berwarna putih, dan disitu bertuliskan Nurasih. Itu makam ibunya.
"Er...." aku mencoba memukul pundak Erna pelan.
"Kau tahu, Sah. Aku pernah mendengarkan pengajian dari Haji Amir. Katanya perempuan itu makruh ke kuburan. Karena hatinya yang sensitif dan emosinya tidak stabil"
"Terus?"
"Kau tahu, dan itu dilarang, karena akan menyebabkan rengekan dan ratapan. Dan itu mungkin terjadi padaku"
"Kau bilang itu dilarang. Kenapa kau masih melakukannya?"
"Hehehe....yasudah. kita bersihkan saja pemakaman ini" Suasana hati Erna langsung berubah dengan senyuman yang menyembunyikan kerinduan yang teramat dalam. Dan aku tahu itu
"Ayok!!!" Teriakku semangat.
Inilah perjalanan hidupku, yang aku bilang inilah kehidupanku. Semua memang tidak berjalan sesuai inginku. Tapi, bukan aku tidak mensyukurinya. Aku sangat bersyukur sekali. Menghabiskan hari-hariku bersama mereka orang-orang yang kusayangi. Dan aku maunya sepertu ini selamanya.
Pulang kerumah, suasana berubah drastis. Kak Nur dan Kak Aish tampak bercucuran airmata. Dan mamak, ya mamak juga bercucuran air mata. Mamak yang sedang duduk ditangga dapur sedang memandang kosong kearah luar dapur yang merangkap sebagai kamar mandi juga.
Bang Ipol yang berdiri membungkuk di depan jendela yang sedang memandang sungai belakang rumah kami.
"Sudah mamak katakan berkali-kali. Kita ini memang hidup susah didunia. Jangan kalian susah lagi diakhirat"
"Maafkam Nur dan Aish , Mak. Hiks...hiks" Kak Aish menangis senggugukan.
"Kau minta maaf sama Tuhan" kata Mamak mengahpus airmatanya.
"Mak....Nur dan Aish berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi"
"Hilang sudah kepercayaan Koko Acin terhadap kelurga kita. Orang miskin memang suka mencuri"
"Mak....hiks...hiks"
"Kalian kira membangun kepercayaan itu semudah membalikkan telapak tangan. Itu membutuhkan waktu lama. Sebaiknya ini malam kalian tidak usah makan"
"Mak....kami kelaparan lah" rengek Kak Nur
"Biar kalian tahu bagaimana rasanya lapar"
Aku tahu pasti, bahwa yang Koko Acin katakan tempo hari sudah terungkap kebenarannya. Aku tidak perlu mengatakannya. Karena kebenaran itu tidaklah perlu diungkapkan, karena akan muncul dengan sendirinya.
Keluarga miskin, hidup yang susah. Mengurus anak-anak yang mulai meranjak dewasa. Mamak sendirian mengurusnya, dan dia tidak pernah mengeluh.
"Berkeluh kesahlah kepada Tuhan, nak. Karena dia maha pemberi jawaban" itu kalimat terakhir yang aku dengar dari ayahku ketika hendak merantau. Dan aki merindukan nasehat-nasehatnya.
Tak terasa waktu begitu berlalu cepat sekali. Bahkan aku masih merasakan baju seragam putih merah. Sekarang seragam itu berpindah ketangan adikku yang paling kecil Ami. Aku dibelikan seragam baru oleh mamakku. Warnanya benar-benar cerah. Putih cemerlang. Tapi, itu tidak bertahan lama. Karena air disini sangatlah berwarna cokelat dan lengket.
Aku masih satu sekolah dengan Erna. Dia sangat cantik sekali. Banyak pria-pria mulai melirik kearahnya. Badannya yang mulai tumbuh dan kemolekan tubuhnya menjadi incaran setiap pria. Sedangkan aku masih kurus seperti dulu. Seperti kekurangan gizi saja.
"Kau semakin cantik saja, Er"
"Hehehe...kecantikan itu sebuah beban berat, Sah"
"Kok begitu?" Tanyaku heran
"Karena jika kecantikan itu disalahgunakan maka kau akan terjerumus keneraka"
"Waaah....kok bisa?"
"Karena kecantikan itu sumber dosa"
"Hehehe....ada-ada saja kau ini"
Sekolah baru kami menyambut dengan senang hati. Banyak teman baru yang kami kenal. Namun, hanya kami berdualah yang melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama dari SD kami. Teman-teman lainnya memutuskan tidak melanjutkan karena tidak mampu mebayar biaya sekolah. Akhirnya mereka tinggal dirumah dan beberapa orang dari teman kami dulu bekerja di pasar.
Aku dan Erna termasuk orang yang beruntung. Kami mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah. Karena hasil tes ujian masuk kami paling tertinggi.
Berkenalan dengan orang-orang baru. Menambah persahabatan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Ini sekolah yang tidak membanding-bandingkan status sosial. Itulah yang aku pikirkan selama ini. Ternyata aku salah.
"Hei...kalian berduua orang miskin. Duduknya paling sudut belakang sana" seorang anak perempuan yang aku tahu benar siapa dia itu. Anak camat yang menuduhku mau mencuri. Dia benar-benar seperti tuan putri cantiknya.
"Hahahaha...." teman seisi kelas tertawa melihat tingkah kami berdua yang seperti kucing tersiram air saja tidak mampu bergerak dan membantah.
"Mel....jangan menyiksa mereka seperti itu, kasian mereka" seorang anak laki-laki yang tinggi dan tampan itu sepertinya membela kami. Namun, aku tidak suka ketika mendengar kata kasian. Gepalam tinjuku sudah hampir melayang ke wajah pria yang membela kami itu. Namun, Erna menahan tinjuanku.
"Sudahlah, sebaiknya kita banyak berdoa saja. Bukankah orang-orang terzolimi dijamah doa-doanya" senyum Erna membuatku semangat.
Hari yang sangat tidak terbayangkan aku sebelumnya. Aku merindukan SD kami itu. Setiap kali istirahat kami bermain kasti. Tapi, sekarang disekolah kami ketika istirahat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk makan dikantin sekolah.
"Hei....terima kasih sudah membela kami" Erna tiba-tiba menghampiri anak laki-laki yang membela kami tadi.
"Akh, tak perlu sungkan seperti itu. Kita ini kan berteman. Kau maafkan saja tingkah si Amelia. Dia memang begitu sejak dulu. Maklumlah ayahnya mantan camat disini"
"Iya" jawab Erna sambil tersenyum.
Sepulang sekolah aku masih saja melakukan kebiasaanku. Menjual hasil ikan tangkapan bang ipol. Kak Nur dan Kak aish bekerja di toko buku milik pak haji Amir. Ibu yang sudah bisa menjahit, mulai menerima tempahan untuk menjahit. Semuanya kami bekerja. Untuk melanjutksn kehidupan kami setiap harinya. Dan kami menikmatinya.
Malampun berlanjut. Tiba-tiba percakapan aneh pun terjadi.
"Mak....ada yang mau melamar Aish"
"Hah....siapa itu nak?"
"Aswan. Anak uwak Iyoh"
"Laki-laki yang tak bekerja itu?"
"Iya mak"
"Bukan mamak tak setuju kau dengan dia, Aish. Cuma mamak tak suka saja dengan pemuda pemalas"
"Tapi, katanya dia akan bekerja, Mak"
"Suruh dia bekerja dulu. Jika cuma janji mending kau abaikan saja dia. Kita hidup bukan dari janji-janji orang yang mengaku sayang sama kita. Tapi kita hidup karena kita sama-sama berusaha untuk melangsungksn hidup"
"Tapi, Mak"
"Percayalah, nak. Janji itu tidak akan ditepati jika hanya janji. Kalau dia membuktikan bahwa dia bekerja dalam waktu dekat ini. Mamak restui Aish bersama dia"
"Kerja apapun bolehkan, mak"
"Boleh, asalkan yang halal. Karena kita tidak tahu tentanh rezeki seseorang"
"Iya, mak. Nanti Aish bilang sama Bang Aswan"
"Ya..."
Pelajaran besar bagiku nanti ketika memilih pasangan. Yang penting bekerja dan itu halal.
Benar saja Bang Aswan dan Wak Iyoh datang kerumah. Membawa makanan dan beberapa orang lainnya membawa barang-baranh yang harus diserahkan kepada keluarga kami. Kak Aish berdandan sangat cantik hari itu. Benar kata orang-orang, wanita itu terlihat sangat cantik ketika dia sedang jatuh cinta dan saat pernikahan. Auranya itu sangat berbeda sekali. Dan akhirnya Bang Aswan resmi menjadi menantu mamakku. Dan menjadi bagian keluarga kami. Bertambah keluarga baru, dan akan menghilangkan satu orang dari keluarga kami. Kak Aish dibawa oleh rombongan Wak iyoh pulang kerumah. Pesta, tidak ada pesta. Hanya sedekar akad nikah saja. Masa-masa SMP ini berlalu begitu cepat sekali. Aku sudah duduk dibangku kelas 2. Dan mendapatkan peringkat terbaik disekolah dan memasuki kelas unggulan. Begitu juga Erna.
Namun sepulang sekolah ini, aku melihat Buk Muriah sedang duduk sendiri dibangku depan rumahnya sambil membaca buku. Aku menghampiri buk Muriah yang aku rindukan itu.
"Buk Muriah" sapaku diseberang pagar rumahnya
"Isah" buk Muriah menghentikan membaca bukunya.
"Buk" aku menyalaminya dan aku selalu berdoa setiap kali mencium tangannya.
"Sejak dulu, hikmat sekali Isah mencium tangan ibu. Seperti ada yang didoakan saja"
"Isah selalu berdoa, ingin seperti ibu"
"Heh..." wajah Buk Muriah kaget
"Kenapa buk?"
"Apa hebatnya ibu ini, sampai-sampai kau ingin seperti ibu"
"Ibu itu hebat sekali. Ibu orang yang tegar. Bahkan ibu orang yang pintar"
"Hehehe...ibu tidak seperti itu , sah"

This is life

Aku Isah, usiaku baru saja meranjak 10 tahun. Dan sekarang aku duduk dikelas 4 sekolah dasar negeri. Aku dilahrikan disebuah kampung yang tanah gambutnya lebih besar daripada daratan keringnya. Rumah kami berada diatas tanah gambut yang masih berair. Air kami juga tidak bersih. Berwarna cokelat. Bahkan untuk mencuci badan saja lengket. Rumah kami sangat tinggi, karena ketika hujan, maka air rawa itu akan drastis naik. Rumah yang terbuat dari kayu kelapa itu lumayan kokoh untuk kami tinggali. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang dikeringkan oleh orang tuaku. Kehidupan yang jika aku bilang sangat susah, jelas aku akan dikatakan anak yang tidak tahu rasa syukur. Tidak juga berkehidupan mewah, sedangkan aku hanya punya baju 5 potong saja. Satu baju untuk pergi bekerja membantu biaya sekolahku, 1 baju untuk pergi bermain bersama temanku, 1 pasang seragam sekolah, 1 pasang baju olahraga dan 1 pasang seragam pramuka. Dan ketika dirumah aku hanya memaki sarung saja, dan itu hanya 2. Karena jika 1 kena ompol maka masih ada cadangan. Mungkin orang lain akan merasa kasian melihat keluargaku. Tapi, aku paling benci jika ada yang memandang kasian kepadaku. Rasanya mereka memandang rendah diriku. Aku memang masih kecil untuk mengerti arti sebuah kehidupan. Umurku baru saja meranjak 10 tahun, yang aku tahu hidup itu tidak seperti teman-temanku katakan. Hidup itu indah jika kau nikmati. Aku sudah menikmatinya selama 10 tahun, tapi aku belum menemukan rasa indah itu yany bagaimana. Yang aku tahu hidup itu ada sebuah penderitaan yang tiada akhir dan kerja keras sampai mata tertutup.
Hari ini, selasa. Aku harus bangun lebih pagi dari biasanya. Karena aku harus piket untuk membersihkan kelas yang berlantaikan bumi. Aku memakai seragam kebesaranku, kebesaran disini- seragamnya memang besar alias kedodoran. Seperti kata ibuku, dia sengaja membelikan segaram yang kebesaran untukku agar tahan sampai aku tamat nanti. Tak apalah yang penting aku punya seragam baru. Semenjak aku kelas satu, baru kali aku beli baju baru. Itu sidah cukup menyenangkan bagiku. Sepatu yang solnya sudah mulai lepas itu sudah menunggu untuk aku pakai. Siasatku untuk tidak menguak solnya aku mengikatnya memakai karet bekas mengikat plastik gula.
Erna, teman seperjuanganku sudah menunggu didepan titi yang menghubungkan rumah yang satu dengan yang lain yang terbuat dari kayu kelapa. Aku melambaikan tangan kearahnya.
"Erna....!!!apa kau sudah selesaikan PR?" Tanyaku tersenyum riang
"Kau ini, memang tidak ada listrik dikampung ini. Tapi semangatku untik menyelesaikan PR lebih besar daripada semangat pemerintah yang selaluu bercuap-cuap janji manis" Erna bersemangat sekali.
"Kau seperti uwak Iyoh yang suka bicara seperti itu, ketika diwarung kopi uwak Zumoh"
"Hahaha.....akukan keturuan uwak Iyoh yang ketiga"
"Hahaha.....durhaka kau mengolok-ngolok uwak Iyoh"
"Kau ini bisa saja"
Kami berjalan menyusuri titi kayu itu. Dan sampai di penghujung daratan kering. Sudah banyak yang hilir mudik. Anak sekolah juga sudah banyak yang berlalu lalang. Ini masih pukul 06.30 wib. Masih sepagi ini sudah banyak saja yang melakukan aktifitas.
"Bunde Diah!!!" Teriak Erna memanggil adik ibunya
"Apa? Mau kesekolah kau?"
"Ya, bunde"
"Baek-baek kau sekolah, nak! Langsungkan hidup kau dengan ilmu. Kau harus jago matematika, nak. Biar jadi orang nomor satu disini"
"Aamiin Bunde. Doakan saja"
Cita-cita, jelas aku dan Erna punya cita-cita. Aku yang bercita-cita ingin jadi guru ingin sekali mendidik anak-anak kampung kami ini supaya pintar berhitung. Sedangkan Erna ingin jadi dokter, dia ingin sekali menyembuhkan bapaknya yang terkena TBC. Aku rasa itu masih lama sekali. Ataupun tidak terwujud, pesimisku.
"Kau tahu, Sah. Aku ingin sekali jadi dokter" kata Erna di suatu siang sepulang sekolah dibawah pohon yang hanya satu-satu tumbuh dilapangan bola kaki dikampung kami.
"Wah....hebat betul kau bercita-cita seperti itu. Seperti pak mantri" kataku terkagum-kagum dengan cita-citanya Erna
"Kalau kau mau jadi apa, Sah?"
"Aku...." aku menunduk lesu, memang belum pernah ada yang menanyakan cita-citaku sebelumnya bahkan mamakku.
"Kau harus punya cita-cita, Sah. Kau bisa menjadi apa saja, kalau kau punya cita-cita" Erna selalu berapi-api ketika berbicara hal seperti ini.
"Aku masih bingung, apa aku mampu mencapai cita-citaku"
"Kau pasti mampu, Sah"
"Hahaha....kalau begitu aki hanya ingin menjadi guru. Seperti buk Muriah. Yang pintar matematika"
"Tapi, jangan kau tiru buk Muriah yang suka marah-marah"
"Hahahaha"
Kami tertawa riang disiang itu. Tawa khas anak-anak seperti kami, lepas tanpa beban tentang hari esok.
Sesampai disekolah, kelasku yang masih dipenuhi dedaunan dan sampah plastik. Aku menyapunya, Erna membantuku mengelap kaca jendela yang sebenarnya percuma karena kaca itu tidak akan mengkilap. Hanya sekedar basa-basi saja. Iwan, ketua piket hari ini baru saja datang.
"Darimana saja kau, baru datang jam segini"
"Macam tahu jam saja kau"
"Hah?"
"Lihat, apa kau memakai jam tangan. Memangnya ini jam berapa?"
"Hehehe....setidaknya matahari sudah muncul. Berarti itu sudah siang"
"Eh.....lanjutkan saja tugasmu. Aku akan melanjutkan tugasku" Iwan berlalu keluar kelas mengambil air satu ember untul menyiram lantai kami agar debunya tidak terlalu banyak.
Hanya aku dan Iwan yang piket dihari selasa. Karena banyak yang tidak mau sepiket dengan Iwan. Karena dia suka marah-marah tak ada penyebabnya. Seperti tadi, padahal aku cuma bertanya darimana. Dia langsung menjawabnya entah kemana-mana.
Buk Muriah sudah datang. Aku juga sudah selesai menyapu lantai. Aku memang senang sekali melihat wajah buk Muriah. Namun, guru sebaik dia sampai saat itu dia tetap sendiri. Memang usianya belum terbilang tua. Tapi, sebagai wanita kampung itu sudah dianggap tabu. Seorang wanita yang usianya diatas 20 tahun belum menikah. Rasanya ingin aku bertanya kepadanya. Kenapa dia mau berlama-lama menikah. Tapi belum ada momen yang tepat saja. Aku menyalami dan mencium penuh hikmat sambil membaca doa.
"Aku ingin seperti dia, Tuhan"
Semenjak kata cita-cita iti terlontarkan. Setiap pagi aku selalu berfoa seperti itu. Buk Muriah tersenyum manis kepadaku. Senyumnya itu sebuah kenangan yang tidak mungkin aku lupakan untuk selamanya.
Pelajaran pertama, kami belajar bahasa indonesia. Buk Muriah yang memang merangkap semua guru mata pelajaran. Sedang asik membacakan puisi karangan salah seorang pengarang puisi tentang kepahlawanan. Semua kami hikmat sekali mendengarkan Buk Muriah membacakan puisi itu. Bagus sekali. Selesai Buk Muriah memberikan sebuah pertanyaan.
"Siapa pahlawan dalam hidup kalian?"
Lalu Agus mengacungkan telunjuknya keatas.
"Superman buk"
"Yang lainnya?"
Erna menjawab
"Ayahku buk" erna yang selalu berbeda membuat aku terkesima atas jawabannya dan membuat buk Muriah bertanya
"Sehebat apa ayahmu, Erna?"
"Sehebat seorang pahlawan. Yang membesarkan anak-anaknya seorang diri. Menjadi ayah dan ibu. Sampai akhirnya dia lumpuh oleh keadaannya selama berperang sepanjang hidupnya" Erna menjelaskan perincian itu. Rumit. Mana mungkin anak seusia dia sudah memikirkan hal itu. Hei....usia seperti itu dijelaskan untuk bermain. Namun, aku tahu deritanya Erna. Menanggung besarnya tanggung jawab sebagai anak tertua dirumahnya.
"Wow....luar biasa Erna" tepuk tangan Buk Muriah yang matanya berkaca-kaca.
Pelajaran kami lanjutkan setelah kami istirahat. Tak ada yang bisa kami lakukan sedang istirahat kecuali main bola kasti. Sejenis olah raga bola kecil yanh mirip dengan softball. Kami cukup memukul nola yang dilontarkan ke arah kami. Dan...hap kami memukul bola melambung jauh, dan pemukul meninggalkan tempat dia memukul dan berllari kerarah area pertema. Itu area terpendek dari jarak antara tempat melemabungkan bola. Lalu pemain kedua melambungkan bola, dan tidak kena, maka pemain yang berada diarea pertama tidak bisa lari ke area kedua yang jaraknya lebih jauh. Lalu pemain berikutnya. Dan....taraaa...bola melambung jauh hampir home run. Pemain yang berdiam diarea kedua berlari ke area pemberhentian kedua. Jika bolanya masih belum bisa ditangkap maka pemukul bola bisa langsung lari ke area kedua. Pemain terakhir, adalah pemain penentu apakah regu ini akan menang atau kalah. Pemain terakhir diberikan kesempatan untuk memukul sebanyak 3 kali. Dan pada pukulam ketiga adalah pukulan penentu untuk para pemain yang lainnya kembali ke markas. Disini dipakai strategi tercepat dalam kecepatan berlari dan kelenturan tubuh saat mengelak bola.
"Hah....lamban sekali kau berlari, Mon"
"Hehehe.....aku susah berlari, Wan"
"Kau lihat, akibat lemak ditubuhmu itu jadi kalah kita"
"Akh....kau juga memukul bolanya tidak bertenaga"
"Masih menyalahkan aku. Kau lihat tadi hampir keluar lapangan sekolah"
"Eh....ini permainan apa yang kalian lakukan. Tidak baik seperti itu" Srik memisahkam pertengkaran antara Momon dan Iwan.
Peluh yang bercucuran ini membuat kami semua kepanasan. Berkipas-kipas didalam kelas. Ini menyenangkan sekali. Aku akan merindukan susasana bau peluh seperti ini. Ruanganpun menjadi pengap.
Sepulanh sekolah, sepeda butut warisan dari kakekku. Membawaku kearah pasar yang berasa 10 km dari rumahku. Dan menjual ikan hasil jaringan Bang Ipol tadi pagi. Bang Ipol adalah abangku yang paling tua. Hobinya memang memancing. Bahkan dia menghabiskan hari-harinya dengan memancing. Dia putus sekolah setelah ayah kami merantau dan tidak pulang-pulang dan bahkan tidak memberikan uang buat kami makan. Bang Ipollah yang membantu pekerjaan mamak dirumah. Banyak pekerjaan yang pernah Bang Ipol lakukan. Namun, tidak bertahan lama. Dan akhirnya dia mendapatkam jala bekas dari uwak Haris. Makanya Bang Ipol menjaring ikan dekat rumah kami yang memang dekat sungai. Dan hasilnya aku jual kepasar.
Sesampai dipasar aku menemui Wak Haris, yang pensiun jadi pencari ikan. Sekarang wak haris jualan ikan hasil jaringan Bang Ipol.
"Wak cuma segini dapatnya"
"Tak apa-apa, Sah"
"Ini upah buat hari ini" wak haris memberikanku 3 lembar uang 20.000an.
"Makasi wak"
Uang segitu cukup beli beras dan sayur. Untuk mencukupi kami berenam makan nanti malam sampai besok pagi. Aku membeli pesanan mamak. Beras dan sayur serta gula dan sekotak teh.  Saat menyelusuri pasar yang ramai disore hari itu. Aku melihat seorang anak perempuan yang sangat cantik. Bersih dan berkucir rapi rambut hitamnya. Bajunya juga bagus sekali. Rapi. Dan aku rasa dia seumuran denganku. Aku melihatnya terlalu lami, lalu dia melemparku dengan sebuah tomat merah segar. Tomat segar itu mendarat dikepalaku yang memiliki rambut yang kasar.
"Auw...." teriakku pelan.
"Mama....lihat anak gembel itu. Sepertinya dia mau mencuri" anak perempuan yang aku kagumi tadi berteriak yang membuat mataku terbelalak.
"Eh...eh..." jawabku heran.
"Dia mau mencuri, tangkap dianya bang" teriak ibu anak perempuan itu panik sambil menunjuk-nunjuk kearahku.
Seorang pria berbadan besar mendorongku hingga jatuh.
"Hei...kau tau tengik. Kai sedang berurusan dengan anak camat. Kau mau mencari mati, HAH!!!" Pria berbadan tegap itu memelototinku. Aku tertunduk lesu. Tidak ada niat untuk mencuri. Aku tahu aku susah, tapi ibuku selalu berkata "kita memang susah didunia, nak. Jangan sampai susah juga diakhirat. Lakukan pekerjaan yang halal saja. Mencuri itu haram. Mengambil yang bukan haknya itu sangat dilarang oleh agama"
Aku hampir mau menangis atas perlakuan pria tegap itu. Aku mengira aku akan dilemparnya ke sungai belakang pasar itu.
Aku pulang dengan rambut yang masih berlumur tomat. Sesampai dirumah ibuku bertanya apa yang terjadi dengan rambutku.
"Kau kenapa, Sah? Rambutmu itu kenapa?" Tanya mamakku cemas
"Tidak apa-apa, Mak. Boleh aku bertanya?"
"Apa itu?"
"Orang seperti kita tidak boleh memandang orang-orang kaya ya, Mak?"
"Hah....boleh saja. Kaya miskin itu cuma gelar didunia saja. Dimata Tuhan itu sama saja. Tidak ada perbedaan. Yang membedakan dimata Tuhan adalah baik dan buruk."
"Jadi, tidak masalahkam kalau aku memandangnya"
"Kau memandang siapa?"
"Anak camat, Mak. Cantik sekali bersih dan bajunya bagus. Aku ingin punya baju sebagus itu"
"Kau bisa membelinya. Kalau kau ada usaha, pasti bisa kau beli"
"Aku akan usaha mencari uang, mau beli baju bagus seperti anak camat itu"
"Terserah kau sajalah" mamakku tersenyum manis kepadaku. Senyumnya adalah semangatku setiap harinya.
Kak Ais dan Kak Nur, baru saja pulang dari tempat kerjanya ditoko baju Koko Acin. Biasanya Kak Ais dan Kak Nur selalu membawa makanan sisa dari keluarga Koko Acin. Tapi, hari ini jangankan makanan. Muka Kak Nur dan Kak Ais muram sekali. Mereka biasanya sepulang kerja langsung membantu mamak memasak, tapi malah berlama-lama dikamar. Aku melihat mereka dikamar. Mereka berdua sedang menghitung lembaran uang merah yang bernilai paling besar. Aku tercengan melihat uang sebanyak itu.
"Darimana kakak dapat uang sebanyak itu?" Tanyaku masuk kedalam kamar kami.
"Ssssssttttt.....jangan kuat-kuat suaranya, Is"
"Memangnya kenapa?" Tanyaku heran
"Kau ini berisik sekali. Kau masih kecil, sebaiknya kelura saja" sewot kak Aish
"Sudah..sudah....jangan bertengkar" pisah Kak Nur yang langsung menyembunyikan uang tersebut ke dalam kaleng bekas roti lebaran yang dikasi Koko Acin.
Akupun keluar kamar, dan mengabaikan mereka berdua. Karena mereka berdua memberi tanda jangan diusik.
Hari hari berlanjut semestinya. Mamak setiap subuh sudah bangun dan memasak sarapan untuk kami berlima. Bang Ipol juga sudah siap dengan jaringnya. Aku juga bersiap pergi kesekolah. Namun Kak Nur dan Kak Aish tidak berangkat kerja. Ini hari ketiga mereka tidak berangkat kerja. Dengan alasan Koko Acin sedang liburan bersama keluarganya dan semua pekerja diliburkan. Dan adikku yang masih berusia 3 tahun asik bermain sendiri dengan boneka turunan kucel itu.
Seperti biasa aku selalu pergi dengan Erna. Kami juga pulang bersama. Sekolah hari ini begitu sempurna. Aku mendapat pujian dari Buk Muriah karena sudah berlaku jujur. Memberitahukan bahwa Momon sedang mengambil pensil Tina diam-diam. Kata Buk Muriah "jadilah orang jujur didunia, nak. Karena itu kunci hidup sukses dunia dan akhirat". Aku hanya bisa tersenyum tersipu malu atas kejujuranku.
Saat berjalan menuju kerumah, aku melihat toko Koko Acin buka, dan keluarganya tidak liburan seperti yang dikatakan oleh kedua kakakku. Aku berkesimpulan bahwa mereka sedang berbohong kepada kami semua.
"Hoiiii.....Isah. kemana kedua kakak kau itu?"
"Heh" aku terheran ketika Koko Acin keluar dari toko bajunya.
"Kau bilang sama kedua kakak kau itu ya ......."
Mataku terbelalak mendengar penjelasan Koko itu yang membuatku hampir mau tumbang pingsan. Mulutku menganga karena terkejut.

Kamis, 05 Juni 2014

The taste

Ingin melupakannya ketika dia telah mengecewakanmu
Namun, perhatian selalu hadir itu membuat buyar
Ingatan ini selalu mengingatnya
Bahkan ketika tidak ada kabarnya
Selalu membayangkannya sehat selalu
Hujan malam ini membawa hawa yang sejuk
Sesejuk ketika dia memberi perhatian penuh
Senyumnya yang menjadi andalannya
Mewarnai hari-harimu
Sekali lagi dia membuatmu menangis
Hanya karena dia tidak memberi waktunya
Dan sekali lagi dia menyanyikan lagi rindu
Itu yang menghancurkan pertahananmu
Angin bersorak..
Hei...bodoh apa yang sedang kau lakukan
Jika dia selalu membawa sedih padamu
Pergilah sebelum luka itu benar-benar menjadi parah
Namun, kau tetap bertahan
Hanya dia yang mampu membuatmu menangis dan tersenyum
Orang lain hanya mampu membuatmu tertawa saja
Bukankah, dia hebat angin?
Dia memberi segala rasa
Yang membuaimu dalam inikah rasa gila itu.
Tak ada salahnya untuk mempertahankan
Dan tiada juga guna jika kau buang
Dia...
Ya
Dia...
Yang terkadang membuatmu gila merindu
Yang mampu memberi senyum padamu
Yang tak sengaja menyemangatimu
Yang kadang melupakanmu
Dia...
Sebenarnya siapa?
Apakah dia orang yang mengusik mimpi-mimpimu?
Apakah dia orang yang menghantuimu setiap hari?
Apakah dia orang yang selalu kau tunggu kabarnya
Kau ini....
Kau ini sedang dilanda badai....
Badai yang kau sendiri yang membuatnya...
Tak apalah...
Pada akhirnya kau tahu bagaimana badai itu melaluimu
Dia adalah badai terbesarmu...
Jika hanya diam, maka yang akan hanyut sendiri tertelan badai itu
Karena kau, sayang dia...
Makanya kau tetap didalam seribu kebisuanmu
Apakah dia tahu bahwa kau sedang menulis ini untuknya?
Aku rasa tidak, bodoh!!!!