Sabtu, 27 Juni 2015

Syahdu Dalam Diam

Sebuah meja makan terhampar banyak menu yang hendak dimakan. Tapi, tak satupun yang membuat selera untuk dimakan Aisha. Dia hanya melamun menatap kosong menu-menu lezat yang dimasak oleh ibunya, bahkan ada menu kesukaannya. Aisha tak bergeming dari lamunannya.
"Kau kenapa Aisha?" Tanya ibunya yang baru saja keluar dari dapur membawa sepiring buah semangka yang telah dipotong-potong
"Tak apa, mak" jawab Aisha seadanya yang masih setengah memandang menu makanan dengan tatapan kosong.
"Tak apa maksud kau???mamak liat dari tadi kau melamun saja. Ada apa anakku?" Tanya ibunya yang seraya duduk di seberang meja Aisha duduk.
"Sungguh, aku tak apa mak. Anakmu ini baik-baik saja" sekali lagi Aisha menjawab dengan wajah yang sama tak berubah air mukanya.
"Kau bisa berbohong kepada teman-temanmu. Tapi, aku ini mamak kau. Masih juga kau mau berbohong" ibunya Aisha mulai merasa kecewa atas tindakan Aisha.
"Mak, apakah Aisha salah menyukai seseorang?" Akhirnya Aisha memberanikan diri berbicara apa yang mengganjal di hati dan pikirannya.
"Alahmakjang, anakku sedang jatuh hati rupanya" ibunya Aisha tersenyum menatapa anak gadisnya sudah menyukai lawan jenisnya.
"Tidak mak. Hanya menyukai. Belum tentu jatuh hati" jawab Aisha membela diri.
"Awalnya suka, lalu jatuh hati itulah nak prosesnya. Tapi, bolehkah mamak kau ini tahu siapa lelaki itu?" Tanya ibunya Aisha penasaran.
"Dia temanku, mak"
"Iya, tau mamak. Dari temanlah dulu"
"Hehehehe...."
"Seperti apa dia. Rajin sholat. Pintar mengaji?"
"Aku tak tahu mak. Yang aku tahu setiap kali zuhur dia tak pernah kulihat kemesjid. Setiap kali ashar kulihat dia bermain bola sampai magrib. Bahkan isya aku tak pernah melihatnya kemesjid. Bahkan subuh. Cuma hari jum'at saja yang aku lihat dia kemesjid, mak"
"Halah...!!! Kalau lah tak sholat tak pintar mengaji. Apalah yang kau suka dari dia nak?"
"Aku juga tak tahu mak. Setiap kali mendekatiku dan berbicara kepada. Hatiku deg-deg-an mak. Rasanya lidahku tak sanggup berbicara. Aku jadi gugup"
"Owh...mamak rasa kau baru tahap menyukai nak. Belum mencintai" ibunya Aisha bangkit dari kursi dan pergi ke dapur.
Aisha berpikir lagi. Apakah benar yang dikatakan ibunya, rasa yang dimilikinya itu hanya perasaan suka. Tidak lebih. Aisha kembali melamun dalam ruang yang entah kemana arah tujuannya. Sekembalinya ibunya dari dapur. Ibunya melihat kembali kearah Aisha.
"Sholatlah, nak. Minta petunjuk kepada Alloh. Mamak yakin Alloh akan memberikan jawabannya"
"Iya, mak"
Aisha pergi kekamarnya dan sholat karena memang sudah terdengar azan isya. Aisha berwudhu dengan khusyu. Bahkan sholatnya lebih lama daripada biasanya. Dan entah kenapa, kala itu hatinya sedang risau dan gelisah. Ketika takbir pertama terucap ada hawa sejuk yang masuk kedalam hatinya. Benar-besar segar sekali. Seperti tidak ada beban. Damai rasanya. Sampai pada salam terakhir. Hatinya masih terasa nyaman sekali. Lalu Aisha berdoa kepada Alloh untuk memberikan petunjuk atas perasaanya itu. Dengan khidmat kaliamat-kalimat doa terlantun syahdu dari mulut dan hati Aisha. Bahkan Aisha ingin menitiskan airmata karena itu. Tapi, tak kunjung menetes juga. Berakhir dalam kehidmatan berdoa Aisha mengusap wajah sambil beristiqfar kepada Alloh.
Ruang makan sudah dipenuhi oleh keluarganya. Ayah, mamak, abang dan adiknya.
"Cepat kak. Aku sudah lapar" keluh Fatima adiknya.
"Iya" jawab Aisha mempercepat langkahnya
Ruangan hening sejenak. Tak ada yang membuka pembicaraan. Ayah yang sibuk dengan daun lalapannya dan mamak yang sedang asik menikmati ayam gorengnya dan abang serta adiknya. Tapi, Aisha tidak berselera untuk makan.
"Makanlah, nak. Jangan perasaan yang membuatmu jadi tak selera makan. Sakit kau nanti" suruh ibunya melihat Aisha yang belum mengambil sesendok nasi
"Kak Aisha kenapa, mak?" Tanya Fatima
"Kakak kau sedang jatuh hati dengan seorang lelaki. Tetapi lelakinya itu tak pernah sholat kemesjid bahkan mengaji. Entah apa yang disukainya"
"Siapa dia, Aish" tanya Ali abangya yang langsung menghentikan makannya
"Abang tak perlu taulah" jawab Aisha menunduk.
"Pasti aku tau orangnya. Jangan kau sembunyikan. Biar aku bisa memberi pendapat"
"Ck...Aku bilang abang tak perlu tau" sekali lagi Aisha bungkam
"Oh...jangan-jangan si Tio yang sering mengantar kau pulang itu ya?" Tebak Ali yang membuat mata Aisha terbelalak dan memandang abangnya dengan wajah terkejut.
"Darimana abang tau?"
"Aku laki-laki. Trick jitu untuk mendapatkan wanita ya seperti itu. Perhatian lebih. Akh trik kuno" jawab Ali melanjutkan makannya
"Menurut abang dia bagaimana?" Aisha mulai terbuka.
"Sebaiknya kau jauhi dia. Aku dengar dia banyak pacarnya. Dan lagian, kau mau berpacaran? Aku saja tidak mau. Kalaupun aku suka dengan wanita maka aku akan ajak langsung menikah" jelas Ali yang membuat semua orang sedang memandangnya
"Hah...menikah?"
"Habiskan dulu makanan kalian. Bincang-bincangnya setelah makan saja" ajak ibu menyudahi makannya.
Seusai makan. Ayah dan mamak keruang keluarga disusul Ali. Sedangkan Aisha dan Fatima mencuci piring.
"Bagaimana rasanya jatuh hati itu, kak?" Tanya Fatima mulai membilas piring yang sudah dicuci.
"Aneh. Aku juga tak tahu. Aku tak selera makan. Memikirkan wajahnya. Suka senyum-senyum sendiri ketika menerima sms darinya. Dan kau tahu, sampai terbawa mimpi. Mimpinya indah sekali. Terasa tak mau bangun"
"Waaah...seru sekali kelihatannya"
"Tidak seseru itu, Fatima. Kau akan merasa tersiksa jika dia tak ada kabar. Kau akan merasa marah ketika dia dekat dengan wanita lain. Bahkan kau merasa kecewa ketika dia berjanji namun di batalkan" Asiha menghentikan sejenak cuciannya.
"Separah itukah, ka"
"Hu um. Maka berhati-hatilah dengan perasaan. Itu sungguh menyiksa"
Mereka berdua tertawa pelan setelah mencuci piring. Tawa yang sebenarnya membuat hati Aisha sedikit terhibur. Namun, tidak semudah itu. Tidak semudah yang kelihatan dari luar.
"Eh...Aish. Si Tio sudah menenbak kau ya?" Tanya Ali.
"Menembak?" Aisha balik bertanya heran
"Iya. Misalkan kata Aku suka kau atau mau kau jadi pacarku?"
"Belum, bang. Tapi, pernah dia sms kepadaku kalau dia suka kepadaku"
"Melalui sms. Tidak langsung"
"Iya bang. Akh...lelaki macam apa itu. Tidak gentlemen. Sudah lupakan saja dia"
"Lupakan" Aisha murung. Sepertinya Bang Ali tidak menyukai Tio.
"Ali, tak baik berbicara seperti itu. Aisha, sudah tak usah kau pikirkan itu semua. Biarkan Alloh yang mengaturnya. Ayok kekamarmu, kita bicara sebentar"
"Aku boleh ikut" pinta Fatima.
"Boleh nak" jawab ibunya
Dikamar Aisha. Suasana menjadi membiru. Handphone Aisha bergetar. Lalu Aisha melihat sebuah sms masuk. Ternyata dari Tio. Aisha ternyum sendiri setelah membaca sms itu.
"Pasti dari bang Tio ya , kak!"
"Hehehe..iya" jawab Aisha senyum
"Cie..cie..seneng banget"
"Hehehe..." Aisha masih tersenyum sumringah.
"Kau ini benar-benar sudah jatuh hati kepadanya. Namun, nak. Perlu mamak beri tahu kau soal perasaan. Kau itu wanita seyogyanya di pilih. Sebaiknya kau tetap diam atas perasaanmu itu. Kau tidak perlu menunjukkan betapa kau menyukainya. Kenapa begitu? Ya, jelas karena kehormatan wanita itu terletak di diamnya. Jika kau sudah mengumbar-ngumbarnya keseluruh dunia dan dunia akhirnya tahu dan kau tahu apa akibatnya? Sangat fatal jika kau patah hati, nak. Semua orang akan memandang kau kasian. Namun, mereka tak pernah memberikan solusi untuk kesedihanmu itu. Untung-untung tidak menjadi bahan gunjingan. Lah...kalau dijadikan bahan gunjingan. Astaafirullahalazim, nak. Jangan sampai aib mu tersebar kesuluruh dunia. Jangan sampai nak"
"Jadi, Aisha harus bagaimana mak?"
"Aisha cukup diam. Jika dia sms maka balas seadanya. Tidak perlu memperlihatkan perhatian lebih. Biarlah Alloh yang memberikan jalan. Ingat, nak. Jika rasa yang kau punya itu halal. Maka lakukanlah dengan cara yang halal juga. Jika terlanjur melakukan hal yang tak diinginkan Alloh. Segeralah perbaiki dirimu, nak"
"Mak...tapi hati ini sepertinya tersiksa jika aku melakukan itu"
"Alloh itu Maha Baik, Nak. Bahkan Alloh akan menentram itu semua. Ikutilah perkataan mamak, nak. Mamak tak ingin kau terjerumus ke dunia yang Alloh benci"
"Ya, mak"
Aisha melakukan perintah ibunya. Untuk tidak terlalu perhatian dan suka kepada Tio. Bahkan masalah sms, Aisha sudah mengurangi untuk sms terlebih dahulu dengan perhatian-perhatiannya. Aisha akan tetap diam. Aisha hanya ingin membuktikan bahwa apa yang dikatakan ibunya benar.
"Jika dia tetap bertahan mengejarmu, ketika kau mengalami perubahan. Setidaknya kau boleh jadi menasehatinya untuk rajin sholat. Jika, itu berhasil. Maka mulailah untuk membiarkannya sholat tanpa harus kau ingatkan. Jika itu berhasil. Ada perubahan yang baik yang terjadi pada dirinya. Dan dia tidak marah ketika kau ingatkan kembali. Maka bersiap-siaplah untuk mengajukan pertanyaan. Maukah kau menikah denganku"
Tapi, apa yang terjadi. Tidak seperti yang diharapkan Aisha. Selama Aisha tidak memberi kabar terlebih dahulu. Maka Tiopun mulai grasak grusuk. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Tio. Dia seorang laki-laki yang menurut kebanyakan orang baik.
Sore itu mendung. Aisha sedang ke mini market dekat rumah. Aisha melihat Tio bersama teman-temannya sedang duduk di warung Wak Uchi. Aisha mencoba mendekati warung itu untuk menyapa Tio. Tapi, apa yang didengarnya.
"Bagaimana, sudah bisa kau taklukan cewe berhati batu itu, Tio?" Tanya Yoga yang merupakan teman sepermainan Tio
"Akh...sepertinya susah. Sok jual mahal. Awalnya aku rasa aku bisa mendapatkannya. Tapi, akhir-akhir ini dia mulai menjauh"
"Akh...payah kau"
"Lagian aku cuma main-main saja dengannya. Tak ada perasaan. Siapa juga yang mau dengan gadis berhati batu dan sok jual mahal itu. Hahahaha" tawa Tio membahana
Suara geluduk sudah mulai terdengar. Tanda-tanda mau hujan akan turun. Aisha berbalik arah menuju minimarket. Hatinya terasa panas. Wanita sok jual mahal. Wanita berhati batu. Seperti itukah Aisha dimata Tio. Apakah perlu menangisinya. Aisha berkutat dalam pikirannya dan hatinya yang memanas. Terasa sesak, ingin rasanya berteriak.
Sesampai dirumah, Aisha langsung masuk kekamar. Suasana hati yang tidak enak. Melihat gelagat itu, ibunya mengikuti Aisha masuk kekamar.
"Kau kenapa Aisha?"
"Hiks...hiks... !!!"teriak Aisha menyamburkan pelukan ke ibunya
"Kenapa, nak? Kenapa kau memangis?"
"Mak...apakah Aisha ini wanita berhati keras dan sok jual mahal?"
"Siapa yang mengatakan hal itu, nak?"
"Tio, mak"
"Astagfirullah. Siapa dia berhak menilai anak mamak seperti itu. Sudah tak perlu kau tangisi lagi dia. Lelaki seperti itu tidak pantas kau tangisi,nak. Tak pantas. Sudah diamlah, nak"
"Hiks..hiks..." Aisha masih merasakan sakit.
"Sudah magrib, sholatlah. Selepas itu mengaji. Minta ampun kepada Alloh" suruh ibunya sambil mengusap-ngusap kepala Aisha.
"Hiks..hiks...iya mak"
Dalam sholatnya Aisha masih menangis. Kesakitan hatinya amat mendalam. Perasaan yang setulus pernah diberikannya kepada Tio. Bahkan perintah dan maunya Tio selalu di kabulkannya selama itu tidak berlebihan. Semua itu sirna dengan airmata yang mengakir dalam heningnya magrib. Dalam doa Aisha meminta kekuatan kepada Alloh, meminta agar Dia tidak dendam dengan Tio. Bahkan dia berdoa untuk Tio segera menjadi lelaki yang baik. Aisha menghentikan doanya dalam kata Aamiin yang khusyu.
"Nak...jika memang berjodoh, tak perlu kau susah menahannya. Lepaskan saja dia. jika kau memang sudah ditakdirkan untuknya maka dia akan kembali nak. Kembali padamu. Perbaikilah hati dan prilakumu. Doakan dia, nak. Semoga dia berubah menjadi baik. Karena dengan begitu kau sudah mengikhlaskan segala urusan kepada Alloh"
"Iya, mak"
"Mulai sekarang. Berdoalah nak. Untuk kebaikanmu dan Dia. Tetaplah berdoa untuk kebaikan Dia. Jika kau memang benar-benar suka kepadanya. Biarlah Allah yang tahu perasaanmu. Dan bukan dia orang yang dipilih Alloh untukmu. Setidaknya kau sudah menjadi lebih baik"
"Iya, mak" Hati Aisha sedikit tenang setelah mendengar nasehar dari ibunya.
Malam panjang. Malam yang hening. Gelap dalam pekatnya suasan orang-orang tidur. Namun, disebuah kamar yang dengan lampu temaran seorang gadis yang sedang kecewa hatinya bersujud khusyu kehadapan sang penciptaNya.

Kamis, 25 Juni 2015

Menagih Hutang

Hm....
Ini tulisan bukan untuk menyindir siapa2 kok.
Ini 'pure' tulisan yang aku telah membahas dengan seorang teman.... ^^
Ya...masalah hutang dan si pemberi hutang...

Aku sempat mengeluh pada temanku yang aku ajak sharing masalah hutang yang tak kunjung dibayar.
Lalu dia hanya memberikan solusi "ditagih, jangan sampai tidak di tagih. Karena itu tanggung jawabmu nanti di akhirat"

Apakah itu benar...
Aku juga belum menemukan ayat atau hadisnya mengenai itu.
Apakah akan ada pertanggung jawaban diakhirat nanti ketika kita tidak menagih hutang.
Secara logika dijelaskan temanku itu :
"Ketika seseorang masih ada hutang didunia maka sampai diakhirat juga harus dibayar. Karena pada saat ijab kabulnya mereka bilang berhutang dan yang bersangkutan memberikan hutang. Kecuali, yang bersangkutan mengatakan "ambil saja, tidak perlu dibayar". Nah...tau sendirikan jika hutang adalah bagian dari janji yang harus dibayar. Biasanya sudah ditetapkan atau tergantung si pemberi hutang.
Kembali lagi ke logika awal kenapa harus menagih hutang. Karena ketika diminta pertanggung jawaban diakhirat tentang masalah hutang maka si fulan yang berhutang berkata "saya tidak pernah ditagih, maka saya kira dia sudah merelakan hutangnya. Sebab itu saya tidak membayarnya"
Hei....
Diakhirat nanti bukan mulut yang berbicara, tapi semuanya. Hati2, hanya gara2 orang berhutang kepada anda, anda harus menunggu giliran menuju surga.
Kenapa begitu???
Ya...karena orang yang berhutang harus mencari anda sampai ketemu dan sesegera mungkin.
Jadi, menghambat keduanya untuk masuk surga...
Sebab itulah...
Seorang temanku berkata "tagih lah, terus tagih. Biar kau dianggap orang jahat. Tapi, bukan hanya gara2 itu menghambatmu untuk di hisab. Dan jangan lupa berdoa untuk memurahkan rezeki mereka. Setelah itu ikhlaskan"
Ya...
Model seperti aku paling tidak bisa menagih...
Karena aku pikir karena "jika mereka ada uang pasti mereka bayar. Karena tidak ada uang maka mereka tidak bayar"
Sampai saat ini kalau disuruh nagih hutang tidak bisa...hehehehe!!!

Cuma tetap berdoa untuk mereka semua agar dimurahkan rezekinya.
Dan mengajarkan aku untuk mengikhlaskan sebagian rezekiku kepada mereka...

Semoga bermanfaat... ^^

Rabu, 24 Juni 2015

Memaksa Tuhan untuk mengabulkan doa2 kita

Ini tersembul di pagi yang agak mendung ketika ramadhan dan setelah membaca buku cerita.
Entah mengapa kata - kata "perlukah kita memaksa Tuhan untuk mengabulkan doa2 kita?"
Aku sebenarnya juga tidak tahu jawabannya, tapi aku mencoba untuk menjelaskannya.
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Setiap manusia yang berTuhan pasti akan berdoa untuk dirinya dan orang2 yang disayanginya. Bahkan terkadang untuk musuhnya sendiripun.
Kata doa itu sendiri adalah pengharapan yang muncul dari keinginan makhluk kepada sang Maha Pemberi.
Bermohon setiap keinginan tercapai, memohon disetiap pengharapan ada jalan, dan memohon disetiap masalah ada solusi.
Tapi, kita tidak tahu apakah doa itu terkabulkan secara cepat atau lama atau bahkan tidak terkabul sama sekali.
Sebenarnya tidak ada doa yang tidak terkabul. Bahkan ini juga terjadi padaku.
Ketika aku sekolah dulu selepas sholat wajib aku selalu berdoa "ya Alloh jadikanlah aku anak yang berbakti kepadaMu, orang tua dan negara"
Hei...aku mengulang doa-doa itu sepanjang hari. Tak disangka setelah tamat sekolah. Aku harus berkuliah. Jujur, jurusan yang aku tuju adalah teknik arsitek tapi lain halnya keinginan ayahku yang menginginkan aku menjadi guru. Aku teringat pada selipan doa itu. Ya...jadi anak yang berbakti kepada orang tua. Alloh mengabulkannya, Alloh benar2 melapangkan dadaku untuk berbakti kepada ayahku, aku menuruti kemauannya.
Dan yang terakhir Berbakti kepada negara. Hei...seusiaku sudah berdoa untuk berbakti kepada negara. Yang benar saja!!!
Tapi, lagi2 Alloh mengabulkan doaku. Benar, seusai kuliah aku benar2 berbakti kepada negara. Berapa lama proses itu terjadi. Jelas lama sekali. Tidak ada yang tahu soal itu.
Jadi, ketika Tuhan telah mendengarkan doa kita yang cukup kita lakukan adalah berusaha untuk sabar.
Misalkan ketika kita ada masalah lalu kita berdoa untuk diberikan solusi. Dan tidak sekejab itu pulak kita langsung mendapatkannya. Butuh proses, dan didalam proses itu adanya sebuah kata "sabar".
Jadi, apa perlu kita memaksa Tuhan untuk.mengabulkan doa2 kita???
Itu jawabannya ada didalam hati disetiap masing2 manusia. Bukan aku yang menjawabnya. Cukup tanya hatimu.
Itu sebagian kecil doa2 yang telah Alloh kabulkan. Sebenarnya sudah banyak doa2 yang terkabul, bahkan masih dalam proses.
Tak perlu grasak grusuk tidak sabaran.
Biarkan doa itu tetap mengalir dan bersabar lalu ikhlaskan semua doa2 itu.
Apapun jawaban dari Tuhan itulah yang terbaik untuk kita.

Ingat!!!!
Tidak ada doa yang tidak dikabulkan selama itu doa bermakna kebaikan.
Tetaplah berdoa sampai kau lupa bahwa doa apa yang kau pinta itu.
Dan bersabarlah untuk menantikan jawabannya... ^^
Kan sekali lagi, kita ini hanya makhluk lemah yang masih meminta2 kepada Tuhan, jadi jangan sombong!!!

Taraweh Nomaden

Kejadian ini terjadi ketika aku kuliah dulu. Lupa semester berapa. Tapi, setidaknya aku ingat waktu itu aku sudah pindah kos ke jalan santun.
Ketika puasa tiba, kami tidak libur. Walaupun sebenarnya libur dari kampus. Tapi, karena ada kegiatan di saat puasa aku dan teman2 sekosku tidak balik kampung.
Ya...
Banyak kegiatan yang harus kami lakukan. Istilahnya mumpung ramadhan. Apa salahnya di kerjakan.
Kegiatan pertama disaat bulan ramadhan adalah Taraweh Nomaden ( taraweh berpindah-pindah). Kebetulan mesjid didekat kos banyak.  Maksudnya masih bisa terjangkau berjalan kaki.
Mesjid pertama kami datangi adalah mesjid yang berada di jalan sederhana. 21 rokaat, imamnya juga mantap sekali 'ngebut' nya. Sampe ada nenek2 kelelahan gara2 adegan baca ayatnya 'ngebut'.
Lalu dihari berikutnya kami ke mesjid Taqwa yang berada diujung jalan santun. Mesjid ini katanya punya orang Muhammadiyah. Kami mencoba sholat taraweh disini. 11 rakaat, namun kami sempat kelimpungan di rakaat kedua yang biasanya langsung duduk tahyatul akhir, ternyata kami salah duduk. Alih punya alih kami di tegur sama ibu2 yang ada disebelah kami dan ibu itu memberitahukan bahwa sholatnya 4,4,3 bukan 2,2,2,2,2,1. Kami hanya mengangguk "oh begitu" . Ilmu baru untuk kami, jadi tak masalah.
Lalu hari berikutnya, kami sholat di sebuah mesjid yang ada dijalan turi. Mesjid yang konon katanya tempat ngumpulnya imam2 yang hafidz qur'an.
Wuiih....bisa sekalian tepe2 ( hahahaha...astagfirullah )
Benar, cerita yang beredar benar sekali. Sekalinya masuk kedalam halaman mesjid disambut dengan imam2 yang berjanggut dan berbau putih sepeti jubah. Aku kira itu orang arab atau keturunannya. Ternyata mereka orang indo yang kuliah di arab. Kesan pertama ( cakep bener ini imam2 muda).
Lanjut ke tarawehnya, yang benar saja!!!
11 rakaat, tp kaya' 33 rakaat. Karena imamnya seorang hafidz maka bacaan ayatnya pun selama 11 rakaat adalah satu juz. Ya...benar2 satu juz. Pantesan kami tidak melihat nenek2 atau kakek2 yang sholat disitu. Bayangkan saja untuk satu rakaat mungkin imamnya membaca 2 lembar ayat pada al-qur'an. Kalau boleh jujur, kapok deh sholat dimesjid itu lagi. Hahahahaha...
Lalu sampai dikos kami membahas tentang tarweh di mesjid itu. Ya...obrolan yang sangat panjang sekali.
Lalu kami taraweh di mesjid yang berada di gang mesjid. Karena berkebetulan ada buka bersama antar pondokan kos. Ya...sholatnya sama halnya seperti sholat dimesjid pada umumnya. Namun, karena kami datang kebelakangan ada hal.menarik disini. Kami sholat dekat kamar mandi. Tidak ada pembatas yang jelas dulu antara teras mesjid dan kamar mandi. Jadi, setiap kali ada yang kekamar mandi maka kami siap2 kecipratan airnya.
Terus taraweh dimesjid kampus. Tidak tahu siapa imamnya. Tapi, suaranya luar biasa kali mantapnya sampe tidak konsen untuk sholat.
Lalu pernah juga taraweh di mesjid raya medan yang harus berimpit2an dengan jama'ah lain.  Lalu terkadang kalau lagi ada kenderaan kami pergi sholat taraweh sampe ke jalan pancing, serdang dan perjuangan. Kadang ke mesjid didaerah USU karena ada buka bersama antar organisasi.
Sungguh menyenangkan...
Karena itulah kami menyebutnya Taraweh Nomaden. Buat jadi pengalaman saja. Seseru apa jadinya taraweh yang berpindah-pindah itu.
Ini sangat menyenangkan. Kita bisa menambah teman baru dan menambah silaturahim kepada orang2 yang mungkin saja bisa jadi orang yang sekampung kita.
Akh...jadi kangen taraweh nomaden ala pondokan MIKA.... ^^

Minggu, 07 Juni 2015

Gadis kecil yang kehilangan baju kesayangannya

Suatu malam dimeja makan. Ada seorang gadis kecil sedang merengek sedih kepada ayahnya.
"Yah...carikan baju baru untukku" rengek si gadis kecil itu dengan airmata berlinang.
"Ini masih malam, nak!!!memang kenapa dengan baju baru kamu?"
"Baju baru aku hilang, yah. Diambil orang. Padahal baju baru itu baju kesayanganku. Baju yang akan aku pakai kepesta".
"Ya...nanti ayah carikan baju yang sama persis seperti itu!" Bujuk ayahnya yang mencoba menenangkan anak gadisnya yang mulai terisak-isak sedih.
"Tidak harus sama persis , yah!! Kalau bisa lebih mahal, lebih cantik atau lebih elegan. Biar yang ngambil baju kesayanganku tahu kalau aku punya baju yang lebih bagus darinya"
"Nak...!!!ayah dari dulu tidak pernah mengajarkanmu untuk dendam, dan pamer kepada orang lain. Itu tidak baik. Ikhlaskan saja baju yang diambil orang itu. Akan ada baju yang lebih bagus yang akan kamu dapatkan".
Si gadis kecil itu mulai membesarkan hatinya. Agar anak gadisnya kembali tersenyum sang ayahpun mencoba member nasehat penting pada anaknya.
"Jadi...kamu mau baju yang seperti apa, nak!!"
"Baju yang nyaman aku pakai saja, yah"
"Besok kita ketoko. Kamu pilih baju yang mana yang membuatmu nyaman"
"Benarkah, yah"
"Iya. Ayah berjanji akan membelikan baju terbaik dan baju ternyaman yang pernah kamu pakai seumur hidupmu"
"Makasi ayah"
Setidaknya, janji ayahnya adalah janji penghibur di kala hatinya sedang bersedih. Walaupun baju kesayangan itu sudah hilang. Walaupun baju kesayangan itu sudah dijanjikan untuk kepakai kepesta. Si gadia yaki, akan ada baju yang bagus segera dia miliki.....












Ini memang seperti cerita biasa....
Tapi bagi orang yang berpikir ini adalah suatu cerita yang berharga...dan ada nasehat didalamnya

Selasa, 02 Juni 2015

Puisi untuk seseorang yang aku sayangi dalam diam

Hai...
Seseorang yang disana
Jauh yang belum menemukan
Jalan terbaik untuk kita
Cobalah setiap dalam sujudmu
Berdoa untuk kebaikan kita berdua
Hai...
Seseorang yang selalu aku sebut namanya
Setiap kali aku menengadahkan
Tangan menghadap langit
Betapa aku ingin berkata
Aku sayang padamu
Hai...
Seseorang yang aku selalu meminta pada Tuhan
Untuk berani melamarku
Untuk menjadi pria yang soleh
Pria yang setia, jujur dan bertanggung jawab
Serta mampu memimpin keluarga dan membimbingku kejalan Ridha Tuhan.
Hai...
Seseorang disana yang aku tidak tahu
Apa yang sedang dilakukannya
Untuk memberi jawaban atas semua ini

Aku meminta kepada Tuhan
Bahwa engkaulah yang terbaik
Dalam heningnya malam
Aku selalu meminta
Berikan jalan terbaik

Jikapun semua harapan itu tidak menjadi nyata
Biarlah sayangku ini tetap diam
Dalam sepinya malam syahdu
Jikapun semua harapan itu menjadi nyata
Akan aku ungkapkan segala rasa yang pernah aku rasakan...
Rasa yang aku sembunyikan darimu
Rasa yang aku sembunyikan dari dunia
Hanya Tuhan yang tahu












24
20615 al firdausy