Selasa, 15 September 2015

Dalam Mihrob Rindu

Tersujudku dalam syahdu malam berkabut
Lembaran hati mulai terasa asing
Akankah mati rasa yang pernah menepi
Atau hanya ilusi dalam sebuah mimpi
Terdudukku dalam diam menahan
Menikam lajunya angin rindu menggebu
Alunan nada yang menari lembut
Membisikkan bahwa ini adalah asap kerinduan
Doaku yang lirih terbaca oleh airmata
Harapku yang pasti terekam dalam ingatan
Inikah rasanya tertahan oleh waktu
Mengibaskan sayap kecil berteduh
Melambaikan syarat untuk menghibur diri
Aku...
Aku...
Sedang rindu
Rindu pada semuanya
Pada tetesan keringat itu
Pada peluh yang hadir di setiap dahinya
Rindu sekali
Tapi, Tuhan berkata lain
Bukan untuk pemimpi sepertiku
Ini hanya untuk cinta sejati selimut tidur
Merayu-rayu dalam angan semu
Ini tak tersampaikan
Lantunan nama tersebut disetiap aku menghadap hati
Tahukah...
Tahukah...
Ada sebuah judul yang selalu mengintai
Rindu...
Sungguh aku rindu
Jika Tuhan adalah satu-satunya yang bisa kupercaya
KepadaNyalah aku bercerita
Tentang serpihan gejolak jiwa
Tentang hirupan daunan asa
Terbang...
Terbang terbawa angin
Sampaikan
Sampaikan
Bahwa kata rindu sedang merajai pikiranku
Apakah dia tahu...
Bahwa aku merindukannya
Bibir ini basah oleh ingatan tali penghubung raga
Berkecamuk dalam-dalam
Aku rindu
Rindu
Rindu sekali
Beranjak bangkit
Tapi sulit

Senin, 14 September 2015

Sebuah kisah lama yang menjadi sebuah takdir

Begini kisah lama itu bisa menjadi sebuah takdir.... :v
Ada seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya yang super duper nakal sekali. Walaupun nakal ayahnya selalu tahu kemana anak nakal itu pergi ketika pulang sekolah bahkan sudah hapal betul dengan siapa anak bandal itu bermain . Tapi, kita bukan membicarakan anak nakal yang di sayangi ayahnya itu. Kita sedang membicarakan seorang gadis kecil yang bertemu secara tak langsung dengan seorang pria kecil yang seumuran dengannya.
Adapun sore itu seorang ayah yang sangat menyayangi anak yang luarbiasa nakal itu menjemput kerumah dimana anak nakal itu bermain. Kali ini, seorang ayah itu tidak sendiri. Seorang ayah itu membawa pria kecil, ya pria kecil itu dibawa dan diboncengnya di keranjang sepeda tuanya. Dan ada Seorang gadis kecil itu sedang bermain dengan mobil-mobilannya yang baru saja dibelikan oleh ayahnya di pasar mingguan. Tibalah seorang ayah yang penyayang itu kerumah yang dimaksud. Seorang pria kecil itu juga diturunkan dari keranjang sepeda tua itu. Dengan mata bulat besar yang indah gadis kecil itu memperhatikan pria kecil yang terlihat malu-malu dengan postur tubuh yang kurus. Mereka saling pandang, gadis itu mencoba mengajak bermain mobil-mobilan. Namun, pria kecil itu malah bersembunyi dari balik kaki ayahnya. Gadis kecil itu tetap memandangi pria kecil yang pemalu itu. Sepertinya ayah yang penyayang itu tahu betul maksud gadis kecil itu. Lalu, ayah yang penyayang itu menyuruh pria kecil itu bermain dengan gadis kecil itu. Dan sembari sang ayah bercerita dengan ayahnya si gadis kecil itu. Gadis kecil dan pria kecil itu mulai akrab. Mereka bermain mobil-mobilan. Tertawa bersama. Seolah-olah pernah bertemu. Padahal itu pertemua pertama, akan tetapi siapa tahu bahwa itu bukan pertemua terakhir mereka.
Setelah mereka benar-benar meranjak remaja mereka bertemu ditempat yang sama namun diruang yang berbeda. Akan tetapi, mereka tidak saling kenal satu dengan yang lainnya. Tidak pernah mengira mereka pernah bertemu sebelumnya. Dan mereka biasa-biasa saja.
Namun, sebuah cerita takdir itupun dimulai. Disebuah pertemuan hebat. Si anak nakal yang disayangi ayahnya bertemu dengan gadis kecil yang sudah dewasa. Sianak nakal terkejut bahwa si gadis kecil itu sudah tumbuh besar dan matang. Dalam sebuah haru biru dia mengisahkan cerita ini kepada gadis kecil yang sudah dewasa itu. Ternyata pria kecil yang sudah dewasa juga itu adalah seseorang yang gadis kecil itu kenal. Bahkan sangat dikenalnya sekali. Anak nakal yang disayang ayahnya itu bercerita betapa akrabnya gadis dan pria itu pertama kali bertemu.
Dan siapa sangka gadis dan pria itu bertemu lagi. Setelah mereka sudah menjadi akrab diusia dewasa.....

Kisah ini hanya sepenggal kisah nyata yang diceritakan oleh seseorang kepadaku. Dan aku kira kejadian takdir seperti ini hanya ada disinetron....!!! :v
Inilah isi kombur2 malam ini dengan seorang sahabat lama....!!!

Jumat, 11 September 2015

Serial Ben dan Coki - ini urusanku juga -

"Ben...kau sebagai ketua osis harus bantu kami" Ajak Jefri yang merupakan teman sekelas Ben
"Ngapain?" Tanya Ben Heran
"Udah ikot aja kau. Ini membela nama baik sekolah"
Ujar Jefri yang segera menarik tangan Ben.
Ben masih bingung. Ada apa gerangan. Teman-teman sekelasnya sudah pada ngumpul di gudang olah raga. Ada juga beberapa para senior yang terlihat kekar, yang pasti mereka di  klub Karate.
"Ada apa sih Jef?" Tanya Ben masih heran.
"Nah...kau bawa ini" Jefri memberikan sebuat pemukul kasti.
"Kita mau maen kasti?"
"Pokoknya kau ikut aja, ini demi membela nama baik sekolah"
Ben mengira ini merupakan pertandingan kasti abtar sekolah. Dengan melihat mata Jefri yang berbinar-binar, tumbuhlah rasa semangat Ben. Padahal hari ini, Ben dan Coki sudah berjanji seperti biasa di tempat Wak Mail. Coki yang sudah menunggu dan memesan pisang goreng dan teh manis dingin masih bercerita dengan Wak Mail.
"Lama kali si Ben ini pulang!" Keluh Coki berbicara sendiri. Mendengar keluhan itu Wak Mail angkat bicara.
"Uwak tengok uda pulang dari tadi orang tu, Nak"
"Hah!!tapi, kok lama kali si Ben keluar"
"Tak tau lah wak Nak" jawab wak Mail yang sedari tadi juga tidak melihat keberadaan Ben.
Hari semakin sore, Coki merasa tidak enak hati. Ada apa gerangan. Tidak ada kabar. Bahkan sepucuk surat singkatpun tak ada. Masalah Handphone, mereka tidak tertarik dengan barang canggih itu. Bagi Coki uangnya bisa dibelikan makanan untuk sehari-hari saja sudah cukup. Karena Ben teman yang baik dan setia makanya tidak ikut membeli handphone.
Coki mulai gelisah, dia melihat-lihat kearah gerbang sekolah. Sepertinya penghuni sekolah sudah tidak ada lagi. Cokipun permisi pulang.
"Wak...aku pulang duluan ya. Nanti kalau-"
Suara sirine mobil polisi meghentikan Coki untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Wak Mail. Matanya tertuju pada sebuah mobil yang mengangkut beberapa anak sekolah. Mata Coki terbelalak, dia sangat mengenal sosok yang sedang duduk lesu dengan tas ransel berwarna merah itu.
"Ben itu wak...itu Ben!" Teriak Coki yang masih berdiri di depan warung Wak Mal.
"Mana nak?"
"Itu wak, di mobil polisi tadi"
"Ngapain pulak si Ben di mobil polisi?"
"Aikh...tak taulah aku wak!! Aku kekantor polisi dulu lah kalok gitu"
"Iya...ati-ati kau nak"
Coki berlari menuju kantor polisi yabg jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan akhirnya Coki sampai didepan kantor polisi itu. Terlihatnya begitu banyak siswa yang mukanya sembab, kepalanya berdarah dan beberapa tergelatak tak berdaya. Begitu matanya tertuju pada Ben, Coki langsung mendekatinya. Dan melayangkan sebuah tinju kemuka Ben.
"Sakit, gilak!"
"Lebih sakit lagi, kalok ayah kau liat keadaan kau sekarang, ngerti kau"
Ben hanya terdiam, tidak membela diri. Benar yang dikatakan sahabatnya itu.
"Ini bukan urusanmu, Cok" akhirnya Ben angkat bicara.
"Kau bilang ini bukan urusanku. Jelas ini urusanku juga. Apa yang kubilang nanti kalok jumpa sama ayah kau. Ku bilang kalok kau jatoh dari pohon sampek babak belur kaya' gini"
"Ini demi nama baik sekolah"
"Persetan itu semua, Ben. Nama baik sekolah. Jadi, masuk kantor polisi kaya' gini nama baik sekolah maksud kau. Ini namanya buat malu nama sekolah kau. Sapa yang maksa kau ikot?"
"Ga ada yang maksa"
"Gak mungkin, jujur kau. Biar kuhajar dulu orangnya"
"Ga ada yang maksa aku ikut loh"
"Masih bongak kau samaku" Coki semakin geram
"Udahlah, yang penting aku gak apa-apa"
"Gak apa-apa, gilak kau!!siapa yang ngajak kau, hah!!"
"Jefri" akhirnya Ben mengakuinya
"Mana orangnya?"
"Itu yang teduduk lesu disana" tunjuk Ben kearah Jefri yang mukanya penuh lebam dan beberapa luka ditangan dengan seragam yang berdarah-darah.
Coki mendekati Jefri.
"Oi...bos!" Sapa Coki dengan wajah geramnya.
"Oi..." jawab lemas Jefri memandang kearah Coki dengan mata sipit membiru.
"Kuperingatkan sama kau ya, gak usah kau ajak lagi si Ben tawuran kaya" gini. Berani-berani lagi kau ajak dia. Kau yang kucincang, bos! Ngerti kau!" Kepalan tangan Coki sebagai tanda peringatan keras untuk Jefri.
"Bukan urusan kau itu bos!"
"Hm....memang bukan urusanku nama baek sekolah kelen. Urusanku cuma si Ben. Ingat itu ya. Aku tak main-main!!!" Coki langsung berpindah ke Ben.
Membawa Ben masuk ke kantor polisi. Dan berbicara kepada beberapa petugas disitu. Coki membawa pulang Ben dengan persyaratan dan surat peringatan pertama. Coki yang mengaku sebagai abangnya Ben, mempercepat proses keterkaitan Ben atas tawuran antar sekolah.
"Udahlah, Cok. Aku bukan anak kecil lagi. Aku tak apa-apa"
"Kepala kau tak apa-apa!!udah pulang kita. Gak usah banyak cingcong kau"
Mereka berdua pulang. Sesampai didepan rumah Ben. Coki membiarkan Ben sendiri yang menghadapi orang tuanya. Coki tak ingin ikut campur, karena bagi Coki ikut campur dengan keluarga orang lain itu adalah hal yang tabu. Tidak baik. Biarlah Ben dihajar sampai babak belur oleh ayahnya. Biarlah Coki tidak melihat airmata ibunya Ben mengalir karena tingkahnya. Itu lebih baik untuk Ben, harga dirinya tidak tercabik-cabik.
"Kau...melalak kemana kau, hah!" Teriak ibunya Coki
"Dari kantor polisi aku"
"Hah!!! Ngapain kau dari kantor polisi? Buat masalah apa kau?"
"Gak ada, cuma maen-maen aja, mak" bohong Coki yang tidak ingin orang tuanya tahu kalau Ben yang bermasalah dengan kantor polisi.
"Yaudah....kau bantuin itu angkat batu ke mobil pick up-nya nkong Asun"
"Iya"
"Tapi, makan dululah kau"
"Iya, mak"
Memang segala sesuatu hal itu terkadang bukan merupakan urusan kita namun ada juga yang memang itu perlu kita ikut campur didalamnya. Pandai-pandailah memilih. Mana yang memang urusan kita, mana yang kita tidak boleh mencampurinya.

Serial Ben dan Coki - Galau -

Tak terasa sudah memasuki pembagian jurusan untuk Coki. Dia mulai bingung dengan pilihan yang ada, IPA atau IPS. Kepada siapalah dia bertanya. Ketika bertanya kepada orang tuanya.
"Mak, aku ngambel jurusan apa ya?"
"Jurusan apa maksud kau?"
"Jurusan sekolah lah mak, IPA atau IPS?"
"Akh...suka ati kau lah, cok. Yang penting bisa kau sekolah beasiswa kai gak dicabut. Uda syukur kali mamak kau ini"
"Aikh...si mamak inipun bukannya bantuin mikir"
"Eh...masih banyak yang harus aku pikirkan ,Cok. Abang kau udah sebulan tak ada kabar, adek kau yang kembar itu baru diskor dari sekolahnya karena buat onar. Jadi, mamak juga yang harus mikirkan soal jurusan kau. Kau tanyak sana sama bapak kau"
"Mamak aja malas bantu, apalagi bapak"
Keluh Coki kecewa.
"Cok" tiba-tiba ibunya memanggil memberhentikan langkah kaki Coki yang hendak kekamar tidur.
"Apa lagi, mak!"
"Apapun jurusan yang kau pilih. Yang penting kau bisa tamat sekolah, mamak uda senang, Cok. Kalau kau bisa dapat beasiswa lagi ke kuliah nanti makin tambah senang mamak kau ini" sebuah senyuman yang sudah lama tak terlihat dari wajah ibunya itu membuat Coki semangat untuk bersekolah.
Tapi, kepalanya masih dipenuhi sebuah pilihan IPA atau IPS.
Lain halnya, dirumah Ben sedang terjadi pertengkaran antara Abang dan Ayahnya. Membuat Ben tidak berkosentrasi mengerjakan tugas untuk kompetensi antar SMK. Ben mulai berang, dan keluar kamar melihat apa yang terjadi.
"Ayah, Bang Den. Uda besarnya kelen ini. Masih aja becakap ga bagus kelen. Aku mau belajar, ada kompetensi seminggu lagi antar sekolah, makin pening kepalaku liat kelen berantam"
Ayah dan Bang Den, langsung menoleh kearah Ben yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya dengan wajah geram.
"Abang kau inilah susah dibilangin. Ayah suruh nyari kerjaan malah dikamar aja kerjanya"
"Ayah kira aku dikamar diam-diam aja. Aku sedang menulis untuk kujadikan buku"
"Apa pulak, gak usah ngayal kau tinggi-tinggi kali jatuh baru tahu kau sakitnya minta ampun"
"Kan...kan...mulai lagi kelen berantam. Tolonglah, aku mau belajar" wajah Ben berubah menjadi sedih.
"Ok...kita lanjutin lagi besok, yah. Kasian si Ben. Kaya'nya dia betol-betol mau belajar"
"Yauda"
"Huft" Ben menarik nafas lega. Setidaknya pertengkaran yang tidak jelas arahnya itu terhenti. Dan dia mulai kembali belajar.
Keesokan paginya....
Hari ini Coki lebih dulu datang ke rumah Ben. Ben telat bangun karena belajar hingga mendekati subuh.
"Kenapa mata kau itu, Ben. Uda mirip ikan gembung yang baru ditangkap sama Wak Ikal"
"Ngantok kali aku, Cok. Belajar sampe subuh tadi aku"
"Umakjang, belajar apa kau?"
"Ada kompetensi antar SMK"
"Kapan?"
"Minggu depan"
"Kau kok tumben kali datang cepat?"
"Iya, pagi ini mau cepat sampe sekolah. Ada yang mau ku bahas sama Putri"
"Apa itu?"
"Pilihan jurusan"
"Maksud kau? Apa hubungannya sama putri"
"Ya...aku ngikut apa yang dipilihh putri. Kan lumayan satu kelas dengan orang yang buat semangat aku belajar dan sekolah. Hehehe"
"Akh..kok kaulah ada-ada aja ide kau itu"
"Heleh, kau juganya kan. Ngapain kau semangat kali belajar buat kompetensi. Biar di lihat sama Ayu kan?"
"Mana pulak"
"Heleh...hahahhahahaha"
"Hahahaha....iya sedikit niatnya gitu"
"Hahhahahaha...aku uda kenal kau Ben. Mana mungkin mau belajar semangat kalau gak menginginkan sesuatu"
"Hahahahaha....gilak kau"
Sesampau disekolah Ben langsung masuk keruangan klub kompetensi. Langsung belajar disitu selama seminggu. Ben tidak menyangka ada Ayu disitu, sedang duduk dipojokan sendirian.
"Pagi, ayu" sapa Ben yang sebenarnya gemetaran.
"Eh...pagi Ben"
"Kamu ngapain disini?"
"Baru selesai beres-beres buat laporan untuk Pak Ahmad"
"Oh..."
"Oh...ya kamu juga ikut jadi peserta ya!"
"Iya" jawab Ben menelan ludah karena sudah tidak menahan gemetaran kakinya.
"Semoga sukses ya, aku mendukungmu"  senyum Ayu dipagi yang cerah itu.
"Iya" Ben langsung menunduk menghidari terlihatnya rona merah dipipu hitamnya. Walaupun itu tak mungkin terlihat.
Beda halnya di sekolah Coki. Coki yang masih uring-uringan harus memilih jurusan apa. Dan lebih membingungkan , kata pertama apa yang harus diucapkan kepada Putri untuk memulai percakapan ini. Coki menggaruk-garuk kepalanya, mencoba berdiri dan duduk seperti orang gelisah saja. Sengaja, untuk membuat perhatian Putri. Benar saja Putri langsung mendekat. Metode Coki berhasil menarik perhatian Putri.
"Kamu kenapa?kok kaya' orang lagi bingung gitu"
"Eh...iya ni put. Memang aku lagi bingung"
"Bingung kenapa?"
"Milih jurusan"
"Oh...memangnya kenapa?"
"Ya bingung loh...kamu pilih jurusan apa put?"
"Aku masuk IPA. Soalnya aku mau jadi dokter gigi sih" setidaknya dari percakapan ini, Coki tahu apa yang dicita-citakan Putri. Karena ketika kelas mereka membicarakan cita-cita giliran putri tak sempat.
Akhirnya Coki, memutuskan untuk memilih IPA agar sekelas dengan Putri. Seorang anak perempuan yang selalu membuat semangat untuk pergi sekolah dan belajar.
Kegalauan itupun hilang sudah. Ketika Putri mengucapkan kata IPA. Begitu juga Ben yang sedang kacau di rumahnya atas pertengkaran antara ayah dan abangnya. Sudah menjadi semangat kembali karena ada dukungan dari Ayu.

Kamis, 10 September 2015

Cinta Segi Tak Tentu

Alkisah...
Ada seorang cewek A, Cowok B dan Cewek C. Kisah ini sering terjadi dikehidupan sehari-hari kita. Bahkan mungkin pernah terjadi pada kita.
Begini ceritanya...
Pada suatu malam yang berbintang dan cerah. Angin menghembus pelan menyibak seluruh tubuh. Cewek A sedang berjalan-jalan kepasar malam. Tibalah dia disebuah toko makanan. Lalu cewek A itu masuk ketoko tersebut dan melihat makanan kesukaan si cowok B. Dengan cepat cewek A menelpon cowok B.
A : eh...ada toko makanan kesukaanmu ni?
B : dimana?
A : dipasar malam. Kapan-kapan kita kesini yuk!!
B : ayok!!!
Hati cewek A langsung berbunga-bunga. Pikirannya langsung melayang membayangkan apa yang terjadi ketika mereka jalan berdua. Bukankah ini yang selama ini diinginkan oleh si cewek A. Berjalan berdua di pasar malam. Dan makan bareng dengan cowok B.
Namun, disisi lain....
Cewek C menelpon cowok B....
C : malam minggu ini kita jalan, yuk!! ( sebenarnya ngarep diajak jalan )
B : ayok...
C ; kemana?
B : kepasar malam
C : ngapain?
B : ntar aku kasi tau makanan terenak deh!
C : hehehehe....makanan apa sih?
B : makanan kesukaanku
C : oke deh, jemput aku ya!
B : ya...!!
Cewek A masih menunggu jawaban cowok B. Kapan mengajak cewek A ke pasar malam. Tak lama, cowok B menelpon cewek A
B : malam minggu ini aku datang kerumah ya, sekalian jalan-jalan kepasar malam
A : eh..iya ( sambil senyum-senyum sendiri )
B : ok...!!!
Malam minggu itupun tiba. Benar saja cowok B datang ke rumah cewek A, namun tidak sendiri. Tidak seperti yang dibayangkan cewek A. Ini diluar perkiraan. Rasanya malas untuk pergi, tetapi tidak ada alasan yang tepat untuk menolak. Dengan senyum terpaksa cewek A tetap memaksakan pergi. Mereka bertiga kepasae malam untuk makan makanan kesukaan cowok B.
C : enak ya
B : iya donk, gimana A?
A : hu um
Cewek C merasa senang. Begitu juga cowok B tapi, mereka tidak tahu ada hati yang tersinggung malam itu yang hanya bisa diam saja.
Keesokan harinya....
Cowok B menelpon cewek A
B : makasi ya, uda mau ngajak jalan. Tadi malam menyenangkan loh
A : iya sama-sama
B : lain kali kita jalan berdua kesitu ya
A : hu um ( jawaban dengan rasa hambar ) ntar bohong lagi....
B : iya aku janji, kalo aku bohong bunuh aja aku
A : hehehehe, iya ( hatinya kembali senang )
Tak lama cewek C menelpon cowok B
C : makasi buat tadi malam...
B : iya....gimana enak kan makanan tadi malam?
C : iya, enak kali, kapan2 kita kesitu lagi ya. Berdua aja
B : iya, buatmu apa sih yang gak
C : hehehehe.....
Tak ada yang tahu cinta segi apalah ini. Cinta segitiga atau cinta segi tak tentu.
Apakah si cewek A yang terlalu ke GR-an atau cowok B yang suka ngasi harapan ke cewek A dan C atau cewek C yang keagresifan.

Rabu, 09 September 2015

Serial Ben dan Coki - arti sahabat -

Sudah hampir 10 tahun Ben dan Coki berteman. Mereka terpisah oleh sebuah keinginan orang tua dan nasib harus berpisah di sekolah lanjutan atas. Bukan berarti mereka menjadi malas untuk sekolah. Malah semakin semangat karena akan mendapat teman baru. Untuk selisih paham itu sering terjadi. Bahkan mereka pernah berkelahi. Tapi, setelah itu mereka berteman kembali.
"Akh tak terasa udah hampir sepuluh tahun kita bekawan, Cok"
"Terus mau kau apa?"
"Dirayakan yok"
"1 dekade perkawanan kita, gitu"
"Yaiyalah...masa' perkawanan berok sama monyet"
"Hahahaha....mau macam mana kita rayakan hari perkawanan kita ini"
"Besok malam jumpai aku diloteng rumahku" kata Ben semangat
"Mau ngapain?" Coki bingung
"Lihat bintang"
"Alahmakjang, mulai lebay kau Ben. Gak usah kau ikutin kelebayanku, Ben!"
"Udahlah datang aja kau ya!"
"Iya"
Benar saja perkiraan cuaca ini malam. Langit cerah, taka ada awan kelabu yang menghampiri. Anhin bertiup sepoi-sepoi. Ben sudah ada diloteng dengan beberapa cemilan dan minuman kaleng. Coki yang masih harus mandi karena baru saja selesai membantu orang tuanya membuat batu bata segera menyelesaikan mandinya.
Pertemuan untuk merayakan satu dekade persahabatan mereka judul cerita ini malam.
"Umakjang, banyak betol makanan kau , Ben!" Teriak Coki setibanya diloteng.
"Akh....kita habiskan malam minggu ini diloteng ya, Cok"
"Aikh...sedih kali aku dengarnya. Biasanya malam minggu orang lain maen-maen sama pacarnya. Kutengok kita ini ga normal, Ben. Hahahahhaha"
"Pacar? Sejenis bangke apa itu, Cok"
"Hahahhahahah...kurang ajar kali kau ya?"
Memulai ritual yang biasa mereka kerjakan disetiap malam minggu. Memandang langit yang beruntung lagi cerah. Biasanya malam minggu itu selalu mendung dan bahkan hujan. Akibat doa-doa para jomblo. Sekaleng minuman ringan mereka buka lalu mentoskan sehingga berbunyi kaleng yang saling beradu.
"Tos dulu, Ben. Biar kental kita"
"Oke, men!"
Mulai lah mereka mengenang masa -masa perkawanan mereka. Seperti Ben pernah kencing dicelana karena dikejar-kejar anjing Si Berta. Coki yang pernah kena siram kotoran manusia, karena sedang berada dibelakang mobil sedot tinja.
"Akh...!!! Entahlah Ben. Uda lama betol kita bekawan ya"
"Lama kalipun"
"Apa yang gak kau suka dari aku"
"Tak ada...aku suka semuanya"
"Ben...kurasa kita perlu ke psikiater"
"Ngapain"
"Jangan-jangan kau suka sama aku"
"Aish, Cok. Sikitpun tampang kau yang macam badak tekincit gitu manalah aku tertarik. Ayu, kau taulah masih dia yang kuincar. Eh...cemana si putri?"
"Hah!!!"
"Si putri, kau cemana sama dia?"
"Alah....putri itu cuma sebagai penyemangat aku aja Ben. Tak tepikir pulak aku buat pacaran sama dia. Kurasapun tak mau dia sama aku"
"Kenapa gitu?"
"Biarlah kaya' gitu dulu. Kau juga tak usahlah kau pacaran-pacaran. Si Ayu itu buat penyemangat aja kesekolah. Ada yang kotengok-tengok aja"
"Haahhahah....iya. Ngerti aku"
"Ingat kata wak mail. Niat utama sekolah adalah belajar biar sukses"
"Hahaahhahaha....iya ingat aku"
Kembali mereka berdua memandang langit yang berbintang. Menerawang entah kemana pandangan itu sebenarnya. Memikirkan cita-cita mereka, mungkinkah tercapai. Ben mulai memikirkan nasib Bang Den yang kerjanya setiap hari hanya dikamar dengan puisi-puisi tak jelasnya. Coki juga sedang berpikir bagaimana bisa mengembalikan senyum ibunya.
Dua anak remaja yang mungkin masa pubernya dihabiskan untuk hal yang berbeda dengan anak-anak remaja lainnya. Yang biasanya dimasa puber mereka ingin mencoba hal-hal yang merusak diri mereka sendiri, seperti.merokok, minum-minuman keras bahkan termasuk narkoba.
"Kau ingat ga Ben, waktu kita ditawarin sama abangnya Junet buat kumpul dimarkasnya orang itu"
"Hah!!! Kenapa rupanya?"
"Untung aja kita gak kesana ya waktu itu. Kaloklah kita kesana. Udah dipenjaralah kita"
"Iya, Cok. Ish....untung ajalah kita masih sayang orang tua"
"Ho oh..."
"Itu kan gara-gara kau juga, Cok"
"Kok aku pulak"
"Kaunya betingkah. Entah apalah kau mau bekawan sama si Junet"
"Aikh....ya gara-gara kau jugaknya. Suruh sapa kau merajok. Maa ada kawanku, ya junet pulak yang mau bekawan samaku"
"Merajok kenapa aku waktu itu ya?"
"Iya gara-gara aku ga mau ngawanin kau liat kibot yang ada mak lampirnya"
"Hahahahhahahha....iya...iya!"
Mereka kembali tertawa mengenang hal-hal lucu seperti itu. Persahabatan itu penting. Karena akan lebih menyenangkan jika ada seseorang yang paham betul tentang diri kita. Paham betul dengan keadaan kita. Paham betul tentang selera kita. Saling mengisi satu sama lain. Membawa kemanfaatan yang baik. Ada yang mengajak untuk selalu bersama. Itulah perahabatan.
"Pengen aku kita bisa bekawan selamanya Cok"
"Aku jugak Ben"
Malam yang berbintang....

Minggu, 06 September 2015

Puisi Kamu

Aku tahu kamu kesepian
Karena dikeramaianpun kamu masih merasa sendiri
Aku tahu kamu bingung
Karena dijalan yang luruspun kamu masih merasa harus berbelok
Aku tahu kamu butuh teman
Karena diantara mereka tak ada yang paham tentang mu
Aku tahu kamu rindu
Karena dihatimu masih ada sebuah celah yang harusnya terisi
Aku tahu kamu terasa hampa
Karena orang yang mengertimu mulai menjauh
Aku tahu kamu ingin bilang
Karena tingkahmu yang memberitahukan itu semua
Tapi, apakah kamu tahu?
Ada seseorang yang diam-diam memperhatikanmu
Diam-diam mendoakanmu
Diam-diam khawatirkanmu
Diam-diam mencoba melupakanmu
semua itu
Hanyalah alasan klise untuk tetap bisa bersamamu
Alasan diam itulah yang membuat bisa terus bertahan sampai sekarang
Mungkin
Mungkin saja
Malaikat sudah mulai merasa ingin terbang kelangit
Untuk menyampaikan apa yang aku harapkan
Cobalah
Cobalah untuk tetap dikoridor itu
Dijalan yang direstui Tuhan kita
Jika kau merasa ingin cerita
Ceritalah
Telinga ini siap mendengarkan segalanya
Jika kau merasa ingin bersandar
Bersandarlah
Karena sujudmu memberikan kekuatan besar di hidupmu
Jika ingin sebuah keyakinan
Beryakinlah
Karena setiap doa-doa yang kau lantunkan langit pasti mendengarnya
Tak ada kutipan yang bisa membuatmu bangkit selain dirimu sendiri
Dan aku hanya bisa memandangmu dari sebuah jendela yang kamu sendiri tidak tahu dimana jendela itu berada
Selalu dan selalu
Tetap dan tetap
Ada bersama mimpi dan harapanmu
Kembalilah
Jika kakimu sudah merasa lelah untuk berjalan
Datanglah
Jika apa yang kau rasakan itu sudah pasti
Aku akan selalu disampingmu sebagai bayangan yang menghiburmu