Kamis, 25 Desember 2014

Looking for Key

Ada udara dingin yang menyapa pagi ini
Oh...aku kira hari ini akan hujan
Tenryata hanya gerimis yang tersisa
Kapan udara dingin ini berhenti
Sampai aku bisa menemukan sebuah kunci
Untuk membuka pintu kehangatan
Tapi, aku sedikit bimbang
Harus dimulai darimana aku mencarinya
Ada ketukan suara dari dalam pintu itu
Namun, aku tidak bisa membukanya
Mencoba mencari tahu
Dengan sederet tanya
Siapakah itu?
Aku perlu kuncinya
Untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu itu
Berlari jauh dari pintu itu
Suara ketukan semakin nyaring
Tolong....
Siapa yang meletakkan kuncinya
Kembalikan padaku
Aku sangat penasaran
Hingga tak nyenyak tidur
Mimpun susah
Benar, kuncinya ada di tangannya
Jika aku meminta padanya
Apakah dia akan memberikannya
Tapi bagaimana?
Aku belum mampu meyakinkannya
Bahwa aku mampu membawa kunci itu
Dan membuka pintunya
Mungkin nanti....
Mungkin disaat senja mulai memerah
Pelangipun muncul setelah gerimis
Atau setelah  aku akan memperbaiki segala jenis yang buruk menjadi baik.
Looking for key
To knows who's in there
I hope to find it, soon ... ^^

Minggu, 26 Oktober 2014

Si wanita dari planet bumi

Tidak....
Aku tidak tahu lelaki seperti apa yang aku inginkan.
Hanya saja setiap kali aku menonton film atau drama lalu aku memperhatikan katakter tokoh utama. Jika itu menyentuh hatiku dan membuatku terharu maka seperti itulah lelaki imajinasi yang aku inginkan.
Tetapi sesungguhnya, aku juga tidak tahu lelaki seperti apa yang aku inginkan sebenarnya.
Ada lelaki mapan, namun aku mencoba berpikir realita. Tidak hanya kemapanan yang aku inginkan. Selalu melakukan hal yang sama. Melakukan sikap kekanak-kanakkanku. Sengaja melakukan kegoisan, cemburu yang berlebihan, dan pastinya tidak perduli. Lalu, bisa aku simpulkan kenapa aku bisa seperti ini. Aku rasa aku benar-benar tidak menyukai seseorang yang hanya mapan saja.
Ada lelaki cerdas, ini termasuk kriteria utamaku. Aku memang sangat menyukai pria yang cerdas. Bukan hanya dalam nilai pelajaran tapi juga dalam hal kreativitas. Sekali lagi ketika aku melakukan hal-hal bodoh. Seperti melakukan kegilaan yang paling dibenci oleh orang cerdas maka si cerdaspun menjauh dariku. Aki berpikir sekali lagi, mengapa aku melakukan hal bodoh itu. Karena aku benar-benar tidak menginginkannya.
Ada lelaki yang sehobi denganku. Namun entah mengapa lagi. Aku melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Tidak memberikan respon timbal balik. Lalu diapun berlalu.
Dan sekarang apa aku menyesal.
Tentu tidak....
Karena bukan seperti apa mereka. Hanya saja aku masih bingung kriteria lelaki seperti apa yang benar-benar aku cari itu.
Terkadang aku merasa aneh, apakah aku ini seorang yang normal.
Kurasa normal...
Karena sempat aku menyukai beberapa orang pria dalam jangka waktu yang panjang, tapi pada akhirnya mereka tidak tahu ada seorang wanita yang diam-diam sedang memandang wajah mereka.
Untuk yang pertama....
Anehnya aku menyukai lelaki yang sangat nakal. Belajar tidak mau, berkelahi, merokok, suka minum2an keras, dan nyabu. Ya...aku heran kenapa aku bisa menyukainya. Dan lebih celakanya lagi ternyata sahabatku juga menyukainya. Lalu akupun mundur teratur. Kenapa?
Karena aku benar-benar tidak suka hubungan persahabatan rusak hanya karena seorang lelaki brengsek seperti dia. Jelas sekali tidak semudah aku langaung suka denganya. Awal yang indah berawal dari ngobrol bersama. Klise bukan. Tapi, entah kenapa aku mulai menyukai lelaki yang lemah namun sok kuat kelihatan dari luar. Ketika curhatab pertama itu. Maka aku langsung jatuh hati pada yang pertama ini.
Untuk yang kedua....
Jelas, karena rutinitas kami sering bertemu. Anaknya manis. Aku menyukai tingginya. Secara sifat tidak sama sekali. Hanya fisik. Aku sadar diri banyak wanita yang mengejarnya. Tidak hanya aku tetapi beberapa wanita diruang yang sama. Namun, aku tahu dia tidak suka sama sekali denganku. Itu diperjelasnya ketika dia berkata padaku kalau dia sedang menyukai seorang wanita yang lebih muda dan berparas cantik. Aku kalah banyak dengan wanita yang dia maksud. Sakit hati, awalnya iya. Aku sempat merasakan sakit hati. Tapi, tak masalah bagiku. Walaupun dia menyukai wanita lain yang lebih cantik dariku, tapi aku tetap bisa bersamanya mendengarkan ceritanya betapa senangnya dirinya ketika dekat dengan wanita yang dia cintai. Aku juga merasa begitu. Cukup seperti ini saja. Hubungannya. Setelah dia putus dari wanita yang dia sukai itu, sepertinya ini kesempatanku untuk meraihnya. Sekali lagi aku gagal. Kali ini aku benar-benar kehilangannya. Kurasa dia mulai curiga dengan sikapku. Mungkin dia tidak ingin mengecewakanku. Makanya dia pergi, dan kami jarang sekali berkomunikasi. Hal ini lebih menyakitkan daripada harus melihatnya bersama wanita lain. Aku berdiam tanpa terdengar bahwa aku telah menyukainya selama ini. Bukan selama ini, tapi sampai sekarang.
Sebagai gantinya, aku mulai frustasi. Aku mulai menunjukkan hal-hal gila. Seperti pergi berduaan dengan sahabatnya waktu itu. Pergi dengan lelaki yang benar-benar tidak aku sukai bahkan masih ada hubungan teman dengannya. Tapi, aku kira dia perduli. Ternyata aku salah. Dia tidak perduli. Maka aku putuskan untuk tidak menyukainya lagi. Dan aku akan berusaha membuka pintu hatiku dengan yang lain.
Untuk yang ketiga....
Aku tidak tahu apakah ini yang terakhir atau ini hanya sebagai pelampiasan rasa yang dulu tersakiti. Aku mulai mencoba untuk menerimanya. Kami, banyak persamaan. Dan aku mulai menyukainya. Tapi, hati kecilku tidak menerima itu. Bukan karena dia tidak baik atau kurang menarik. Tidak, bukan karena itu. Entah bagaimana, dia mencoba mengejarku. Tapi, aku rasa itu tidak serius. Namun aku anggap serius. Sekali lagi aku mantapkan hati, ternyata memang tidak bisa menerimanya. Sekali lagi mencoba kegilaanku. Aku mengeluarkan jurus terhandalku. Cuek. Ya, sebenarnya aku memiliki hal yang sama. Rasa suka. Tapi, sekali lagi hati kecilku ini gila sekali belum bisa menerima.  Memang agak sulit. Tapi, aku anggap ini sebagai sebuah karya tulis hasil imajinasiku. Aku mengikuti permainannya. Aku menerima setiap gombalan dan rayuan. Aku mencoba memberikan hal terbaik untuknya. Mencoba perhatian padanya. Mencoba menyukai apa yang dia sukai. Mencoba mengerti apa yang dia maksud. Tidak hanya itu, aku mencoba menyenangkan hatinya. Mencoba selalu ada setiap kali dia butuhkan. Mencoba mendengarkan keluhannya. Ya...aku selalu mencoba. Sampai pada akhirnya. Aku mengerti apakah ini cinta?
Berusaha untuk mencoba membuat dia senang dan nyaman ?
Ternyata aku salah. Aku salah besar. Itu hanya perasaan yang aku tidak tahu apa namanya.
Dan kurasa bukan cinta.
Hanya rasa ingin bersama saja.
Ya....benar sekali.
Ketika aku benar-benar kehilangannya.
Aku benar-benar merasa kesepian. Tapi, tak apalah daripada berlanjut sampai diakhir cerita yang sebenarnya aku belum tahu awalnya. Kami benar-benar sudah tidak saling berkomunikasi.
Egois....
Jelas aki sangat egois..hanya memikirkan perasaanku. Hanya memikirkan pikiranku saja. Tidak memikirkan bagaimana perasaan mereka.
Ya...sudahlah....
Hal gila ini akan terus berlanjut sampai ada seseorang yang gila juga menerima wanita yang aneh ini....
Dewasa....
Tak perlu diomongkan lagi. Usiaku sudah cukup tua untuk dikatakan dewasa....
Menerima orang yang dewasa dan itu mudah saja.
Tapi, bagaimana menerima seorang yang aneh dan gila sepertiku.
Hahahaha.....
Kurasa tidak mudah ^^






Aku wanita dari planet bumi, yang keberadaanya mulai punah dan akan tetap seperti aku sekarang ini. Dan jika ada lelaki dari planet bumi dibelahan yang lain bisa menerimaku dengan segala kekuranganku ini. Maka aku siap menerimanya ^^
Jika ditanya seperti apa lelaki yang diinginkan...
Aku tidak menjawab.... :v
261014

Jumat, 10 Oktober 2014

Lavender



KEANEHAN TERJADI
Handphoneku bergetar sekejab. Aku melihat siapa yang sedang menelpon atau mengirim pesan singkat. Aku sedang berada didalam kelas untuk memberikan materi yang aku ajarkan kepada siswa-siswaku. Ketika aku menggenggam Handphoneku, tiba-tiba saja suasana berubah menjadi abu-abu. Aku melihat siswa-siswaku mematung dalam posisi terakhir mereka. Ada yang sedang menulis, ada yang sedang melihat papan tulis bahkan ada yang hendak berdiri dari duduknya. Aku terkejut melihat suasana aneh ini. Mimpi apa aku semalam. Kenapa kelasku menjadi penuh dengan asap yang berwarna abu-abu. Akan tetapi aku tidak merasakan sesak didalamnya. Aku bergerak menuju pintu kelas, Namun keadaan masih normal. Ku melihat ada siswa yang baru saja selesai kekamar mandi dan ada juga guru yang sedang menuju kelas. Tidak ada kejadian aneh diluar Apa aku sedang berdelusi saat ini. Aku menepuk kedua pipiku keras, dan aku kesakitan. Ini jelas bukan mimpi.
bip…bip…bip…handphoneku berbunyi seperti alarm darurat dan menyala lampu LCDnya berwarna merah dan berkedip-kedip sesuai dengan suara yang dikelaurkannya. Aku tidak berani mendekatinya. jangan-jangan handphoneku akan meledak. Aku mencoba keluar dari ruangan itu, namun aku terlalu lambat dan seseroang datang menuju kelasku dengan seragam berwarna abu-abu dan berbentuk aneh.
“professor..profesor!” salah satu berteriak memandang arahku.
“dia sudah kembali” salah satunya menimpali sambil menunjuk arahku.
aku semakin heran siapa mereka berdua dengan berpenampilan seperti bodyguard. Aku menajuh kedalam ruangan kelas dan terduduk dikursi guru. Kedua orang aneh itu tidak masuk kedalam ruangan kelasku. Dan mereka berlalu kearah yang tidak aku ketahui. Ketika mereka melinstasi kelasku, sempat aku melihat salah satu mereka yang membawa ton gkat sedang melirik kedalam ruanganku.
professor dan dia sudah kembali. Itu siapa? aku terus bertanya-tanya dalam hati. Handphoneku yang sedari tadi mengeluarkan bunyi bip…bip…bip dan menyala berwarna merah tidak menunjukkan reaksi untuk meledak. Aku meraihnya dan..
“auuuuooochh” handphoneku panas sekali. seperti terbakar.
tak sengaja aku menjatuhkannya kelantai karena gerka reflekku itu. Hanphonenya berhamburan tidak menyala. tidak mengeluarkan suara bip bip dan tidak menyala merah.
puuuuuuusssssss……
asap berwarna abu-abu itu muncul dari arah bangku siswaku. Salah satu siswaku yang aku tahu dia bernawam Nadia berdiri dan berubah wujud. Rambutnya ikal dan ada sebuah pita merah mengikat kepalanya dengan berbentuk ikata tali sepati dengan corak bola-bola kecil. Nadia bertelanjang kaki, baju yang dipakainya hampir sama dengan yang dipakai dengan kedua orang aneh yang melontasi kelasku.
“professor…selamat datang” katanya sambil menundukkan kepalanya tanda hormat.
“kau..kau…siapa?” tanyaku mencoba tidak memasang wajah ketakutan kan keterkejutanku
“aku Luffin, asisten anda ketika anda masih mengajar di sekolah Langit Biru”
“langit biru. Asistenku. aku tidak pernah mengajar disana” aku terheran. mendenarkan nama sekolahnya. Langit biru itu sekolah yang terletak dimana, aku juga tidak tahu.
“benar, professor. Aku asistenmu. Sebaiknya anda ikut dengan saya. Kita akan menuju sekolah langit biru. sebelum para Goldan menemui anda” kata perempuan yang mengaku sebagai asisstenku itu dengan semakin mendekatkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya kearahku.
“tidak…aku yakin ini hanya ilusiku saja. Aku hanya ingin bngun dari mimpi aneh ini” penyangkalanku tidak dikgubris oleh Luffin. Dia langsung menarik lenganku. Dan aku hampir tersungkur kelantai.
“tenang, anda harus tenang professor. Anda aman bersama saya” katanya menyakinkanku. Tapi kata-kata itu tidak menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kepalaku.
“lepaskan aku” teriakku.
Sebuah pintu berwarna kuning emas denagn ukiran yang indak dipinggiran setiap sisinya. Ini seperti pintu kemana saja, seperti yang aku lihat di acara anak-anak. Pintu terbuka, aku bersama Luffin masuk kedalamnya. Tidak ada apa-apa, hanya saja aku sudah berpindah dari ruang kelasku ketempat yang aneh sekali. Tidak ada yang aku ingat, apakah aku pernah ketempat ini atau belum. Aku melihat dengan wajah menegang, aku sedang berasda idmana ini tanyaku dalam hati. Sebuah meja besar yang terbuat dari kaca dan terdapat kursi kayu mewah yang penuh dengan ukuran burung yang sdang bertengger.
“professor!!” sebuah nyaring datang dari sebelah kananku, belum sempat kumlelihat siapa itu. Dia sudah berada bergelantungan dileherku. Seorang anak kecil berambut pirang dan berkacamata besar. Belum lagi semua pertanyaanku terjawab, ada lagi yang hadir. Kepalaku pusing. Sangat pusing sekali. dan aku merasa ingin tidur. dan gelap.
“lihat…lihat dia sudah sadar!” salah seorang bersuara seperti laki-laki itu menyambutku
“hihihi…professor semakin kelihatan cantik sekali” seorang bersuara seperti wanita genit membuatku benar-benar terbangun membuka mataku.
“professor, anda sudah bangun” Tanya pria berambut keriting afro itu.
“hihihi…bahkan setelah tidur panjang anda masih tetap cantik, professor” wanita bersuara genit itu melebarkan senyumnya.
“aku dimana?” tanyaku sambil memegang kepalaku.
“anda dirumah sakit Bintang Putih, Professor”
“rumah sakit?” aku heran
“tenang. Anda aman disini, Prof”
aku mencoba duduk. Namun kepalaku terasa berat sekali. Tidak berdaya. Semua sendiku terasa melemah sekali.
pintu ruangan itu terbuka, dan beberapa orang dengan pakaian berwarna abu-abu itu dengan jubah berwarna merah. Sangat elegan sekali. Satu pria bertubuh tegap dan dua pria dibelakangnya mengikuti  pria berbadan tegap itu.
“master” kedua orang yang sedang di samping tempat tidurku menundukkan kepalanya tanda hormat.
“terima kasih Afro, terima kasih Diessy” kata pria berbadan tegap dengan suara beratnya
“tidak perlu sungkan master” kata Afro sekali lagi menundukkan kepalanya.
“sebaiknya tinggalkan kami berdua” pinta pria berbadan tegap itu dengan mahkota bergambar burung yang sedang mengepakkan sayapnya.
“baik master” kedua orang mengikutinya menundukkan kepala dan berlalu keluar ruangan itu diikuti Afro dan Diessy.
Ketika pintu ruangan itu tertutup, lampupun menjadi redup sekali. Apakah aku akan dibunuh oleh pria berbadan tegap ini. Atau aku akan diperkosa olehnya. Pikiran aneh melintasi dibenakku.
“anakku” pria berbadan tegap itu menghambur memeluk tubuhku sambil terisak menangis.
aku hanya terdiam, hangat sekali. Tidak pernah memang aku merasakan dipeluk oleh seroang ayah. Sedari kecil aku diasuh oleh nenekku. Sampai umurku 25 tahun ini. Aku terhenyuh dengan kejadian ini. Tidak pernah akan terulang lagi. Aku menyambut pelukan hangat itu. Dan anehnya seluruh tubuhku kembali menemukan energy yang hilang tadi.
“apa kau baik-baik saja? bagaimana perasaanmu tin ggal di negeri kejam itu, Nak? apa kau punya teman?” Tanya yang mengaku ayahku itu.
“aku masih bingung dengan hal ini semua. Apa aku sedang berilusi, atau aku terkena hipnotis” tanpa harus menjawab pertanyaan ayahku itu.
“kau mirip dengan ibumu. Ketika aku bertanya, bukannya menjawab tapi malah balik bertanya”
“aku benar-benar bingung”
“baiklah. Aku akan menceritakannya padamu. Apa yang sebenarnya terjadi”
“semuanya?”
“iya semuanya. dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kepalamu”

Selasa, 30 September 2014

Parkitku part II

Aku mulai melihat kau merasa bosan
Parkitku
Aku juga merasakan yang sama
Dahanku sudah terlalu lelah untuk menonpangmu
Jadi aku biarkan kau berlalu
Terbanglah yang tinggi parkitku
Aku tidak akan membayangimu lagi
Melayanglah kedahan mana yang kau sukai
Maaf aku sudah terlalu rapuh untuk menerimamu kembali
Parkitku...
Jika kau merasa lelah kembali
Aku tidak bisa memberi topangan lagi.
Dahanku
Rantingku
Semuanya mulai menolak keberadaanmu
Doa-doaku
Sepertinya angin telah membawanya sampai kelangit ketujuh
Semuanya menjadi cerah
Kau kepakkan sayapmu itu
Aku akan melampaikan seluruh daunku kepada udara yang kau raih...
Aku hanya pohon biasa
Yang tumbuh diantara pohon-pohon rindang lainnya
Aku terkalahkan oleh semua tiupan teduh dari lambaian daun pohon lainnya
Aku telah kalah oleh segala kekohan dahan mereka
Dan akhirnya aku bersembunyi dalam sebuah kata diam
Parkitku...
Maaf aku tidak bisa mempertahankanmu
Aku akan melepaskan rantai besi
Yang telah terkait di dahanku
Selamat terbang
Raihlah apa yang kau inginkan
Aku telah lelah
Dan mungkin akan menggugurkan segalanya.

Selasa, 16 September 2014

Syair Malam

Malam ini berbintang
Namun aku tak mampu melihat para bintang
Matanya ini telah lelah menjelajah
Tetap saja tak nampak
Apa salah dengan penglihatanku
Apa aku terlalu terfokus
Padahal yang tak terlihat ini
Sehingga aku tidak melihat ada pelangi
Yang sedang memberi cahaya warna
Ku rasa aku telah salah langkah
Tetapi tak ada yang mengingatkannya
Semua terasa mustahil
Berdiri sendiri disini
Hanya memandang
Tak mampu menggapai
Betapa aku merindukan alunan suara angin menderu pelan
Sebuah permintaan hati
Yang lalu
Kini pelangi mulai memudar
Ketika aku sadari
Bahwa aku tak dapat meraih bintang
Dan pelangipun pergi
Karena aku mengabaikannya
Ironis berjalannya nasib
Apakah aku tetap berdiri ditempat ini.
Untuk meraih bulan dan matahari
Dapatkah aku menenggelamkan rasa
Penyeselan didalam cahaya bulan dan matahari
Semua aku berikan untuk sang bintang dan aku meminta maaf pada pelangi yang sudah memudar karena menungguku terlalu lama.
Kini, aku akan mencoba meraih bulan dan matahariku.
Tanpa menyipitkan mata lagi untuk meraih bintang
Dan mengabaikan pelangi
Ketika bulan dan bintang itu bersatu aku akan mendapatkan apa yang aku rasakan bahagia
Bahagia selamanya




160914
Bintangku sekarang sudah menemukan peraduannya...
Sedangkan pelangiku, maafkan aku yang telah mengabaikanmu ^^
Setidaknya bintang dan pelangiku mampu mengajariku tentang banyak hal...
Terima Kasih...
Sekarang aku akan berlayar mencari cahaya bulan dan matahari....
Akan lebih berwarna hidupku adanya bintang dan pelangiku....

Minggu, 14 September 2014

The Rockyuu Band season 2

Hehehehe..... :v
Ada keinginan buat season 2 lebih greget ^^
Ini skets alur cerita na....

1. New Record
2. Someone Hold Us
3. We Need Your Support
5. New Stage
6. Promotion
7. It doesn't work
8. Play with us
9. Jelous
10. To be true people
11. Please!!!
12. No more time
13. Succses
14. Go to holiday
15. Go to holiday 2
16. Just one more time
17. Thank you
18. Always
19. Situtation
20. Finish
21. We are famous, Now?

Minggu, 07 September 2014

Ten years old

2004
Aku mulai menatap wajahmu, tapi aku masih merasa malu karena aku takut kau sedang melihatku juga. Ternyata kau balas tatapanku dengan senyum manismu itu. Dan aku merasa kau menyambut rasaku. Ternyata benar saja, kau menyambutnya dengan senyuman lagi, kali ini senyumanmu berbeda. Aku telah gila dibuatnya. Rasa yang dulu tertanam bangkit lagi. Aku benar-benar gila. Dan tak satupun tahu rasa yang aku ciptakan sendiri ini.
2005
Aku kira tahun ini aku dan kau akan berpisah. Namub, aku salah. Ternyata takdir kita masih bersama. Hari-hari menantikan kepastian itu sangat menyenangkan bagiku. Rasanya tak ingin pergi jauh-jauh. Tapu, sekali lagu aku hanya diam saja.
2006
Keadaan mulai berubah. Seolah kau menjauh dariku bahkan aku kira aku terlupakan begitu saja. Aku sedih. Sangat sedih. Perasaan ini menjadi aneh. Aku kecewa.
2007
Semakin jauh, jau semakin jauh. Tapi sebenarnya aku masih disini menantikanmu. Waktu yang cukup lama ini kurasa begitu sakit sekali. Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Kembali aku dalam diam.
2008
Hampir kuputuskan segalanya, untuk melupakanmu. Tapi, percuma bayangmu dari kejauhan masih terlihat jelas. Bahkan aroma kehadiranmu semakin terasa disetiap mimpiku. Aku hampir putus asa, mengapa aku bisa menjadi bodoh seperti ini.
2009
Seandainya waktu ini bisa kembali terulang. Aku cuma ingib mengucapkan selamat padamu yang telah mencapai tujuan. Dan pada akhirnya, kita juga berjuang bersama-sama untuk menggapai impian orang tua kita. "Selamat berjuang kawan" itu yang kau ucapkan. Rasanya aku kembali menghirup energi baru darimu. Auramu kembali hadir lagi dalam setiap langkahku.
2010
Puncak dimana aku masih menantimu. Tetap menutup diri untuk yang lain. Hanya untuk membutkikan padamu bahwa aku tetap disini menantikanmu. Kali ini kau tak berbalik tersenyum padaku. Kau hanya berlalu tak membetikan kesempatan.
2011
Kau berhasil dan aku juga. Semuanya berjalan seperti apa yang kita inginkan. Kau menjalani hidupmu didunia barumu. Begitu juga denganku. Dunia baru kita sudah menantikan.
2012
Tak terasa aku masih memperhatikanmu. Masih berharap pada penantian yang sudah aku bangun sejak 2004 yang lalu. Betapa aku menginginkan hal yang lebih darimu. Berharap kita bersama dalam satu atap. Namun, itu hanya sebatas angab2 saja.
2013
Kita berdua kembali normal. Seperti tidak ada kejadian apa-apa. Kau tetap menjadi dirimu dan aku tetap menjadi diriku. Sudah seharusnya seperti itu. Kau semakin merajai mimpi akhir-akhir ini.
2014
Kembali aku berdoa aku menginginkanmu menjadi nahkodaku dalam pelayaran panjang yang aku tidak tahu kapan berakhirnya semua ini.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Ada yang ingin aku katakan

"Win, ada yang ingin aku katakan" kata pria yang baru saja mengantarkan aku pulang malam ini.
"Apa itu?" aku berbalik kearahnya dan menatapnya yang sedang menunduk
"Janji kamu gak akan marah?" tanyanya yang masih menunduk diatas motornya.
"Iya" jawabku mendekatinya, dan aku merasakan desiran aneh tepat dijantungku yang tiba-tiba saja berdegup kencang.
"Em..." dia masih menunduk
"Apa?" aku semakin penasaran, namun aku tidak memaksanya untuk mengatakan apa yang dia ingin katakan.
"Em..." dia masih mencari kata yang tepat, mungkin agar aku mudah mengerti.
Langit malam itu memang penuh bintang, tetapi udara semakin dingin yang menusuk keseluruh tuluanh persendianku. Yang membuat bibirku bergetar karena kedinginan..
"Kalau cuma buat aku penasaran. Lebih baik kamu pulang saja" jawabku agak kesal menunggu apa yang ingin dikatakannya.
"Aku cuma mau bilang..." tiba-tiba dia langsung memandang langit hitam berbintang.
"Iya, bilang apa sih" aku mulai bosan dengan percakapan ini.
"Aku cuma mau bilang. Selamat malam" katanya menatap wajahku dengan senyuman "licik" itu yang membuat jantung berdebar lebih kencang lagi.
"Aku pikir..." sekarang gantian aku yang menunduk malu karena sudah salah pengertian.
"Kamu pikir apa? Pasti mikir yang aneh-aneh ya?" katanya menunjuk hidungku dengan gaya mengejek.
"Gak kok" aku melemas dan langsung berbalik arah.
"Hei..."
Aku tidak mendengarkan kata-katanya lagi. Aku langsung pergi kearah rumahku.
"Tunggu, win. Aku belum selesai"
Aku tidak memperdulikan teriakannya. Aku masih berjalan menunduk malu dan kecewa. Padahal aku berharap bukan hanya kata selamat malam yang terucap. Tapi, hal yang lain, hal yang sangat ingin aku dengarkan langsung dari mulutnya yang selalu tersenyum manis dan membuatku tidak bisa menahan senyum ketika membayangkannya.
"Win" dia menarik tanganku
"Aku belum selesai"
"Aku juga tahu itu belum selesai. Kamu pasti juga bilang. Jangan lupa cuci kaki dan minum obat cacing dan baca doa sebelum tidur" jawabku menunduk karena menghindari wajahku yang mulai berubah menjadi kecewa.
"Hahaha...kamu sok tahu. Seolah-olah kamu itu dukun yang sok tahu apa yang aku pikirkan. Tapi, aku suka hal itu. Karena cuma kamu yang ngerti aku. Cuma kamu yang tahu aku. Cuma kamu. Cuma kamu yang bisa memahamiku. Walaupun aku tahu kamu itu cuek dan tidak pernah memperhatikanku. Tapi aku tahu cuma kamu yang ada disetiap aku butuhkan. Jadi, kira-kira aku salah tidak. Kalau aku menginginkan hubungan ini bukan hanya sekedar pertemanan yang sudah lama terjalin" katanya panjanh lebar sambil menunduk yanh tidak berani menatap wajahku. Sedangkan aku hanya melongo karena bingung harus menjawab apa. Karena aku belum begitu yakin dengan jawabanku ini. Jika kujawab iya, jika suatu hari nanti hubungan kami putus ditengah jalan apakah aku dan dia mampu tetap seakrab seperti ini. Jika aku menjawab tidak maka aku membohongi diriku sendiri. Aku juga merasakan hal yang sama. Sama seperti cowo yang sudah lama aku kenal ini. Aku bingung. Aku diam didinginnya embun malam yanh mulai membasahi kelunya bibirku untuk menjawab soal yang diberikannya.
"Jadi?" katanya membuatku tersadar dari beribu pikiran-pikiranku bercabang.
"Aku...aku"
"Gak perlu ini malam jawabnya. Besok juga gak apa-apa kok. Kamu pikirkan ya" katanya tersenyum manis di tepat pukul 23.55.
"Hu um"
"5 menit lagi aku tunggu jawabannya" katanya melihat arlojinya
"Hah....5 menit lagi. Tapi, katanya besok?" jawabku
"Sekarang sudah pukul 23.55"
"Apa??? Curang kamunya" aku mulai panik. Tingkahku menjadi aneh, menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Melihat kesembarang arah ketika dia melihatku. Aku salah tingkah.
"Jawab saja iya" katanya tersenyum
"Eh..." aku tersedak namun tak mampu menelan ludahku.
"Aku gak memaksa harus jawab iya, tapi kalau dijawab iya itu lebih baik aku rasa"
"Curang...curang. Sugestinya gak bener itu"
"Itu jawaban paling benar. Hahahaha" dia tertawa lepas. Aku suka dia ketika tertawa lepas seperti itu.
"Kurasa kamu sudah tahu jawabannya. Aku masuk kerumah dulu" aku langsung berlari ke dalam rumah dan meninggalkannya sendiri didepan rumahku.
"Hoi...aku ditinggal gitu aja" teriaknya.
Malam ini, tepat pukul 23.59. Dalam hatiku menjawab "ya" atas pertanyaan temanku itu. Namun, dia belum tahu atau sudah mengetahuinya.
Treet...treeet...ponselku bergetar
"Jangan biasakan seperti itu. Lari masuk kerumah sembarangan. Tanpa melihat aku pergi. Kalau aku di culik sama om-om ganteng, entar kamu kecarian teman seganteng aku menghilang"
Hahahaha....
Aku tertawa tertahan dikamarku.
"Wek...wek...sekalian om-om gantengnya dijadikan alat buat nyari duit" balasku tersenyum-senyum sendiri.
"Aku pulang. Semoga mimpi indah"
"Iya"
"Yes...jawabnya iya. Makasi :)"
"Aku dijebak"
Tapi, yasudahlah. Memang itu yang ingin aku katakan.

Jumat, 29 Agustus 2014

Selamat tinggal, my love

Perjalanan yang fana ini
Telah memberikan oasis terbesar padaku
Aku yang berjalan sendiri
Menemukan dirimu yang sendiri juga
Awalnya begitu cepat
Bagaikan kilat yang berkelebat
Namun proses itu mengulang
Kearah dimana aku menjadi sendiri lagi
Menjalaninya tanpa senyummu itu
Adalah kepalsuan hidupku
Berpura-pura tak ada airmata
Tapi, disetiapku menengadahkan tanganku
Aku berbicara dalam hati
Aku sedang bersedih
Aku sedang kecewa
Mengapa aku bisa begini
Sesal yang membayangi hari-hariku
Telah membebani gerak langkahku
Berhembus bagaikan udara yang terarah
Laju kecepatan hidupku telah tertahan
Selamat tinggal, cintaku
Cinta yang aku kira akan bertahan sampai kepelabuhan diatap yang sama
Selamat tinggal, cintaku
Cerita yang aku pikir akan menjadi cerita terakhir dari novelku.
Selamat tinggal, cintaku
Biji yang kutanam akan berbuah indah
Aku tidak menyesal
Dan tidak menyalahkan takdir
Aku berbuat sesuai alur yang telah ditetapkan
Aku juga tidak memaksamu untuk bertahan dengan kekuranganku
Selamat tinggal, cinta
Semoga yang terbaik untuk kita berdua
Dan ketika ada yang bertanya
"Apakah kisah ini akan terulang"
Aku hanya diam
Itu lebih baik daripada aku harus menjawab yang bukan kuasaku.
Selamat tinggal, cintaku
Selamat tinggal, semuanya.

Selasa, 26 Agustus 2014

Ketika Perasaan ini berbicara

Aku tahu dulu engkau menyukaiku. Tapi, seiringnya waktu berlalu engkau menjauhiku. Dulu aku berpikir bahwa kau mampu bertahan ketika aku mengeluarkan semua kelemahanku ini. Ternyata engkau sama saja seperti pria-pria lainnya. Aku mengira engkau itu berbeda dari mereka, ternyata sama. Tidak mampu bertahan ketika aku menunjukkan segala kekuranganku sebagai wanita. Aku memang sengaja melakukan itu kepada setiap pria, agar ketika suatu hari nanti aku melihat siapa yang terakhir bertahan dengan sifat jelekku ini, maka dialah yang aku pantaskan menjadi sahabat seumur hidupku. Aku sudah nyaman bersamamu saat itu, dan aku berpikir engkaulah pria itu. Setiap doa-doaku dalam sujud selalu teresebut namamu. Aku berdoa agar engkau menjadi pria yang bertanggung jawab, setia, jujur, mampu memimpin keluarga dan membimbingku ke ridho Alloh. Sekali lagi, doa-doa itu hanya aku dan Tuhanku yang mendengarnya. Tak seorang pun tahu tentang apa isi dari doa-doaku itu kepada siapa aku tuju. Seiring waktu berlalu, kau menjauhiku dengan maksud yang tidak aku ketahui. Aku merasa aneh dan sedikit kecewa. Tapi, ku anggap mungkin kau tidak serius dalam pengucapan yang tidak secara langsung itu. Walaupun kau tidak pernah mengatakannya secara langsung, namun aku bisa merasakannya melalui perasaan yang tak sengaja tersampaikan melalui perhatian dan komunikasi saat itu. Entah bagaimana, setiap malam sejak pertama engkau mulai genjatan senjatan kepadaku, disetipa mimpi selalu ada sosok dirimu. Disetiap ada orang yang ingin mencoba mendekatiku selalu ada pengingatku untuk selalu tetap setia menunggumu. Aku kira bahwa perasaan ini butuh logika dan rasa. Waktu semakin lama membuat jarak komunikasi kita terpisah jauh. Lama-lama baru aku ketahui bahwa kau melakukan hal yang sama terhadap wanita-wanita lain selain aku. Memberikan perhatian lebih bersikap sangat membutuhkan, dan dikala kau bosan kau campakkan mereka secara berlahan-lahan. Aku paham itu. Jadi, selama ini aku sudah salah kaprah menganggap aku ini istimewa.
Tak apalah, aku tidak akan pernah menyesal telah mendoakan terbaik untukmu. Tidak akan menyesal telah menolak setiap lelaki yang mencoba mendekatiku karena mu. Biarlah ini menjadi pelajaran bagiku agar tidak mudah langsung mengira bahwa setiap perhatian dan kata manis seorang pria itu bukanlah hal yang serius. Mungkin jika ini terjadi pada wanita lainnya aku rasa aku akan mengatakan wanita itu bodoh. Dan akhirnya itu semua terjadi padaku. Aku bingung, apakah aku akan tetap menutup diri. Membuka diri juga akan seperti itu lagi kejadiannya. Semua akan menjauhiku ketika aku mengeluarkan jurus yang sengaja aku buat. Tak apalah, semua itu sudah jalan Tuhan yang menentukan. Aku rasa akan ada pria yang menerima sifat burukku itu cuek, sangat tidak sensitif, gengsi dan egois. Itu semua sifat yang aku buat untuk menguji sampai dimana kemampuan bertahan seorang pria itu kepadaku. Dan jurus handalanku hanya akan aku tunjukkan kepada pria yang telah lulus ujian tahap berikutnya sampai seumur hidupku. ^^

Akh!!!!
Entahlah setidaknya agak sedikit lapang didada setelah curhat bareng my best fren di cyber world.
Curhat bareng Alloh.
Lalu menuliskannya di blog.
Aku tak berharap dia tahu aku menuliskan ini untuknya.
Yang aku harapkan semoga dia bahagia.
Semoga dia mampu menemukan yang terbaik.
Namun, ketika dia lemah tak berdaya dan kembali padaku aku menerimanya untuk kembali kepadaku.
27 agustus 2014
06.12Am
Firdaus
@my bedroom

Senin, 18 Agustus 2014

Hujan Sore Ini

Hujan sore ini mengingatkanku pada sebuah kisah yang pernah aku khayalkan.
Dan aku berharap itu menjadi sebuah kenyataan.
Tapi aku tersadar oleh dinginnya udara
Mencoba menyadarkan segalanya.
Sampai kapan aku menunggu kisah itu menjadi nyata.
Apakah aku tetap pada deruan hatiku yang berdegup dalam indahnya mimpi.
Sekali saja aku ingin merasakan surga yang aku buat sendiri
Tak perlu pengulangan cerita
Karena hanya akan membuat luka saja
Aku pejamkan mata disore yang berhujan ini
Sebuah nada syahdu mengiringi doa-doaku.
Sedangkan mataku hanya bisa menitiskan segala.
Aku berharap pada khayalku menjadi nyata.
Ternyata itu hanya sebuah mimpi penyemangat hidupku saja
Tidak bisa kuraih
Jauh sekali
Segalanya menjadi jauh
Bahkan tanganku tersa kelu
Tak banyak pintaku
Hanya ingin khayalku menjadi nyata
Setelah itu
Ku bisa memejamkan mataku dalam tenang
Aku ingin
Menikmatinya sekali
Selama hidupku
Sebuah cerita yang kubuat didalam khayalku.
Sebuah cerita tentang kita
Yang kurasa belum dimulai
Ataukah sudah berakhir
Mataku berair ketika mengingatnya
Pesan ini untuk yang sedang berada dikhayalanku.

^^ desikune .....

Sabtu, 09 Agustus 2014

Looking for Mr. Rainbow

Mr. Gombal -3-
Sabtu. Hari dimana yang membuat aku memutuskan, apakah aku harus berjalan terus atau menyudahi sandiwara ini. Sebelum hari sabtu tiba, Awan selalu saja menelpon, mengirim pesan singkat dan itu semua berisi tema yang sama. Kangen. Hanya kata kangeb yang selalu dilontarkannya. Walaupun terkadang kami bercerita masa lalu. Masa sekolah dulu. Tapi, aku tidak akan pernah bilang kalau aku pernah naksir dengannya.
Hari yang sedikit mendung. Aku kira akan turun hujan. Namun, awan tetap bersikukuh ingin nonton bareng denganku. Dia sengaja meminjam mobil orang tuanya hanya untuk menjemputku. Aku terpana atas perlakuannya. Karena aku sudah lupa bagaimana rasanya dimanja oleh seorang laki-laki. Wait...wait...lupa rasanya??? Setidaknya aku ralat kata-kata itu. Sebenarnya aku tidak pernah dimanja oleh seorang laki-laki bahkan papaku sendiri.
Sebuah mobil sedan berwarna hitam tahun 1990an telah terparkir manis didepan rumahku. Awan keluar dari mobil dan melambaikan tangannya kearahku. Sebelumnya Awan sudah memberi tahu bahwa dia akan segera sampai, makanya aku menunggu dihalaman rumahku yang sederhana ini.
"Udah lama nunggu ya?" tanya Awan sambil melihat arlojinya
"Gak, aku baru aja keluar dari dalam rumah tadi" jawabku dengan senyum sumringah.
Awan menuju pintu mobil di sebelah kiri. Dan dia membukan pintunya untukku. Dan sumpah, ini membuat aku gerogi. Membuat aku lupa bahwa aku sedang berada dibumi. Jantungku terasa aneh degupannya. Apa aku benaran suka olehnya. Sekelebat khayalan yang aneh dikepalaku. Sedangkan awan aku lihat biasa-biasa saja. Tidak kelihatan gerogi.
"Enaknya nonton film apa ya?" tanya awan mulai menstater mobilnya
"Terserah kamu aja deh, aku ikut aja"
" kamu suka drama romantis gak?"
"Eh....suka" Drama romantis, itu genre film yang aku hindari sebenarnya. Aku palinh gak suka cinta-cinta cengeng.
"Kalau gitu, kita nonton Love is Blind aja ya" sebuah film lokak yang lagi terkenal-kenalnya.
"Oke juga" Aku mengiyakan maunya. Tak apalah. Setidaknya hari senin aku bisa bercerita kepada karyawan-karyawan wanita lainnya tentang film yang lagi naik daun itu.
Bioskop Arteris. Bioskop tua yang berdirinya ketika aku menginjak usia 5 tahun. Ini bukan pertama kalinya aku menonton bioskop. Semenjak aku bersekolah aku sering ke Bioskop Arteris ini. Bisanya nonton bareng teman-teman sekolah ataupun bareng keluarga. Jadi, aku tidak terlalu canggung dengan suasananya.
" aku terakhir kesini waktu SMP" kata Awan mengenang masa lalunya
"Aku baru 2 minggu yang lalu. Hehehee" timpalku tak mau kalah.
" banyak yang berubah. Seingatku afa jualan es lolipop disudut itu" kata awan sambil menunjuk sebuah sudut sebelah kanan pintu masuk
"Iya, udah lama juga dia tidak berjualan lagi" jelasku
"Oh..ya...hari ini kamu terlihat cantik deh"
"Cantik??" aku bingung. Padahal aku cuma memakai celana jeans dan sweater doank. Tidak ada dandan. Begini dibilang cantik. Apa benar kata orang-orang. Kalau ingin melihat wanita itu cantik, ya ketika dia sedang kasmaran. Apa aku sedang kasmaran, makanya berubah auraku. Akh...!!!
"Ya cantik. Sepertinya aku mulai menyukaimu"
"Haaaaaah" aku melongo kaget."kita baru 3 hari ngobrol intensif. Baru kedua kalinya bertemu. Kamu jangan ngaco, Wan"
"Aku serius,Ra"
"Serius?" aku memasang wajah paling bloon sedunia.
"Ya...aku serius. Selama 3 hari ini, kok aku merasa nyaman ngobrol sama kamu. Jadi, aku rasa feelingku ke kamu itu gak salah"
"Sebaiknya kita pesan tiket masuk aja dulu" alihku
"Eh...iya..iya...ntar kehabisan lagi" awanpun buru-buru berlari kearah loket pembelian tiket masuk. Tidak terlalu panjang antriannya. Namun, cukup lama juga aku menunggunya didekat sebuah poster film action barat.
Treet...treet....ponselku bergetar.
"Haduh...mama lagi" aku berlari secepat mungkin ke toilet wanita.
"Halooo!" jawabku menahan napas yang sedang ngos-ngosan.
"Kamu lagi dimana sayang?" tanya mama dengan nada centilnya.
"Lagi ditoilet mam"
"Toilet mana?" tanya mama yang aku tahu dia tidak percaya.
"Toilet bioskop" jawabku akhirnya jujur.
"Bioskop. What!!! Kamu lagi ada dibioskop. Dengan siapa? Cewe atau cowo? Emang mau nonton film apaan?" ini alasan utama kenapa aku malas berkata jujur ke mama dimana keberadaanku saat ini. Pertanyaannya itu yang membuat aku bingung harus jawab yang mana duluan.
"Aku pergi bersama cowo, mam. Terus aku mau ........."
"Cowok??? Siapa dia? Pacar kamu? Kok kamu gak ada cerita ke mama?" cecar mamaku yang hobi sekali merepet.
"Dia abang kelasku waktu smp dulu ma. Bukan pacar kok" jawabku melongos.
"Terus....apa kalau gitu?"
"Cuma teman aja, ma."
Tut...tut...tut....sebuah panggilan menunggu masuk kedalam ponselku. Itu dari awan.
"Ma...ma...ntar malam aja disambung lagi ya. Da mamah....muuuuuaaach" aku memutuskan telepon dari mama. Dan segera keluar dari kamar mandi. Aku lihat awan sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita. Namun, aku tidak mengenal wanita itu. Awan menoleh kearahku. Dan tersenyum
"Kamu darimana?" tanyanya lembut
"Dari toilet" jawabku sambil melihat wanita yang sedang berdiri di hadapan awan.
"Eh...kenalkan. Ini Tasya. Temen aku waktu SMA dulu"
"Zora" aku menjulurkan tanganku
"Tasya" dan Tasya menyambutnya.
Cantik. Tinggi. Rambut ikal. Aku rasa dia seorang model amatir. Dari cara dia berdiri sudah kelihatan.
"Tasya mau nonton bareng kita" kata awan.
"Eh...kalau ganggu acara kalian berdua gak usah deh" kata tasya sungkan.
"Gak apa-apa kok" ya ampun acara yang kuanggap kencan gagal deh.
"Beneran gak apa-apa ,Ra" tasya memastikan dengan pertanyaan yang aku yakin jawabannya.
"Gak apa-apa kok, Sya" jawabku diplomatis.
"Makasi ya, Ra. Soalnya aku gak ada temen nonton" katanya sedikit manja.
"Iya..." sudah kuduga. Ini wanita kaya raya yang manja dan butuh perhatian khusus. Tapi, ya sudahlah. Memang belum rezekiku untuk jalan berdua dengan awan.

Jumat, 08 Agustus 2014

Looking for mr. Rainbow

Mr. Gombal -2-
Keesokan pagi.
Aku terbangun karena hujan turun. Tubuhkj terasa kedinginan. Dan menarik selimut lagi. Hari ini aku masuk pukul 10 pagi. Tidak banyak yang harus aku kerjakan. Menjadi pembimbing dan konsultan keuangan disalah satu perusahaan properti terbesar di negeri ini. Aku hanya mengikuti ritme suara hatiku saja. Tidak ada tekanan aku harus bekerja disini. Walaupun aku sering mendengar desas desus bahwa aku mendapatkan pekerjaan ini dengan menjual diriku kepada salah satu pemberi saham diperusahaan itu. Tapi, tak pernah aku anggap kicauan itu suatu masalah. Aku bekerja dengab caraku dan aku menyukai. Masalah aku mendapatkan darimana itu urusanku dengan sipemilik perusahaan. Terkadang ketika aku membela diri, semakin mereka yakin bahwa aku memang seperti apa yang mereka bicarakan. Makanya, kebenaran itu tidak perlu di perjelas dab dibela karena akan terkuak dengan sendirinya.
Aku melaju dengan motor maticku ditengah hujan. Aku menuju sebuah gedung kondominium yang berada diperempatan simpang jalur ring road. Digedubg itu terdapat bermacam-macam perusahaan. Termasuk salah satunya tempat aku bekerja. Satpam gedung itu selalu menyapa dan memberikan senyuman paginya.
" Pergilah mengejar mimpimu, sampai kau merasa lelah..."
Ponselku berbunyi. Dan terlihat jelas tertera nama Awan. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku. Baru juga tadi malam menelponku sampai aku tertidur.
"Hallo" jawabku
"Lagi kerja, ya?" tanyanya yang aku tahu itu hanya basa-basi.
"Ya" jawabku singkat
"Ganggu gak?"
"Hm...gak" terpaksa jawab seperti itu hanya untuk menghargai dia yang pagi-pagi sudah mengingatku
"Kok tiba-tiba aku teringat sama kamu. Kangen kamu"
"Hah...." aku kaget sekali, aku kira ini sudah pukul 12 malam. Ini masih pukul 10 pagi. Apa berlaku gombalan kata 'kangen' di jam-jam sibuk begini.
"Kenapa? Gak percaya ya?"
"Eh...itu...kenapa bisa gitu?" tanyaku berpura-pura heran.
"Aku juga ga tau. Aku gak sabar nunggu hari sabtu ini, kalau kamu?"
"Hm...." aku harus jawab apa. Sebenarnya aku juga menunggu momen dihari sabtu nanti. Tapi, aku tidak suka terlalu berlebihan gitu.
"Pasti gak ya"
"Eh...ga juga kok. Aku juga uda gak sabar" haduh rasanya itu seperti makan buah durian buah yang paling aku tidak sukai. Berat banget buat menelan ludah. Tapi biarlah. Aku jalani saja, menerima keanehan pada laki-laki yang mencoba mendekatiku ini. Mungkin disini ada kesempatan untuk mendapatkan pencerahan statusku.
"Aku seneng banget dengernya"
"Hehehehe....aku kerja dulu ya" aku menyudahi percakapan yang sangat biasa itu dan terkesan basi.
Diruanganku sudah ada Brian. Rekanku bekerja. Dan beberapa karyawan lainnya. Brian juga masih berstatus sendiri. Tapi, entah mengapa aku tidak ada rasa ketertarikan pada Brian. Secara tampang Brian itu lebih macho. Bahkan blasteran rusia. Brian terlihat sibuk, dan aku melewati mejanya tanpa menyapanya. Aku memulai pekerjaanku dengan setumpuk berkas-berkas yang menggunung. Perincian biaya. Input dan output pembiayaan perusahaan kami adalah tugasku untuk mencatatnya. Aku bergulat dengan angka setiap harinya. Memang terlihat amat sangat membosankan. Hanya duduk didepan layar komputer dan mengetik lalu mengedit lalu memprint out datanya dan menyerahkan ke HRD. Terkadang aku juga dipanggil untuk berdiskusi masalah pendanaan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menbesarkan sayapa perusahaan ini. Konsultan keuangan, menjadi penasehat keungab itu tidak mudah. Aku harus pandai mengakumulasikan segala kejadian yang mungkin akan terjadi bahkan aku harus jauh lebih berpikir maju daripada pemberi ide. Dan itu membuat kepalaku pusing.
"Makan siang dulu" ajak Brian yang sudah berada didepan meja kerjaku
"Heh..."kagetku
"Serius amat. Sudah waktunya makan siang. Aku mau kekantin, ikut ga?"
Treet...treet...ponselku bergetar. Sebuah pesan singkat masuk. Aku membukanya, dan membaca pesan singkat yang dikirim oleh Awan.
"Jangan lupa makan siang ya, Ra"
"Iya. Kamu juga ya. :)" balasku
Brian yang masih berdiri di depan mejaku kerjaku dan menanti jawaban dariku atas ajakannya kekantin.
"Ok...bentar aku beresin berkas ini dulu"
"Sepertinya kau sedang senang" tiba-tiba Brian bertanya dengan pertanyaan seolah-olah dia sedang tahu apa yang aku rasakan sekarang.
"Jangan sok tahu" jawabku ketus menghempaskan berkas terakhir yang aku tumpuk-tumpuk didepan komputerku.
"Kalau jawabnya sambil marah, itu pasti benar. Siapa lagi yang mencoba pdkt denganmu?"
"Jangan sok tahu" Brian, pasti tahu apa yang aku rasakan sekarang. Dia juga tahu kalau aku sebenarnya sudah malas berkenalan-berkenalan seperti itu.
Nada dering ponselku berbunyi. Aku melihat nama sipenelpon. Awan. Awan lagi.
"Halo!" jawabku sedikit lemas karena memang kelelahan melihat layar komputer.
"Kamu lagi apa?" tanya Awan sepertinya bersemangat sekali.
"Sedang menuju kekantin" jawabku mengaruk-garuk kepalaku karena salah tingkah, Brian yang melihat tingkah anehku ini.
"Mati kau!" kata Brian tanpa suara sambil membuat tanda sedang menotong lehernya sendiri.
Lalu aku balas dengan genggaman tanganku yang ingin meninjunya.
"Mau makan ya...selamat makan ya" kata Awan dengan sangat lembut sekali.
"Ya....makasi. Kamu juga jangan lupa makan" balasku.
"Hahaha...." tawa Brian membuat aku segera mematikan ponselku tanpa mengucapkan kata "daaah".
"Berisik banget sih" kesalku
"Kau tidak muda lagi Zora. Kau sudah pantas menggendong anak 3. Tapi, tingkahmu seperti bocah ABG saja"
" bukan aku. Tapi, dia selalu menelponku setiap saat. Kau tahu aku kan. Sebenarnya aku paling tidak suka hal seperti itu" paparku mengambil sayuran kedalam piring.
"Menyiksa diri saja" Brian berlalu dari sampingku dan menuju bangku kosong yang berada dekat jendela kaca besar itu.
"Kau ini..." aku mengejar pelan dibelakangnya.
Kantin kelihatan sepi, karena waktu istirahat hanya tinggal beberapa menit lagi. Hanya beberapa orang saja yang masih menikmati makan siang yang diburu waktu. Melihat pemandangan kota dari lantai 10 itu membuat nafsu makanku bertambah. Siang yang terik, padatnya lalu lintas. Ramai dengan kerumunan pejalan kaki. Dan itu terlihat seperti semut pekerja yang sibuk mencari tempat untuk istirahat. Tapi, bagiku panas diluar tidak ada pengaruhnya. Karena AC di kantin lebih dingin daripada udara diluar.
"Kuberitahu padamu" tiba-tiba Brian berbicara setelah fokus dengan santapan didepan matanya
"Apa itu" aku melihat matanya
"Kau itu sudah tua"
"Terus"
"Ya udah itu aja" Kata Brian seraya bangkit dari duduknya dan berlalu ke arah mesin minuman ringan.
"Heiii...hei..." teriakku, namun Brian tidak perduli. Apa maksud perkataannya itu. Aku tahu kalau usiaku tidaklah muda lagi. Bahkan aku sudah diujung tanduk. Tapi, aku tak pernah mempermasalahkannya.
Treet...treeet...ponselku bergetar.
"Kok aku kepikiran kamu terus sih,Ra. Aku kenapa ya"
Awan lagi. Tak apalah mungkin dia memang tipe laki-laki seperti ini. Akan aku coba menerimanya.
"Hehehe...mungkin karena aku cakep kali, Wan" aku akan keluarkan jurus menggombalku.
"Ya sih. Kamu itu ngangenin"
"Hehehe....ngangenin. Masa' sih. Aku jadi malu" sebenarnya aku mau memuntahkan isi yang ada didalam perutku ini ketika membaca pesan singkat dari Awan.
Awan mulai rutin setiap menit mengirim pesan singkat kepadaku. Terkadang, aku juga merasa malas untuk membalasnya. Karena menunggu hari sabtu itu terlalu lama sekali. Setelah kuhitung-hitung hari ini Awan sudah mengirim sms kepadaku sebanyak 100 kali. Dan itu masih terhitung sore. Dan sms terakhir yang aku terima adalah.
"Hati-hati dijalan"
Karena aku memang hendak pulang kantor. Badanku terasa lelah sekali. Bahkan rasa kantuk itupun melanda. Naik motor dengan keadaan seperti ini membuat tidak nyaman pengendara lainnya. Jadi, aku urungkan untuk pulang ke rumah.
Pukul 19.00 wib.
Aku masih dikantor, tepatnya di ruang istirahat kantor. Aku tertidur selama 1 jam. Kulihat Brian juga tertidur disebelah tempat tidur yang aku baringi. Ingin membangunkannya. Kuabaikan saja. Brian, kalau saja dia itu tidak pilih-pilih kriteria seorang wanita. Aku rasa dia sudah memiliki 4 istri. Wajah tampan, tinggi layaknya model, blasteran lagi. Secara fisik tidak ada yang kurang darinya, namun dia meminta kesempurnaan dari seorang wanita. Ya, dia memiliki wanita impian. Seperti Carol Jones, seorang penyanyi wanita amerika.

Selasa, 05 Agustus 2014

Looking for Mr.Rainbow

Mr. Gombal -1-

"Urghhhh"
Aku melemaskan seluruh tulang-tulangku. Hari ini, aku menghabiskan hariku dengan menonton drama yang beberapa hari yang lalu aku download. Karena tidak sempat menonton aku habiskan semuanya hari ini.
Tak banyak pelajaran yang aku tarik dari menonton drama itu. Seperti biasa hanya menguatkan diri saja. Bahwa tidak semua yang kau harapkan sesuai dengan keinginanmu.
"Pergilah mengejar mimpimu, sampai kau merasa lelah..." nada dering ponselku berbunyi. Sepenggal lirik lagu penyemangatku minggu ini. Kejarlah mimpimu yang dinyanyikan oleh group band terkenal saat ini.
"Hallo!!"
"Hallo, apakah ini zora?" tanya seseorang yang bernada lembut sekali
"Yup...benar sekali. Ini siapa?" jawabku sambil berpikir suara siapa itu.
"Aku Selly. Teman SMP kamu dulu"
"Owh..." aku mengkerutkan keningku. Berpikir keras. Sebuah nama yang aku lupa. Teman SMP. Aku terus berpikir sampai pada akhirnya.
"Kamu lupa ya?"
"..." aku tak menjawab. Karena aku bingung mau menjawab apa. Jika ku jawab Iya, maka itu akan membuat dia kecewa.
Jika aku menjawab tidak, aku sudah berbohong dan pada akhirnya jika dia tahu maka dia juga akan kecewa. Aku bingung. Dan masih berusaha berpikir keras untuk mengingat nama Selly.
"Kamu benar-benar tidak ingat denganku ya, zora?"
"Eh...itu...gak bener lah. Aku ingat kok" jawabku gelagapan. Mencoba menutupi bahwa aku sedang berbohong.
"Syukurlah kalau kamu masih ingat"
"Iya...hehehe" bahkan aku membuat tawa palsu sambil mengulang memory masa SMP dulu.
"Bisa kita bertemu?"
"Bertemu?" tanyaku heran. Ini bisa gawat, jika kami bertemu dan aku juga belum ingat Selly itu siapa. Bahkan aku mencoba mengingat urutan bangku dikelasku. Aku tidak menemukan keberadaan Selly di kelas itu. Ketika SMP Selly duduk dimana. "Arrggghhh...kepalaku mulai pusing"
"Bisakan kita bertemu?"
"Bisa...bisa"
"Dikafe waffel sebelah bioskop ya"
"Oke"
"Aku tunggu jam 4 sore nanti"
"Oke..."
Sekarang pukul 2 siang. Padahal masih ada 1 episode lagi untuk mengakhiri drama ini. Malah, kamar masih berantakan. Aku belum makan siang. Bahkan belum mandi dari semenjak bangun tidur tadi pagi. Apa yang harus aku lakukan. Menonton episode terakhir drama itu atau makan atau mandi atau beresin kamar.
"Aargghhhh aku bingung" teriakku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal dan membuatnua berantakan.
Hidupku, aku yang menjalaninya. Mimpiku adalah hal yang harus kujaga. Tidak akan ada seorangpun yang akan merebut hidup dan mimpiku. Karena aku akan melindungi itu semua. Tapi, kalau aku begini-begini terus aku bisa gila. Hidup dan mimpiku bakalan di patok orang lain.
Akhirnya aku putuskan untuk membereskan kamarku, lalu makan, lalu mandi. Selesai sudah pukul 3 sore. Masih ada waktu 1 jam lagi. Jarak Kafe Wafel dari rumahku tidak begitu jauh. Naik motor membutuhkan waktu 10 menit saja.
Ya...aku lupa satu hal. Aku lupa untuk tidur siang. Mataku menang terasa berat sekali setelah mandi tadi. Aku niatkan untuk tidur sebentar dan memasang alarm sebelum jam 4. Alarm di ponselku berbunyi nyaring memekakkan telingaku. Aku mengucek-ngucek mataku, dan menyipitkannya untuk melihat angka yang tertera dilayar ponselku.
"Aarrrrggghhhh" teriakkku. Disitu tertera pukul 4.00 pm. Segera ku mencuci mukaku, dan tak ssmpat untuk berbedak apa lagi dandan.  Langsung aku sambar tas canglong favoriteku dan terburu-buru mengunci kamarku. Dan meluncur ke garasi menyalakan motor maticku. Memang belum ada telpon dari Selly bahwa dia sudah sampai atU belum. Aku masih terus melaju cepat. Tak perduli semburan kata-kata kasar dari pengendara lainnya. Kafe waffel dekat bioskop itu sudah tampak jelas. Aku memarkirkan motor kesayanganku. Dan masuk kedalam kafe waffel itu. Disambut 2 pelayan cantik.
"Berapa orang, mbak?" tanya salah satu pelayannya sambil menunjuk ke arah kursi yang kosong.
"Hm...2 orang mbak" jawabku mencari lokasi yang pas.
"Didalam apa diluar?" tanya pelayan itu lagi
"Diluar aja deh" jawabku menuju kursi yang sudah aku pandangi dari tadi. Berada dipojok.
Lalu kedua pelayan itu memberikan table menu. Aku hanya melihat-lihat dulu
"Nanti aja mbak, lagi nunggu temen" kataku melihat jam diponselku.
"Ya mbak" balas pelayan itu dan meninggalkan aku sendiri.
Aku kira, aku bakalan terlambat. Ternyata si Selly yang ngaku temen SMP aku lebih telat lagi. Sambil melihat sekitar, aku baru teringat bahwa aku tidak ingat siapa Selly itu.
"Pergilah mengejar mimpimu, sampai kau merasa lelah.." nada dering ponselku berdering.
"Hallo"
"Zora, kamu uda sampai ya?"
"Iya. Kamu dimana sel?"
"Aku uda didepan kafe"
"Masuk aja, aku uda disini kok. Dipojokan bagian luar ya"
"Aku bawa temen, bolehkan!"
"Boleh"
Sebuah tangan melambai kearahku. Yang aku tahu itu pasti Selly. Benar saja perkiraanku. Berarti aku berhasil berakting pura-pura mengingatnya. Akh...benar saja aku tidak mengingatnya dikelas. Kami lain kelas, dan aku baru teringat bahwa kami pernah les bahasa inggris bareng ketika SMP dulu. Dan aku melihat disebelah seorang laki-laki tinggi, berkulit sawo matang, mata agak sipit dan beralis tebal. Jantungku hampir mau copot melihat laki-laki itu. Awan. Jelas sekali itu awan. Seniorku ketika SMP. Apakah dia sedang berpacaran dengan Selly atau sudah menikah. Aku mulai gugup. Awan adalah salah satu idolaku waktu SMP dulu. Laki-laki yang bertubuh kurus itu sangat terkenal dikalangan osis. Karena Awan memang sangat ramah kepada siapa saja dan suka menolong. Aku menelan ludahku. Melihat pemandangan didepanku. Selly dan Awan. Kok malah jadi begini.
"Hai..." sapa Selly tersenyum manis
"Hai..." aku mencoba senyum senatural mungkin.
"Masih ingat sama awan gak? Senior kita waktu SMP dulu" tabya Selly seraya menarik kursi dan duduk.
"Masih" aku tersenyum kembali. Gila aja kalau aku gak ingat sama awan. Diakan orang yang pernah aku sukai secara diam-diam.
"Hai..." awan mengulurkan tangannya kearahku. Dan aku menyambutnya sambil tersenyum manis.
"Kalian sudah menikah ya?" tanyaku polos.
"Hahaha....menikah apanya. Aku dan awan ini sepupuan" jawab Selly.
"Heh...." aku baru tahu mereka sepupu. Kenapa gak dari dulu sih tahunya. Sesalku.
"Awan masih jomblo ni, mau daftar gak" jelas ini pasti candanya si Selly dan itu gak enak banget buat dijawab.
"Eh .... ada-ada aja deh" jawabku gerogi
"Hahahaha" tawa Selly masih seperti dahulu. Ringan dan renyah.
Kami memesan 3 jus jeruk dan 3 waffel stroberry ice cream. Rasanya aneh sekali. Setelah 12 tahun tidak tahu kabar bahkan tak pernah bertemu. Sekalinya bertemu disaat yang tidak terduga seperti ini. Dan yang membuat aku makin gerogi, status yang disandang Awan. Jomblo. Aku juga jomblo, jadi tidak masalahkan kalau kami saling mengenang masa lalu ketika berdua nanti. Antara senang dan gembira.
Kami bercerita masa-masa SMP dulu. Mulai dari guru sampai teman-teman yang suka jahil. Semua terasa cepat berlalu. Dan itu sangat menyenangkan sekali. Dan akhirnya kami, berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing. Aku kira, aku akan mendapatkan bonus nomor ponselnya awan. Ternyata tidak. Yasudahlah. Aku lanjut pulang kerumah.
Kamar masih berantakan. Laptop masih menyala dan jendela kamarku belum tertutup. Mandi dan makan malam. Setelab itu lanjut nonton drama yang tinggal 1 episode lagi. Dan berakhir di tempat tidurku.
Aneh rasanya hari ini. Tak ada bertanda bahwa aku akan bertemu dengan teman lamaku, terutama awan. Bahkan memikirkannya saja tidak pernah. Aku anggap hari ini bonus dalam hidupku.
Tret...tret....
Getaran ponselku sangat kuat. Sebuah pesan singkat. Dan aku membukanya.
"Hai...lagi apa? Maaf ganggu Dari : awan"
Hah...mataku terbelalak. Apa tidak salah kirim pesan si Awan.
"Hehehe...gak kok. Aku baru aja selesai nonton drama seri"
"Drama apa?pasti cinta-cintaan ya?"
"Aku kurang suka drama romantis, aku lebih suka komedi sih"
"Biasanya kan cewek-cewek suka yang romantis"
"Gak juga kok. Kamu lagi apa?"
"Lagi memikirkan kamu, makanya aku sms"
Heh....gombalan kelas kecap asin juga ni. Aku sudah bosan dengan gombalan seperti itu. Dan ujung-ujungnya minta izin mau nelpon aku. Sudah bisa kubaca itu semua. Sangat terlihat jelas sekali. Dan sekali lagi tebakanku benar.
"Ada-ada aja deh"
"Aku serius loh, boleh gak aku telpon"
Benerkan, sudah kuduga. Laki-laki memakai jurus yang sama untuk pendekatan. Dan dengan berpasrah aku mengiyakan permintaannya. Dan sudah kuduga juga hal-hal apa saja yang bakalan terjadi. Ngajak ketemuan, makan diluar dan nonton. Akhirnya aku membuat janji dengan Awan diakhir pekan ini. Nonton bioskop dan setelah itu makan di resto seafood sebelah bioskop.

Rabu, 16 Juli 2014

Kumpulan puisi Rindu

Lubang Rindu

"Aku tidak akan menghubungimu, jika hanya membuat lubang kerinduanmu semakin dalam. Dah itu hanya akan merusak kefokusanmu terhadap tujuanmu. Berjuanglah. Kembalilah jika ingin melihat kutersenyum"

Diam Dalam Rindu
"Tak mampu berkata "aku rindu padamu". Sebab, hanya akan membuat sesak didadaku. Jadi, apa yang harus aku perbuat untuk ini. Aku menahannya dalam diam. Sampai kau mengerti isyarat yang kuberikan"

Sandi Kerinduan
"Belum genap seminggu kita bertemu. Namun, kau sudah berlalu lagi. Bilamana aku akan mememdam kerinduan ini. Seharusnya kau memberi tanda betapa kau juga begitu"

Rindu berkata "rindu"
"Sudah lama tak ada yang mengaku rindu padaku. Bahkan aku sudah lupa siapa orang terakhir yang mengatakannya. Tapi, setiap malam kau katakan itu padaku. Aku harus apa? Membalas dengan berkata "aku juga rindu" kepadamu"

Senja dikerinduan
"Warna oranye itu sangat mengusik hatiku. Angin sepoi ini terasa sedang berbisik. Dan awan yang berarak seperti memeluk semua yang kurasakan. Aku merindukanmu disenja ini"

Rindu yabg berbisik
"Lirih, sangat lirih sekali. Dari dalam hati yang jauh disana. Sepertinya ada yang sedang berkata-kata. Kalimat yang  terucap jika aku tidak bertemu denganmu"

Tangisan berbuah rindu
"Aku menahannya sendiri. Aku tak ingin orang lain tahu. Bahkan teman terdekatku. Aku mencoba menahannya sampai aku menangis semalaman. Betapa aku ingin bertemu denganmu"

Rindu yang pahit
"Saat ini aku sedang memandang bulan yang sama denganmu. Jarak yang begitu jauh membuatku terasa sendiri. Bahkan aku tahu kau juga sedang memandang bulan. Tapi, bukankah rasanya begitu bergetir ketika hampa yang terasa"

Akan tetap rindu
"Memang aku tidak pernah ungkapkan bahwa aku rindu padamu. Tak pernah sekalipun. Bukan berarti aki tidak pernah merindukanmu. Aku akan tetap selalu rindu walaupun kau tidak merindukanku"

Rindu Bintangku
"Cahayamu tetap bersinar. Kau tetap pada posisimu yang jauh diatas sana. Namun, kerlipmu masih terasa hingga kebumi. Ingin kimeraih bintangku. Namun, aku tak mampu"

By : aozorajio

Kamis, 03 Juli 2014

My Romadhon's Joerney

1 Juli 2014

Udah dibulan juli aja...
Biasanya aku menyebut Juli bulan penuh kejutan..
Gak tau deh juli tahun ini.
Apakah penuh kejutan atau sekedar biasa-biasa aja....

Hohoho...
Alhamdulillah gajian...
Yiiiippppi....
Akhirnya aku jadi liburan kepekan baru... ^^
Ini puasa yang keempat..
Dan Alhamdulillah lagi aku belum bolong.....
Berharapa full shaum...
Oke, saatnya beli tiket bus untuk berangkat ntar malam..
Yosssh....!!!!! Dapat tiketnya naik bus halamhera yang seperti teman aku katakan...katanya busnya cakep...
Packing-packing....
Rencana sebelum pemilu uda balik dah lagi kerumah.
Jadi gak perlu pake koper segala, bawa pakaian seadanya dan masih trauma.

Errrgh....
Si bos tanya...
"Naik apa ke stasiun busnya"
"Naik becak"
Jawabku, akh ngapain juga ngarep diantar sama si bos. Yauda, naik becak juga gak apa-apakan....
Aki sih bukan anak manja yang langsung merengek-rengek minta diperhatikan dan dimanjain.
Ok fix....dan akhirnya si bos sendiri yang ngantar aku ke stasiun bus.

"Gak bawa nasi kak, buat sahur?" Tanya mamake
"Ga usah buk, ntar nasinya dingin gak enak jadinya"
Yaelah, busnya bakalan berenti waktu sahur deh...no problem!
Tapi Sankyu uda perhatiin sahurku....

Malam menunggu bus...
Laaaaaammmmmaaaa busnya baru datang...
Tau gitu mending datangnya jam 9an....
Aku masih bisa tarawehan....
Nyesel daaah....
Duasar!!!
Lain dipikiran lain dengan kenyataan...ternyata busanya ampun ga sesuai dengan apa yang aku harapkan....-__-
Tapi, yasudahlah.
Yang penting sampe.
Dan anehnya aku selalu berdampingan dengan cowo duduknya.
Akh, apa karena aura jombloku terlalu besar :v
Hahahahahaa
Selamat Puasa!!!

My Romadhon's Journey

2 Juli 2014

Sahur pertama kali dijalan.
Berhentinya di Daerah Bagan Batu, yaelah masih panjang lagi perjalanan, sekitar 7 jam gitu. Dan sekarang uda jam 5. Berarti nyampe pekan baru jam 12an gitu. Hah.....kok lammma ya!!!

Oke hari ini cuma ditemanin dengan sari roti sandwich isi cokelat dan susu beruang, semoga tahan deh....!!!
Sebenarnya malas banget buat makan di rumah makannya, takutnya mual kalo makan nasi >_<
Ntar malah muntah....
Semoga daya tahan roti dan susu bertahan sampe azan magrib.... ^^

Yey!!!
Nyampe Pekanbaru, akh...suasananya emang beda....
Walaupun tidak ada perubahan yang besar di pekanbaru ini
Cuaca panas dan debu dimana-mana..
Negeri minyak katanya...
Dan kenapa aku berpikir berharap dapat orang yang bekerja dichevron ya....wkakakakaka.....
#ngarep banget!!!

Duk..duk...
Alhamdulillah puasanya nyampe magrib juga..
Berhubung karena magribnya lebih dulu sih...
Hahahahaha

Selamat berpuasa!!!

My Romadhon's Journey

30 Juni 2014

Hm....uda puasa yang ketiga
Ga terasa, tapi emang cukup terasa disuasana yang panas terik begini.
Bukannya mau ngeluh sama cuaca yang Alloh kasi, tapi ya...kok dipikir-pikir kenapa puanasnya luar biasa begini.....
Hausnya bandel lah.....
Tapi, gak masalah kan sekarang aku raja...hahahahaha
Ya kerjanya cuma tidur dan makan doank..
Rasanya menikmati menjadi kodrat seorang anak baru aku rasakan deh....
Selama 10 tahun terakhir ini, gak terasa aku udah menjadi seorang ibu merangkap seorang anak.....
Akh!!! Masa-masa yang membiasakan aku untuk mandiri dan memikirkan masalah sendiri.
Hari ini juga tidak ada yang istimewa ^^
Semuanya sama....

Cuma....
Aku memang belum bisa melupakan sesuatu yang seharusnya aku lupakan. Rasanya pengen sekali meminta untuk seperti fujiyama ( ishuukan friend) tapi itu mustahil kan....

Ok....!!!
Ni tanggal terakhir anime-anime musim spring...
Besok uda mulai summer....
Gak terasa juga sih, uda 3 bulan bersama anime-anime yang selalu menghiburku...

Selamat puasa!!!!

My Romadhon's Journey

29 Juni 2014

Yey, puasa kedua....
Tak ada perubahan disini, sama seperti puasa sebelumnya.
Aku tetap menjadi raja didalam kamarku ^o^
Dan puasa kali ini lancar Alhamdulillah...

Ga banyak sih yang harus aku ceritakan pada hari ini. Yang penting tetap semangat untuk berpuasa.
Target mendonload dorama jepang harus kelar hari ini.
Karena besok merupakan hari terakhir di rumah.
Berharap tanggal 1 gajian, dan cuuuuuzzz.... otewe kepekan baru ^^
#semoga aja...

Urghhhh....
Dorama Bitter Blood buat aku menjadi semakin menyukai Takeru Satoh.
Dorama yang menceritakan tentang hubungan ayah dan putranya.
Kok kaya' cerita aku....
Hahahahaha
Dan entah kenapa aku memang suka menonton dorama yang sesuai dengan kehidupanku -_-
Dan itu mulai kelihatan aneh rasanya.

Oke semoga puasa hari ini lancar....!!!
#maaf baru publish...
Baru sempat nulis siiih...hahahhahaha

Senin, 30 Juni 2014

Same with you

Hm...ini ada persamaan aku dengan seorang vokalis band rock terbesar di jepun..yey!!! He is Takahiro Morita alias Taka ^^
1. Kami sama-sama lahir dibulan April
2. Kami sama-sama anak paling besar
3. Kami sama-sama hanya diasuh orang tua tunggal yaitu Ayah
4. Karir kami sama-sama mengikuti jejak orang tua
5. Hubungan anak dan ayah yang kurang baik
6. Hanya memiliki satu orang adik yang jejak karirnya sama
7. Hidup didalam kesepian rumah yang besar
8. Hidup yg tidak kekurangan uang namun kurang perhatian
9. Selalu ingin terlihat bahagia didepan umum
10. Kami berdua adalah orang kreatif ditengah kesepian

Sabtu, 28 Juni 2014

My Romadhon's journey

28 juni 2014

Malam pertama tarawih ^^
Ya Allah makasi atas karunia dan nikmat umur yang telah engkau beri padaku. Terima kasih atas segalanya yang sempurnanya hari-hariku. Terima kasih telah mendatangkan seorang yang baru di puasa tahun ini....

Tarawih malam pertama, seperti biasa. Shaf pada penuh bahkan sampai pelataran musholla. Semangat menyambut bulan seribu bulan ini masih menggebu-gebu. Alhamdulillah awal puasa aku dapat menyambutnya. Dan doaku disetiap awal puasa, selalu "penuhkanlah puasaku seperti puasa tahun kemarin". Alhamdulillah sudah selama 4 tahun ini aku ga pernah bolong. Walaupun sebagai wanita, itu hal yang tidak wajar. Tetapi aku yang memintanya kepada sang maha pemberi segalanya. Alhamdulillah sekali. ^^

Kabar gembira puasa tahun ini...
Ketika aku bangun tidur, aku tidak perlu memikirkan lagi masak apa sahur ini ^^
Terima kasih ya Allah ^^
Semogaku khusuk dan lancar...

Kamis, 19 Juni 2014

Parkitku

Wahai parkitku, tersayang....
Aku tahu kau senang terbang kesana kemari
Aku juga tahu kau tak pernah hianggap ke satu pohon
Tapi, jika kau sudah bosan
Maka tempakulah yang kau tuju
Aku hanya sebuah pohon kecil
Yang tak rindang bahkan tak meneduhkan
Namun, aku mampu bertahan diantara pohon-pohon besar
Yang sering kau hinggapi.
Sempat aku bertanya
Mengapa kau selalu hinggap didahanku
Sehingga aku sulit untuk membiarkanmu pergi
Tetapi aku sadar
Aku bukanlah satu-satunya pohon yang kau hinggapi
Entah mengapa aku yakin
Akulah pohon yang terkahir kau tuju, parkit.
Aku membiarkanmu terbang kemana saja
Tidak memaksamu untuk tetap tinggal didahanku
Karena aku tak ingin mengikat kakimu
Sebab itu menyakitkan dan menggangu kebebasanmu
Wahai parkitku, sayang....
Terbanglah sesuka hatimu
Terbanglah kemana kau suka
Terbanglah sampai kau merasa lelah
Namun, ingat dahanku siap untuk menerimamu kapan saja
Karena aku tidak bisa membencimu
Jika kau merasa lelah untuk terbang
Istirhatlah, dan dahanku selalu ada untukmu
Wahai parkitku, sayang...
Biarlah aku yang merasakannya sendiri
Sampai dedaunan gugur dalam gelapnya senja
Dan akhirnya kau dapat mengerti
Betapa aku menanti kau hinggap kembali ke dahanku
Sungguh, warna mu aku rindukan
Parkitku sayang....
Aku akan selalu menunggu hingga kau lelah terbang

Rabu, 18 Juni 2014

Why i love Anime so much

Suatu magrib di akhir tahun 2008....
Setelah aku vakum dari dunia anime, karena kurang disorot di pertelevisian indonesia. Aku juga tidak tahu kenapa anime dihentikan. Anime terkahir yang aku lihat ditahun 2007 adalah bleach yang notabene ga sampe tamat...
Kembali di magrib...
"Kak ini tonton, enak kartonnya" suruh adikku yang nomor dua.
"Akh...mana enak ini. Kartonnya gak cantik gambarnya. Lagian gak jelas juga alur ceritanya tentang ninja gitu" kataku mengkritik anime yang belum pernah aku tonton itu.
"Ini bagusloh kak kartonnya. Sigentong (pacarnya) aja suka ini. Dosenku juga suka"
"Akh masa' sih"
"Katanya suka karton, tapi gak mau nonton karton kaya' gini"
"Hahaha....aku dengar lagunya dulu lah baru aku mau nonton"
Tepat diakhir cerita maka keluarlah lagu yang pertama kali aku dengar dan saat itu lagunya menggema aku pun terkesima sama lagunya. Karena memang sejak tahun 2005 aku mulai menyukai lagu-lagu jepang. Dan akhirnya aku mengikuti ceritanya. Anime apa itu "Naruto" ya.... naruto.
Anime yang banyak membuat kenangan banyak bersama adikku. Setiap kali anime itu diputar kami selalu nonton dengan serius. Kadang kami juga membahasanya. Rasanya senang sekali. Ada yang diobrolkan. Kadang nyanyiin lagunya. Lagu favorite kami adalah Raiko - Alive.
Makanya semua lagu ost Naruto yang sebelum shippuden aku simpan rapat-rapat. Rasanya jika mendengar lagu itu rasa sedihku untuk mengingat kenangan itu semakin kuat.
Sejak 2007 aku vakum dari anime, gara-gara adikku itu aku mulai menyukai anime.
Tak terbilang lagi banyak adegan yang kami lakukan secara gila bersama-sama. Sejak kami masih dibangku SD. Kami berlagak seperti sailor moon, seperti magical girl bahkan bertingkah seperti adegan di samurai X. Melakukan hal konyol bersama-sama. Aku merindukan masa-masa itu.
Akh....
Malam ini aku tak sengaja membuka folder yang sudah aku simpan rapi. Folder yang berisi vidio naruto yang sengaja aku minta dari temanku yang menyukai naruto itu. Dan itu aku minta agar kami bisa nonton bareng lagi naruto setelah vakum dari tv. Foto-foto naruto yang sengaja aku searching dari mbah gogel. Bahkan original soundtracknya yang aku cari dari mp3 kompilasi bajakan di salah satu pasar murah. Hanya untuk menyenangkan adikku itu. Dan berlahan-lahan aku mulai menyukai anime lagi. Dia yang membangkitkan rasa cintaku terhadap anime lagi.
Sampai pada akhirnya....
Aku telah mengumpulkan banyak anime sampai dengan hari ini. Aku kira dapat menonton bersama dikamar kami ini. Aku berharap bisa seperti itu.
Letter for you....!!
Lihat, aku sengaja beli hdd sampe 1 tera yang isinya kumpulan anime. Dan aku harap kita bisa nonton bareng lagi. Aku harap kau menyukainya. Banyak anime baru sekarang ini.
Tapi aku gak bisa nemukan sailormoon versi lama, tapi tenang dek....summer ini sailormoon hadir versi baru ^^
Magical girl uda aku cari gak dapat-dapat juga -_-
Card capture sakura, malah cuma sampe 5 episode....yang lainnya uda terdelete link na...
Final fantasi uda aku download ^^
Persona 4 uda aku lihat animenya...walopun kita ga sempat maenkan gamenya....doakan aku murah rezeki aku mau beli ps 2 ^^ terus beli kaset persona 4....
Death note na juga uda aku donlod ^^ seperti perkiraanmu itu anime terbaik...
Mau tau, samurai X animenya, juga uda aku donlod semua episode na ^^
Aku benar-benar merindukanmu....
Merindukan dimana kita bisa ngobrol mengenai anime....
Sebenarnya aku mau vakum dari dunia anime ini. Karena akan menggoreskan kenangan yang sedih. Tapi, dengan cara ini aku bisa merasa kau ada disini....didalam kamarku.
Ini rasa rinduku, bukan rasa ketidak ikhlasanku atas kepergianmu ^^
Itulah kenapa aku menyukai anime....
Karena aku ingin adikku selalu hadir didalam kehidupanku...
Now Playing : Raiko - alive

18june2014

Senin, 09 Juni 2014

This is Life

Aku berlari sekencang-kencangnya ke rumah. Sesampai dirumah aku dikejutkan oleh semua orang didalam rumahku sedang berkumpul semua diruang tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama.
"Selamat ulang tahun isah" kata mamakku sembari memelukku. Airmata yang kutahan tadi membuncah ketika aku mendapatkan kejutan spesial ini. Ya hari ini, tepat usiaku 10 tahun. Aku terharu. Sampai-sampai aku melupakan apa yang dikatakan Koko Acin tadi.
"Ini kado dari kami" kata Ka Nur memberikan sebuah bungkusan berbentuk persegi yanh dibungkus dengan kertas warna warni.
Aku terdiam sejenak. Tidak langsung menerimanya. Apa yang harus kulakukan. Apa aku harus mengatakan pada mamakku apa yang baru saja Koko Acin katakan.
"Terima kasih semuanya" akhirnya aku urungkan mengatakannya. Aku takut merusak suasana yang sedang gembira ini. 10 tahun sudah aku menikmati hidup seperti ini, dan selama 3 tahun tanpa Ayah yang tidak ada membimbing kami. Tidak ada sosok yang selalu menasehati tentang kehidupan ini. Kami, mengerti kehidupan itu dari apa yang kami rasakan saat ini. Ketika bahagia, jangan lupa diri. Ketika bersedih jangan lupa untuk bersyukur. Siang ini, momen yang akan menjadi kenangan terindah untuk masa depanku. Dan aku membiarkan hari ini berlalu dengan kesenangan.
Keesokan pagi, kak Nur dan Kak Aish berdandan rapi. Mamak bertanya.
"Mau kemana kalian, Nur?"
"Mau kerja Mak" jawab kak Nur merapikan polesan bedaknya
"Sudah pulang, toke kalian?"
"Sudah, mak" jawab kak Nur singkat menyelesaikan pemasangan eye shadow berwarna merah muda.
"Tapi, kenapa kau berdandan secantik itu Nur?" Tanya Emak yang mulai curiga
"Nur ini mau tampil cantik , Mak. Apa tak boleh?"
"Bolehlah, tapi bukannya wanita tampil cantik akan timbul fitnah, Nur"
"Emak.....emak....Nur dandan bukan untuk dipuji cantik mak. Nur cuma biar kelihatan rapi dan bersih saja"
"Yasudahlah....hati-hati kalian berdua"
Padahal ini minggu, aku yang tidak ada libur segera kepemakaman umum. Sebagai kerja dinwaktu libur, aku membersihkan kuburan-kuburan. Dan mendapat upah dari penjaga kuburan. Aku menjemput Erna. Dan kami berdua berjalan menuju kepemakaman umum. Terkesan seram memang. Walaupun pemakamannya dilalui banyak orang. Tapi, yang buat seram itu pohon-pohon besar. Yang konon katanya berpenghuni seorang wanita yang selalu tertawa nyaring. Tapi, sampai sekarang aku belum pernah jumpa. Erna, ketika memasuki halaman pemakaman itu, matanya selalu tertuju kearah satu makam yang berada diatas dataran yang lebih tinggi. Batu nisan berwarna putih, dan disitu bertuliskan Nurasih. Itu makam ibunya.
"Er...." aku mencoba memukul pundak Erna pelan.
"Kau tahu, Sah. Aku pernah mendengarkan pengajian dari Haji Amir. Katanya perempuan itu makruh ke kuburan. Karena hatinya yang sensitif dan emosinya tidak stabil"
"Terus?"
"Kau tahu, dan itu dilarang, karena akan menyebabkan rengekan dan ratapan. Dan itu mungkin terjadi padaku"
"Kau bilang itu dilarang. Kenapa kau masih melakukannya?"
"Hehehe....yasudah. kita bersihkan saja pemakaman ini" Suasana hati Erna langsung berubah dengan senyuman yang menyembunyikan kerinduan yang teramat dalam. Dan aku tahu itu
"Ayok!!!" Teriakku semangat.
Inilah perjalanan hidupku, yang aku bilang inilah kehidupanku. Semua memang tidak berjalan sesuai inginku. Tapi, bukan aku tidak mensyukurinya. Aku sangat bersyukur sekali. Menghabiskan hari-hariku bersama mereka orang-orang yang kusayangi. Dan aku maunya sepertu ini selamanya.
Pulang kerumah, suasana berubah drastis. Kak Nur dan Kak Aish tampak bercucuran airmata. Dan mamak, ya mamak juga bercucuran air mata. Mamak yang sedang duduk ditangga dapur sedang memandang kosong kearah luar dapur yang merangkap sebagai kamar mandi juga.
Bang Ipol yang berdiri membungkuk di depan jendela yang sedang memandang sungai belakang rumah kami.
"Sudah mamak katakan berkali-kali. Kita ini memang hidup susah didunia. Jangan kalian susah lagi diakhirat"
"Maafkam Nur dan Aish , Mak. Hiks...hiks" Kak Aish menangis senggugukan.
"Kau minta maaf sama Tuhan" kata Mamak mengahpus airmatanya.
"Mak....Nur dan Aish berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi"
"Hilang sudah kepercayaan Koko Acin terhadap kelurga kita. Orang miskin memang suka mencuri"
"Mak....hiks...hiks"
"Kalian kira membangun kepercayaan itu semudah membalikkan telapak tangan. Itu membutuhkan waktu lama. Sebaiknya ini malam kalian tidak usah makan"
"Mak....kami kelaparan lah" rengek Kak Nur
"Biar kalian tahu bagaimana rasanya lapar"
Aku tahu pasti, bahwa yang Koko Acin katakan tempo hari sudah terungkap kebenarannya. Aku tidak perlu mengatakannya. Karena kebenaran itu tidaklah perlu diungkapkan, karena akan muncul dengan sendirinya.
Keluarga miskin, hidup yang susah. Mengurus anak-anak yang mulai meranjak dewasa. Mamak sendirian mengurusnya, dan dia tidak pernah mengeluh.
"Berkeluh kesahlah kepada Tuhan, nak. Karena dia maha pemberi jawaban" itu kalimat terakhir yang aku dengar dari ayahku ketika hendak merantau. Dan aki merindukan nasehat-nasehatnya.
Tak terasa waktu begitu berlalu cepat sekali. Bahkan aku masih merasakan baju seragam putih merah. Sekarang seragam itu berpindah ketangan adikku yang paling kecil Ami. Aku dibelikan seragam baru oleh mamakku. Warnanya benar-benar cerah. Putih cemerlang. Tapi, itu tidak bertahan lama. Karena air disini sangatlah berwarna cokelat dan lengket.
Aku masih satu sekolah dengan Erna. Dia sangat cantik sekali. Banyak pria-pria mulai melirik kearahnya. Badannya yang mulai tumbuh dan kemolekan tubuhnya menjadi incaran setiap pria. Sedangkan aku masih kurus seperti dulu. Seperti kekurangan gizi saja.
"Kau semakin cantik saja, Er"
"Hehehe...kecantikan itu sebuah beban berat, Sah"
"Kok begitu?" Tanyaku heran
"Karena jika kecantikan itu disalahgunakan maka kau akan terjerumus keneraka"
"Waaah....kok bisa?"
"Karena kecantikan itu sumber dosa"
"Hehehe....ada-ada saja kau ini"
Sekolah baru kami menyambut dengan senang hati. Banyak teman baru yang kami kenal. Namun, hanya kami berdualah yang melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama dari SD kami. Teman-teman lainnya memutuskan tidak melanjutkan karena tidak mampu mebayar biaya sekolah. Akhirnya mereka tinggal dirumah dan beberapa orang dari teman kami dulu bekerja di pasar.
Aku dan Erna termasuk orang yang beruntung. Kami mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah. Karena hasil tes ujian masuk kami paling tertinggi.
Berkenalan dengan orang-orang baru. Menambah persahabatan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Ini sekolah yang tidak membanding-bandingkan status sosial. Itulah yang aku pikirkan selama ini. Ternyata aku salah.
"Hei...kalian berduua orang miskin. Duduknya paling sudut belakang sana" seorang anak perempuan yang aku tahu benar siapa dia itu. Anak camat yang menuduhku mau mencuri. Dia benar-benar seperti tuan putri cantiknya.
"Hahahaha...." teman seisi kelas tertawa melihat tingkah kami berdua yang seperti kucing tersiram air saja tidak mampu bergerak dan membantah.
"Mel....jangan menyiksa mereka seperti itu, kasian mereka" seorang anak laki-laki yang tinggi dan tampan itu sepertinya membela kami. Namun, aku tidak suka ketika mendengar kata kasian. Gepalam tinjuku sudah hampir melayang ke wajah pria yang membela kami itu. Namun, Erna menahan tinjuanku.
"Sudahlah, sebaiknya kita banyak berdoa saja. Bukankah orang-orang terzolimi dijamah doa-doanya" senyum Erna membuatku semangat.
Hari yang sangat tidak terbayangkan aku sebelumnya. Aku merindukan SD kami itu. Setiap kali istirahat kami bermain kasti. Tapi, sekarang disekolah kami ketika istirahat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk makan dikantin sekolah.
"Hei....terima kasih sudah membela kami" Erna tiba-tiba menghampiri anak laki-laki yang membela kami tadi.
"Akh, tak perlu sungkan seperti itu. Kita ini kan berteman. Kau maafkan saja tingkah si Amelia. Dia memang begitu sejak dulu. Maklumlah ayahnya mantan camat disini"
"Iya" jawab Erna sambil tersenyum.
Sepulang sekolah aku masih saja melakukan kebiasaanku. Menjual hasil ikan tangkapan bang ipol. Kak Nur dan Kak aish bekerja di toko buku milik pak haji Amir. Ibu yang sudah bisa menjahit, mulai menerima tempahan untuk menjahit. Semuanya kami bekerja. Untuk melanjutksn kehidupan kami setiap harinya. Dan kami menikmatinya.
Malampun berlanjut. Tiba-tiba percakapan aneh pun terjadi.
"Mak....ada yang mau melamar Aish"
"Hah....siapa itu nak?"
"Aswan. Anak uwak Iyoh"
"Laki-laki yang tak bekerja itu?"
"Iya mak"
"Bukan mamak tak setuju kau dengan dia, Aish. Cuma mamak tak suka saja dengan pemuda pemalas"
"Tapi, katanya dia akan bekerja, Mak"
"Suruh dia bekerja dulu. Jika cuma janji mending kau abaikan saja dia. Kita hidup bukan dari janji-janji orang yang mengaku sayang sama kita. Tapi kita hidup karena kita sama-sama berusaha untuk melangsungksn hidup"
"Tapi, Mak"
"Percayalah, nak. Janji itu tidak akan ditepati jika hanya janji. Kalau dia membuktikan bahwa dia bekerja dalam waktu dekat ini. Mamak restui Aish bersama dia"
"Kerja apapun bolehkan, mak"
"Boleh, asalkan yang halal. Karena kita tidak tahu tentanh rezeki seseorang"
"Iya, mak. Nanti Aish bilang sama Bang Aswan"
"Ya..."
Pelajaran besar bagiku nanti ketika memilih pasangan. Yang penting bekerja dan itu halal.
Benar saja Bang Aswan dan Wak Iyoh datang kerumah. Membawa makanan dan beberapa orang lainnya membawa barang-baranh yang harus diserahkan kepada keluarga kami. Kak Aish berdandan sangat cantik hari itu. Benar kata orang-orang, wanita itu terlihat sangat cantik ketika dia sedang jatuh cinta dan saat pernikahan. Auranya itu sangat berbeda sekali. Dan akhirnya Bang Aswan resmi menjadi menantu mamakku. Dan menjadi bagian keluarga kami. Bertambah keluarga baru, dan akan menghilangkan satu orang dari keluarga kami. Kak Aish dibawa oleh rombongan Wak iyoh pulang kerumah. Pesta, tidak ada pesta. Hanya sedekar akad nikah saja. Masa-masa SMP ini berlalu begitu cepat sekali. Aku sudah duduk dibangku kelas 2. Dan mendapatkan peringkat terbaik disekolah dan memasuki kelas unggulan. Begitu juga Erna.
Namun sepulang sekolah ini, aku melihat Buk Muriah sedang duduk sendiri dibangku depan rumahnya sambil membaca buku. Aku menghampiri buk Muriah yang aku rindukan itu.
"Buk Muriah" sapaku diseberang pagar rumahnya
"Isah" buk Muriah menghentikan membaca bukunya.
"Buk" aku menyalaminya dan aku selalu berdoa setiap kali mencium tangannya.
"Sejak dulu, hikmat sekali Isah mencium tangan ibu. Seperti ada yang didoakan saja"
"Isah selalu berdoa, ingin seperti ibu"
"Heh..." wajah Buk Muriah kaget
"Kenapa buk?"
"Apa hebatnya ibu ini, sampai-sampai kau ingin seperti ibu"
"Ibu itu hebat sekali. Ibu orang yang tegar. Bahkan ibu orang yang pintar"
"Hehehe...ibu tidak seperti itu , sah"