Jumat, 27 Januari 2012

"HUJAN DI LANGIT SENJA" Nyai mulai sakit

Umurku sudah beranjak 6 tahun. Tahun ini, adalah tahun yang sangat menyedihkan bagiku. Nyai mulai sakit, lalu aku tidak ada yang mengurus. Nyai sering batuk-batuk, berobat kerumah sakit yang ku dengar Nyai terkena TBC. Karena memang Nyai adalah seorang pecandu rokok. Aku sedih sekali ketika Nyai di bawa kerumah sakit untuk di opname. Setiap siang aku bersama Kai datang menjenguk Nyai membawa makanan kesukaan Nyai yang di masakkan oleh ibu kandungku. Nyai sering menangis melihat keadaanku yang semakin hari semakin tak terurus.
"doakan Nyai sembuh, nak"
"iya Nyai" jawabku tersenyum manis.
Dan Nyaipun menangis ketika aku tersenyum manis kepada.  Kai mengajakku pulang, tapi aku menolak dan marah. Karena aku ingin bersama Nyai. Namun, Kai membujukku untuk pulang.
"Nyai tidak akan sembuh kalau kamu tinggal disini"
"kenapa begitu, Kai?" tanyaku heran.
"Karena kamu tidak menurut apa kata Kai dan Nyai"
"begitukah?"
Mukaku cemberut, karena aku tidak diperbolehkan menginap di rumah sakit. Kai dan akupun pulang malam itu. Sebelum pulang aku diantar kerumah ibu kandungku. Ibuku gembira sekali melihat kehadiranku. Kai ada urusan di hutan mengambil kayu malam ini. Makanya dia menitipkan ku bersama orang tuaku. Ibu memeluk dan mencium pipiku. Ibu sangat cantik, dan kecantikannya itu terlihat dia tersenyum sambil membawaku kedapurnya yang sempit. Tidak seperti rumah Nyai dan Kai yang besar dan bertingkat. Rumah ibuku kecil dan terbuat dari tepas. Ternyata ibu sedang memasak dan Ayah belum pulang dari ladang Kai.
"Nyai mulai sakit-sakitan, Nak" kata ibuku sambil membuat api di tungku batunya.
"iya, Bu"
"kalau begitu kamu tinggal bersama ibu saja ya"
"aku takut sama bapak itu bu" kataku sambil merunduk sedih.
"tidak apa-apa. Dia sangat baik kepada anak-anak"
Aku cuma terdiam dan rasanya ingin menangis.
Keesokan paginya, Nyai masih berada di rumah sakit. Aku bersama ibuku pergi kerumah sakit menjenguk Nyai. Keadaan Nyai semakin membaik, batuk Nyai mulai berkurang. Namun, badan Nyai semakin kurus. Ibuku memberi makan bubur ke Nyai dan aku duduk di samping tempat tidur Nyai.
"bagaimana keadaan Nyai sekarang?" tanya ibuku
"baik. Bibi merindukan anakmu"
"itu Nyai dia" tunjuk ibuku kearah dimana aku duduk
"kamu urus dianya"perintah Nyai
"iya Bi.."
"Nak....."Nyai memanggilku dan akupun menghampirinya.
"jadi anak yang patuh kepada orang tua, jangan nakal, jaga orang tuamu kalau kamu besar nanti" pesan Nyai.
"iya Nyai"

Kamis, 26 Januari 2012

"HUJAN DI LANGIT SENJA" bayi yang tak di harapkan


Sudah hampir sembilan bulan ibuku mengandung. Dan sudah bulannya juga dia untuk melahirkan ku. Tetapi mengapa ayahku gundah gulana. Ternyata dia tak mengaharapkan kelahiranku, karena mereka masih hidup susah. Awalnya ayahku mencoba menerima kehadiaranku, tapi setelah aku di lahrikan rasa bencinya muncul karena aku bukanlah darah dagingnya. setelah seminggu aku bersama ibu. Kamipun dipisahkan oleh ayahku, karena alasan ekonomi keluarga yang sulit. Untuk sementara ataupun mungkin lama, aku di titipkan oleh adik nenek dari ayahku. Aku memanggil mereka Nyai dan Kai, mereka berdua hidup mewah. Kai mempunya banyak tanah dan ladang.Memang mereka hidup mewah, manusia tak ada yang sempurna mereka tidak di karuniai seorang anak satupun. Aku sangat dimanjakan, apa yang aku minta diberikan. Aku minta mainan di belikan, saat aku menagis Nyai memelukku dengan erat dan mengusap air mata dipipiku yang kotor karena daki.
Saat itu sore, langit mendung sekali dan sudah mau hujan. Kai belum juga pulang dari ladang. Nyai khawatir dengan keadaan kai yang masih belum pulang. Nyai menyuruhku untuk tetap tinggal di rumah, walaupun sendirian Nyai peraya kepadaku agar aku tidak nakal. Ketika itu aku masih berumur 4 tahun, bicaraku sudah jelas dan aku sudah mampu berlari kencang. Hujanpun turun dan aku ingin sekali bermain hujan diluar, ku melihat Nino, teman bermainku berlari riang ketika hujan turun. Keinginanankupun semakin memuncak untuk keluar. Aku beranikan diri untuk keluar, padahal Nyai sudah melarangku untuk keluar. Aku mendekati Nino dan dia sangat bergembira menyambut kedatanganku. Kami bermain bola hujan-hujanan padahal usiaku masih 4 tahun. Lalu seorang wanita datang menghampiriku dan menyuruhku untuk pulang. Aku mengenal perempuan itu, iya dia ibu kandungku. Namun pada saat itu yang aku tahu dia adalah tetangga Nyai yang baik hati selalu menolongku. Dia membawaku pulang kerumahnya, dan memandikanku lalu memakaikan ku baju.
"buat apa ank haram itu di bawa lagi" kata seorang pria yang lebih muda dari pada ibu itu.
"dia main-main hujan, jadi aku bawa pulang pak. Kasian kalau dia sakit" kata ibu itu
"jijik aku melihatnya, antarkan langsung kerumah bibi, ya. Setelah kamu mandikan" perintah pria itu.
"iya aku antarkan dia pulang"
"aku tak mengingikan bayi itu sebenarnya"
"bapak jangan berkata seperti itu"
"tapi karena kau yang memaksa untuk melahirkannya, aku setuju"
"bapak....hiks...hiks..." ibu itu menangis tersedu-sedu dan mencium pipiku dengan hikmat sekali. Dan akhirnya aku menangis juga karena takut.

"HUJAN DI LANGIT SENJA" sepenggal kisah ibu


Sebelum ibu menikah dengan ayahku, ibu adalah seorang janda yang mantan suaminya adalah seorang tentara. Dari pernikahan sebelumnya ibu mempunyai seorang anak perempuan yang tinggal bersama kakek dan nenekku di kampung. Mantan suami ibuku tidak bersahabat dengan siapa saja, sikapnya yang keras dan bringas membuat ibuku tidak tahan. Setiap pulang kerumah dalam keadaan mabuk dan acapkali memukuli ibu dan mbakku. Setelah bercerai dari tentara itu ibu tinggal bersama orang tuanya sambil mengasuh mbak. Ibu tidak memiliki kepandaian apapun. Ibu hanyalah ibu rumah tangga biasa. Selama di rumah orang tuanya ibu membantu pamannya menjaga warung dan membantu bibi memasak juga. Dari sinilah ayahku dan ibuku bertemu, setelah satu tahun menjanda ibu mulai membuka hatinya untuk pria yang lebih muda darinya. Pria itu tidak bekerja, pada mulanya dia bekerja bersama orang tuanya menjadi kuli bangunan. Namun, akhirnya pria tersebut berhenti bekerja dengan alasan yang tak jelas. Hampir 2 bulan ibuku berkenalan dengan pria baru itu. Rencana ibu untuk menikah lagi dengan pria itu sudah tekad dan dapat restu dari kedua orang tuanya. Rencana itu hampir gagal setelah mantan suami ibuku datang dan meminta ibuku kembali kepadanya. Ibuku menolak, karena mantan suaminya sangatlah ringan tangan, Ibuku di pukuli dan di perkosa olehnya. Ibuku bersedih, lambat laun menjadi kurus dan tak bersemangat hidup. Pria baru itu mengetahui kejadian yang menimpa ibuku, bukannya ingin memutuskan hubungan, tetapi pria baru itu ingin segera menikah dengan ibuku karena tahu ibuku sedang hamil. Sebelum perut ibuku semakin membesar, mereka berdua melangsungkan pernikahan mereka. Penduduk tidak ada yang curiga ketika ibuku hamil. Dan mereka menyangka dia sedang mengandung anak dari suami barunya itu. Suami barunya sangatlah lemah lembut, tidak ringan tangan seperti mantan suaminya. Ibu selalu dimanja walaupun keadaan kehidupan ibu yang sangat tidak sejahtera. Suami barunya dan merupakan ayahku-aku tak ingin mengakui dia ayah tiriku- berusaha mencari kerja yang halal menurutnya.

Senin, 23 Januari 2012

21 hari menuju 100%

kangen ma mereka semua...

langit jingga itu

perjalanan itu masih panjang kawan. disana ada langit jingga mewarnai indahnya senja. lalu kita bersama berjabat maraih impian bersama. tersenyum gembira bersama. mendengar alunan nada kehidupan. yang tak akan terlupakan dalam sore terang itu. aku, kau dia dan mereka ...ya kita selalu bersama berpeluk dalam prinsip tanpa pisah...senja itu menjadi saksi bahwa kita mampu kawan....
inginnya bersama selalu..
friends...you are the people who i want
the people who can do anything with me
this evening we are friend forever....
sampai kapan aku seperti ini...
apa sampai izrail memanggilku...
terlupakah aku dalam selimut dunia...
tolong jangan hukum aku dengan semua...
bantu aku untuk meraih kebenaran....
bukan sekedar lelucon tulisan..
tapi ini sebuah kenyataan yang tak mungkin aku hindari...
bel itu telah berbunyi...
aku takut sekali...
aku takut semua itu terjadi dalam sekejab...
ketika nyawa tak ada artinya lagi...
siapa yang menolongku...
tak satupun selain aku...
maka bantulah aku...
jalan benar itu semakin jauh...
jauh sekali....
aku tak ingin tersesat dalam gelap dunia...
aku tak ingin tenggelam dalam lautan hina...
sekali lagi aku takut...
dan izrail pun datang...
apa yang telah kuperbuat selama ini...
tak ada...
tak satupun itu kulaksanakan...
aku takut sekali...
takut sekali...
ya...
aku tahu kepada siapa aku meminta..
Tuhanku...Rabbku...Allah hatiku...
Dialah yang mampu ku minta tolong
daripada manusia ini yang sok pintar...
tolong aku Rabb...
tolong hambaMu ini...
menuju kebenaran hakiki...
ajari aku ya Allah...
ajari aku menjadi lentera menerangi jalan...
jalan yang ingin ku tuju...
izrail semakin mendekat...
bibirku kelu...
panas dingin
keringat bercucuran...
kini aku beku dalam diam...
aku cuma berkata....
LAILLAHAILLALLAH.....