Senin, 27 Januari 2014

Spyair-my friend

"Ashita mata." sorezore no michi wo
aruitemo hanarenai My friend
ari no mama ikiteku tsuyosa to
ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

Hontou, gaki no koro kara itsumo arigatou na
kore kara mata, yoroshiku na
AH sukoshi inaka de umarete
sou, mucha na asobi mo shita kedo
kudaranai koto ga yokatta

Genjitsu wa kurushii yume bakari oenai
hayaku otona ni narou to shita
oya ni datte sukoshi wa raku wo sasetakatta
tsuyoku narou to tsuyogatte itanda

"Ashita mata." sorezore no michi wo
aruitemo hanarenai My friend
ari no mama ikiteku tsuyosa to
ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

Mushakusha shite kizutsuketa ato demo
mata, sugu ni yurushiau
donna tsurai toki mo
kimi ga warau kara waraeta

Toomawari shita bun dake
wakariaeru jikan mo atta kara
bokura wa machigatte inai
ima wa sou omou

"Ashita mata." sorezore no michi wo
aruitemo hanarenai My friend
ari no mama ikiteku tsuyosa to
ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

"Ashita mata." sorezore no michi wo
aruitemo hanarenai My friend
ari no mama ikiteku tsuyosa to
ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

Ari no mama ikiteku tsuyosa to
ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

Ushinaccha ikenai mono ga koko ni aru

*********** translate english

Tomorrow again." Even if we walk
on our own personal paths, we won't be apart my friend
with the strength to live on just as we are
and the things we mustn't lose are right here

Really, from when we were kids, all those times, thank you
From now on too, best regards 'k
Ah, it's like we were born in the country
That's right, we played quite recklessly
But I'm glad for those small things

Reality is tough and we can't just keep chasing after our dreams
I tried to hurry up and become an adult
I wanted to set my parents at ease a little
I lied when I was saying I would become strong

"Tomorrow again." Even if we walk
on our own personal paths, we won't be apart my friend
with the strength to live on just as we are
and the things we mustn't lose are right here

Even after we get in a bad mood, and hurt each other
Right away we always forgive each other again
No matter how tough the times,
Cause you laughed I was able to laugh too

Only the times we made are going aside,
cause there were times we could understand each other
we weren't wrong
Right now that's what I think

"Tomorrow again." Even if we walk
on our own individual paths, we won't be apart my friend
with the strength to live on just as we are
and the things we mustn't lose are right here

"Tomorrow again." Even if we walk
on our own individual paths, we won't be apart my friend
with the strength to live on just as we are
and the things we mustn't lose are right here

The strength to live on just as we are
and the things we mustn't lose are right here

The things we mustn't lose are right here

Tears

Harus berapa banyak lagi puisi yang harus kutuliskan....
Untuk mengungkapkan rasa rindu ini....
Aku benar-benar tidak tegar saat ini...
Rapuh dan tak berdaya....
Kini rasa itu memuncak, rasa yang kupendam dalam hati....
Dan setiap harinya aku berharap bisa bertemu.....
Aku juga tidak tahu, sampai kapan aku seperti ini....
Rasa yang menghantui ini selalu hadir....
Aku tak dapat menggapainya sekarang....
Aku butuh rasa ini...
Aku benar-benar dalam kerinduan yang luar biasa.....
Ini entah puisi yang keberapa...
Ungkapan rasa rinduku...
Rasa ingin bertemu....
Dan aku tak mungkin menyalahkan Tuhan dan takdir.....
Aku masih punya akal....
Namun, perasaan ini.....
Perasaan yang tak terbendung lagi....
Setiap malam berharap mimpi...
Mimpi bertemu
Namun hanya airmata yang bisa aku berikan dalam doa-doaku....
Kesedihan ini memang memilukan....
Tapi rasa ini lah yang membuat aku bertahan.....
Bertahan untuk hidup dikejamnya dunia ini...
Aku pasti bisa bertemu.....
Bertemu dipersemayaman terakhirku....
Dan itu tidak akan lama lagi....
Aku benar-benar buntu....
Aku harap ini bukan hasutan setan terkutuk....
Ini perasaan murni yang sangat merindu...







Aku rindu kalian....
Malam ini....
Aku ingin bercerita tentang semuanya.....
Aku rindu kalian....
Malam ini....
Hanya doa dan airmata yang mengiringi....
Dan mereka tak mengerti....
Aku sangat merindukan kalian...
Mom....
My Sister....
Allah give you a best place beside Him....
Al-firdausy....
Allah save of the people I loved......

Terabaikan....

Tak masalah bagiku.....
Terabaikan.....
Karena aku akan merasa tenang jika aku pergi dan tak kembali....
Tak masalah bagiku....
Terabaikan.....
Karena jika aku pergi, aku tidak melihat wajah-wajah sedih mereka....
Wajah sedih mengenang masa-masa indah bersamaku....
Tak masalah bagiku....
Terabaikan....
Karena aku tak ingin melihat air mata mereka....
Rasanya waktuku tak banyak....
Aku rasa sudah cukup bagiku untuk pergi dari semuanya.....
Tapi....
Bekal apa yang kubawa jika aku hendak pergi....
Ternyata aku belum mempersiapkannya....
Menyia-nyiakan hidupku dengan urusan yang tak penting....
Lebih memilih meninggalkan yang selama ini aku ketehaui....
Dimana letak diriku sebenarnya....
Terabaikan....
Dan aku telah mengabaikan sesuatu yang berharga....
Waktu....

Senin, 20 Januari 2014

Kozui

Hujan tak ada hentinya semenjak seminggu yang lalu. Hujan beserta petir dan angin begitu kencang masih mengelayuti desa ini. Para penduduk desa sedang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan pokok selama banjir. Sebagian penduduk sudah mengungsi dari desa ini. Namun masih banyak juga yang tetap tinggal di desa yang sudah menjadi langganan banjir disetiap tahunnya. Disebuah rumah sederhana yang terbuat dari anyaman bambu, tinggallah seorang wanita separuh baya dan 3 anaknya. Para penduduk memanggil Bik Narsih. Wanita itu bekerja sebagai buruh tani di sawah sewaan para petani kaya. Terkadang dia juga mencari hasil buah didalam hutan. Bik Narsih mempunyai 3 orang anak, Arga sisulung yang kesehariannya memancing ikan disungai, dan hasilnya dijual dan sisanya dimakan sendiri. Arsih, anak kedua yang memiliki keterbelakangan mental hanya bisa duduk manis dirumah. Dan si bungsu Maisaroh, hanya bisa membantu menjaga kakaknya yang memiliki keterbelakangan mental itu. Ketiga anak Bik Narsih tidak bersekolah, mereka hanya mengandalkan insting untuk bertahan hidup. Suami Bik Narsih adalah seorang kuli bangunan di ibukota. Sudah hampir 4 tahun tidak pulang-pulang dan tidak memberi kabar.
Dimalam yang mulai terasa dingin dan terdengar suara rintik hujan. Maisaro duduk didipan yang biasa mereka untuk tidur bersama. Maisaro sambip bernyanyi.
"Pelangi, pelangi, alangkah indahmu. Merah kuning hijau dilangit yang biru. Pelukismu agung siapa gerangan. Pelangi pelangi ciptaan Tuhan" Maisaro memberhentikan nyanyian yang dia tahu dari teman bermainnya yany bersekolah taman kanak-kanak.
"Coba sekali lagi nyanyinya, ibu mau dengar suara merdu dede"
"Ibu suka suara dede?" Tanya Maisaro semangat dengan mata berbinar-binar.
"Iya...lihat, kak Asrih tertidur pulas dengar suara dede" kata bik Narsih menunjuk kearah Asri yang sudah memeluk guling gepeng dan tertidur pulas.
"Kak, Asrih memang suka tidur, buk" kilah Maisaro
"Suara dede bagus kok" kata Arga yang baru keluar dari dapur.
"Kak Arga juga suka, suara dede" maisaro semakin berbinar.
"Iya, ayo nyanyi lagi"
Maisaropun bernyanyi dalam terangnya pelita dari minyak tanah itu. Arga dan Bik Narsih masih mendengarkan suara jernihnya Maisaro. Sampai tenaga Maisaro habis dan dia mulai kekelahan lalu tertelap tidur dipangkuan Bik Narsih.
Malam semakin larut, hujan petir dan berangin semakin menggila. Suara derikan rumah dan beberapa tetes air hujan memasuki ruang diaman mereka tidur. Arga yang sibuk membawa baskom untuk menampung air hujan tak terlelap untuk menjaga keluarga. Dia seorang anak laki-laki dan kakak tertua. Dia memiliki tanggung jawab besar soal urusan keselamatan keluarganya semenjak ditinggal bapaknya yang merantau.
Tok....tok...tok....
Pukul sudah menunjukkan 1 malam....
Suara ketokan bambu menandakan bahwa telah terjadi bencana. Arga terbangun diikuti Bik Narsih. Suara riuh sudah mulai terdengar sayup-sayup dirintiknya sisa hujan sepanjang malam itu.
"Arga keluar dulu buk, nyari tau sedang terjadi apa diluar" pamit Arga pada ibunya.
"Hati-hati bang. Segera kembali" cemas Bik Narsih
"Iya buk" Arga keluar memakai mantel plastik bekas jemuran padi.
Sebagian penduduk telah mendatangi pos kambling disudut perbatasan desa. Disitu terlihat Pak RT yang sedang memakai jaket tebal dan kelihatan seperti kedinginan. Disebelahnya ada buk RT yang masih sempat memakai bedak sehingga kulitnya terlihat berminyak dan silau. Lalu ada Mang Usep, kepala keamanan desa yang bertugas mengetok kentong bambu.
"Bapak-bapak, dan ibu-ibu. Heem..heem..saya baru saja mendapatkan kabar dari desa dekat sungai utara telah terendam banjir malam ini akibat luapan air sungainya yang melebihi kapasitas besar sungai. Heem..heem...jadi saya harapkan bapak ibu segara mengungsi ke rumah sanak saudara yang ada diperbukitan timur" jelas Pak RT yang jelas sekali dia sudah mempersiapkan barang-barangnya untuk mengungsi.
"Aku gak punya saudara" terdengar lirih salah satu warga
"Aku juga, gimana ini" saut yang lainnya.
"Yasudahlah, aku tetap disini. Mau mati tenggelam disini ya gak apa-apa"
"Gila kamu"
Setelah pemberitahuan informasi banjir itu, satu persatu penduduk desa mulai kembali kerumahnya masing-masing. Dengan beribu pemikiran yany berkecamuk dalam hati dan pikiran mereka. Tak terkecuali Arga. Kemana mereka harus mengungsi. Jelas mereka tidak ada saudara diperbukitan timur. Kepala Arga kembali pusing karena memikirkan kemana mereka harus pergi.
Sesampainya dirumah, Arga melihat keluarga tertidur pulas. Dan enggan membangunkan ibunya hanya sekedar memberitahukan informasi yang dia dapatkan dari Pak RT. Arga tak melanjutkan tidurnya, namun mempersiapkan alat pancing untuk besok pagi.
Pagi ini masih mendung dan awan gelap masih menyelimuti. Arga yang sudah bersiap-siap untuk mencari ikan disungai segera pamitan pada ibunya.
"Gak usah mancing hari ini, bang. Cuaca tidak mendukung"kata ibunya
"Mau makan apa kita hari ini, buk. Kalau aku tidak mancing dan mendapatkan ikan" Arga sudah siap dan hendak berangkat.
"Yasudah, hati-hati kamu" pesan ibunya yang tangannya sedang dicium lekat oleh anak sulungnya.
Suasana desa kelihatan berbeda. Sudah mulai sepi. Rumah Kek Yoyo biasnya rame anak kecil kini suara riuh itu tidak ada. Rumah Pak RT yang biasa selalu ribut masalah kerukunan atau sekedar minum kopi malah tidak terlihat dan terkunci rapat-rapat. Warung kak Ija juga sepi, walaupun dia membuka warungnya. Dan Arga mendatangi warung Kak Ijah membeli mata pancing yang baru.
"Sepi ya kak?" Tanya Arga duduk dibangku depan warungnya.
"Ya jelas sepi, Ga. Kan tadi malam sudah diumumkan sama Pak RT kalau desa ini bakalan banjir"
"Tapi, selama aku disini gak pernah banjir, Kak"
"Terakhir banjir ya, 5 tahun yang lalu, persis kejadiannya seperti ini. Sungai Utara meluap dan desa dibagian utara telah hampir tenggelam. Kalau hari ini hujan. Bakalan bencana nanti malam" papar Kak Ijah yang memang sudah lama tinggal didesa ini.
"Aku beli mata pancing kak, yang ukurannya kecil"
"Kamu mau mancing dicuaca seperti ini. Sungai timur itu berbahaya, Ga. Sebaiknya kamu pulang jaga adik-adik dan ibukmu!" Pesan Kak Ijah yang tidak mengambilkan mata pancing.
"Aku yakin tidak apa-apa kak, mana mata pancingnya. Aku hutang dulu, kalau dapat ikan aku bayar" kata Arga tidak menghiraukan pesan kak Ijah.
"Jangan sesumbar kamu, berani kamu melawan alam kalau sudah marah" kata kak Ijah menggeleng-gelengkan kepalanya.
Arga tidak memperdulikannya, Arga terus berlalu ke arah sungai timur. Memang kelihatab tidak ada yang pergi memancing di hari yang tidak cerah ini. Warna air sungainya juga mulai keruh akibat hujan badai tadi malam. Air yang menetes dari langit mulai turun membasahi bumi saat itu. Dan tidak mengurungkan langkah Arga untuk memancing.
Dirumah ibuk sedang memasak singkong rebus yang baru saja dipanen dari belakang rumah. Sedikit garam dan parutan kelapa di campur panas-panas dengan singkong rebus, menjadi sarapan ternikmat pagi yang hujan itu. Maisaro yang baru saja membersihkan tubuh kakaknya berlari kaerah dapur karena mencium aroma songkong rebus.
"Ibuk, wangi sekali songkongnya" kata Maisaro sambil mencium aroma masakan ibunya.
"Kamu makan berdua dengan kak Asrih ya"
"Iya buk" Maisaro mengambil piring kaleng, dan meletakan 4 potong singkong dan taburan kelapa.
Dia menuju ke dipan dimana Asri diikat dengan bebapa helai kain agar dia tidak kabur dari rumah.
"Kak Asri mau makan?" Tanya Maisaro kepada kakanya lembut dengan suara jernihnya. Namun tidak ada jawaban dari Asrih yang terbaring dengan mata kosong sambil memeluk guling gepeng dan berbau tak sedan itu. Maisaro mulai menyupai singkong rebus itu kemulut Asri dengan sedikit demi sedikit. Tak ada respon apapun dari Asrih yang hanya mengunyah tanpa harus memberi reaksi, apakah makanan itu enak atau tidak. Yang Asrih tahu hanya mengunyah makanan itu dan menelannya agar dia tidak kelaparan. Bik Narsih yang telah selesai memasak mendatangi dipan dimana kedua putrinya.
"Buk, siapa yang menciptakan pelangi?" Tanya Maisaro melongo.
"Tuhan yang Maha Agung, dede"
"Kapan pelangi datang?"
"Setelah hujan turun dan ketika itu matahari timbul"
"Berarti setelah hujan ini pelangi ada ya, Buk"
"Mudah-mudahan ada" jawab ibunya lembut.

Tok...tok...tok....
Suara kentong bambu itu berbunyi lagi. Ini masih pukul 10 pagi. Penduduk desa yang masih tinggal berdatangan ke pos kamling di sudut desa ini.
"Semuanya mengungsi, sungai timur sudah meluap. Bawa barang yang diperlukan saja" teriak Kang Usep.
Bik Narsih yang baru saja tiba di pos kampling kelimpungan mendengar kabar banjir bah yang akan menuju desa.
"Sep...usep....si Arga masih di sungai"
"Bik...saat ini menyelamatkan diri masing-masing lebih penting, daripada menyelamatkan orang lain" kata Kang Usep berlalu pergi
Bik Narsih mulai kebingungna karena keadaan. Penduduk desa sudha sibuk kocar-kacir kerumahnya dan membawa barang seadanya. Bik Narsih masih mencari bantuan agar anak sulungnya diberitahukan bahwa banjir bah akan datang.
"Yan...tolong kamu jemput Arga dia sedang di sungai timur" pinta Bik Narsih kepada Piyan teman mancing Arga.
"Maaf Bik, aku harus ngurus keluargaku"
"Ibuk....ibuk...." suara teriakan yang jelas Bik Narsih kenal membuat hatinya sedikit tenang. Itu suara Arga. Itu suara putra sulungnya yang masih membawa pancingannya.
"Ibuk ayok kita pergi dari desa ini, aku melihat arus sungai dan warna sungai sudah berubah pekat"
Hujan semakin deras, tak ada yang bisa menghalangi alam ketika marah.
Arga menarik ibuknya, dan kerumah. Suara teriakan bahwa air sudah mendekati beteng-beteng persawahan. Membuat panik warga yang tidak memiliki transportasi untuk ke bukit utara. Arga yang sedang berlari kencang memgang erat tangan ibuknya semakin kencang berlari.
"Dede...buka ikatan kak Asrih" perintah Arga yang sudah ngos-ngosan.
Bik Narsih yang membawa bekal baju dalam segumpal kain. Maisaro gelapan dia tidak bisa kosentrasi membuka ikatan kain dikaki kakaknya. Maisaro mulai meneteskan airmata. Hujan semakin deras angin semakin kencang dan itu masih pukul 12 siang. Suara petir membahana membuat Maisaro semakin takut.
"Awas...biar abang potong" kata Arga yang membawa kapak kayu dan memotong ikatan kain. Salah sedikit, maka kaki Asrih akan terpotong.
"Ayok, Srih. Kita mengungsi. Kamu pasti bisa" kata Arga. Asrih masih belum mengerti ada apa sebenarnya. Yang dia tahu, bahwa dia telah bebas dan tidak diikat lagi, itu membuatnya gembira dan tersenyum.
"Ayok kita keluar" kaya Bik Narsih yang sudah siap dengan perbekalannya.
Sesampai didepan pintu, sebuah kereta sapi melaju pelan.
"War....aku butuh tumpangan untuk anakku ini. Tolong aku" kata Bik Nrasih memohon kepada tetangganya itu.
"Aku tidak bertanggung jawab kalau dia sampai loncat" kata Paman War
"Kau ikat saja kakinya, cepatlah nak naik. Tunggu kami di perbukitan Utara"
"Baiklah, cepat naik air sudah mencapai beteng terluar persawahan"
Suara gemuruh semakin membuat orang kalut. Banyak penduduk desa berlarian kearah yang lebih tinggi. Ada juga yang masih tinggal dirumahnya, seperti Kek Yoyo yang masih termenung di teras rumahnya dan memang sudah tidak sanggup lagi harus berjalan berkilo-kilo jauhnya.
Bik Narsih dan kedua anaknya melanjutkan perjalanan. Namun ketika lambaian tangan keluarganya mata Asrih meneteskan airmata. Rasanya dia ingin berteriak.
"Biarkan aku ikut bersama kalian, aku ingin bersama kalian" lambaian itu semakin terlihat jauh, dan airmata Asrih tak terlihat karena begitu derasnya hujan.
Arga langsung sigap membawa ibuk dan adiknya pergi daerah tertinggi, bajir deras tiba-tiba sudah sampai pos kamling. Suara gemuruh air sudah terdengar sampai kearah mereka.
"Ibuk masih bisa manjat pohon?" Kata Arga yang punya inisiatip memanjat pohon besar yang berada dipertigaan kearah perbukitan utara.
"Bisa, bang"
"Saat ini kita menunggu arus derasnya berlalu, dan caranya kita naik keatas pohon. Dede naik kepundak abang" suruh Arga yang mendorong ibuknya naik keatas pohon segera. Berkali-kali terpeleset karena kayunya licin akibat hujan. Walaupun itu beresiko tersambar petir setidaknya mereka tidak hanyut terbawa arus yang keberadaan jasadnya tidak akan ditemukan oleh siapa-siapa.
Benar saja perkiraan Arga, arus yang begitu deras membawa sebagian peralatan rumah yang masi tertinggal. Ada dinding tepas yang hanyut terbawa arus. Arus begitu deras suaranya seperti gemuruh yang tak terkalahkan. Memekakkan telingan, hujan yang mulai reda membuat keuntungan bagi Arga dan keluarganya untuk tetap diatas pohon. Arus itu masih saja mengalir, dan tingginya hingga 4 meter dengan kekuatan laju arus yang cepat. Maisaro masih memeluk ibuknya, menangis melihat itu semua.
"Dede takut buk"
"Jangan takut, dede mau melihat pelangikan. Setelah ini akan ada pelangi. Dede pasti suka"
"Abang pengen dengar dede, nyanyi lagu pelangi"
Mereka masih diatas pohon, dengan perut yang lapar. Tak ada pergerakan, arus sungai masih saja deras dan belum kelihatan menyurut. Maisaro dengan suaranya mengiringi sore itu dengan basah dan lapar.
Mata mulai terasa lelah, ketinggian air masih belum bisa tercapai kaki orang dewasa. Mereka bertiga masih bertahan diatas pohon, padahal malam semakin larut. Ada beberapa ikan di keranjangnya Arga, tapi percuma itu ikan masih mentah dan tidak bisa dimakan.
"Buk, dede lapar" diatas pohon yang gelap itu Maisaro mengeluhkan bahwa perutnya lapar.
"Sabar ya, Dede tidur saja, dan mimpikan berbagai makanan yang dede suka" kata Ibuknya mencoba menenangkan.
"Tapi perut dede sakit" rengek Maisaro yang menahan sakit perutnya.
Arga tidak tahan melihat rengekan Maisaro, Arga membuka keranjangnya.
"Ini ada ikan. Dede mau makannya" ikan itu masih mentah dan belum dimasak. Karena lapar dede melahap ikan itu dan tidak memperdulikan bau amis karena masih berdarah. Melihat Maisaro memakan dengan lahap. Bik Narsih dan Arga mencoba memakannya sambil menutup hidung.
"Enak bang" kata Maisaro senang sambil memegang perut. Setidaknya perutnya sedikiy tidak sakit. Arga yang sudah menangis sedari tadi melihat keluarganya seperti ini, dan tidak disadari oleh ibuk dan adiknya. Maisaro masih melahap sisa ikannya, dan Bik Narsih tidak sanggup memakan ikannya terasa ingin muntah. Namun, tidak mungkin dia memuntahkan dihadapan kedua anaknya. Betapa lemahnya dirinya saat ini. Sudah hampir malam, ketinggian air sudah mulai menurun, setidaknya sudah bisa dilewati oleh orang. Arga turun terlebih dahulu memastikan bahwa keadaan sudah aman. Tak ada penerangan, cuma berdasarkan insting saja.
"Bang, ibu membawa obor bambu" kata Bik Narsih yang sudah mempersiapkan obor bambu.
"Percuma buk, tidak ada korek"
Benar juga, tidak ada korek. Mengapa tidak terpikirkan oleh Bik Narsih untuk membawa korek api.
"Sudah aman buk, tingginya sepinggangku"
"Syukurlah" kata Bik Narsih sambil memeluk maisaro.
"Dede bisa turun sendiri nanti abang gendong" kata Arga mencoba memujuk Maisaro turun
"Dede takut bang"
"Dede mau lihat pelangi tidak?"
"Mau"
"Kalau dede ingin lihat pelangi, turun dede pelan-pelan ya"
Maisaro mencoba turun mengikuti bujukan Arga. Tapi semangatnya bukan karena ingin digendong Arga. Tapi karena ingin melihat pelangi diperbukitan utara yang katanya terlihat indah sekali. Dede berhasil turun dipundaknya Arga. Dilanjutkan Bik Narsih yang mulai sedikit pusing, karena belum makan. Agak sempoyongan, namun dia tetap mencoba untuk kuat dan menuruni pohon tersebut yang sebenarnya licin. Akhirnya mereka bertiga turun dengan selamat, dan mulai berjalan menelusuri jalan yang berair. Arga sebagai petunjuk jalan, hapal betul dimana harus berjalan. Sebatang kayu kecil hanyut terbawa oleh arus, segera diraih Arga sebagai pertanda apakah itu tempat yang bisa dilalui atau tidak. Mereka melewati malam yang rintik itu menyelusuri air banjir sepanjang jalan menuju perbukitan utara. Gelap, sangat gelap tak ada penerangan. Hanya insting seorang Arga diperlukan disini. Semakin keatas air semakin dangkal. Beberapa orang sedang berkumpul di bawah pohon rindang dan menyalakan obor. Arga mencoba mendekati kerumunan orang-orang itu. Ternyata Piyan dan keluarganya dan kereta sapi mereka.
"Piyan" teriak Arga
"Arga" sambit Piyan berlari kaerah teman karibnya itu.
"Mengapa kalian berhenti?" Tanya Arga.
"Kau lihat, kaki sapiku terluka, kemungkinan ada dua. Karena kayu yang berduri atau digigit buaya"
"Buaya??apa mungkin ada buaya disini" tanya Arga heran.
"Kau tahukan buaya sungai timur itu ada"
"Iya, aku tahu. Tapi itu tidak mungkin"
"Apa yang tidak mungkin didunia ini. Bahkan banjir bah ini juga kau tidak anggap mungkin. Setelah lima tahun kita bebas banjir bah"
"Sebaiknya aku melanjutkan perjalanan"
"Kau gila, ini sudah begitu malam. Jangan mencari mati. Tinggallah disini. Kita bergantian berjaga. Biarkan ibukmu dan adikmu naik keatas kereta. Aku, Kau dan bapakku akan berjaga ini malam" usul Piyan masuk akal.
"Apa kau melihat paman War, Yan?" Tanya Bik Narsih cemas.
"Paman War sudah didepan kami, aku rasa sudah sampai perbatasan desa dan bukit" jelas Piyan, dan itu menenangkan hati Bik Narsih. Karena anaknya yang memiliki keterbelakangan mental itu selamat.
Sampai pagi tiba dengan pencahayaan seadanya, mereka berisitirahat dibawah pohon rindang. Setidaknya melindungi dari tetesan hujan yang sudah mulai mereda itu.
Tak ada matahari, dipagi itu. Seperti hari kemarin. Hujan rintik-rintik masih menyelimuti perjalanan mereka. Arga, adik dan ibuknya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Piyan menunggu kaki sapinya pulih akibat luka yang tidak tahu apa sebabnya. Ketinggian air banjir bah itu, sudah mulai menyurut, sekarang sepinggangnya Maisaro. Perut mereka yang lapar, masih mampu menopang tubuh mereka yang sudah mulai kelelahan. Walaupun ada roti yang diberikan oleh keluarga Piyan, tapi itu tidak cukup menganjal isi perut mereka.
"Buk...itu bukannya guling kak Asri" tunjuk Maisaro kearah guling yang tersangkut oleh kayu-kayu.
"Asrih...Asrih" Bik Narsih mulai panik ketika melihat guling itu tersangkut arus.
"Buk...buk...sudah...sudah. mungkin itu terlempar" kata Arga menenangkan ibuknya.
"Bukannya itu bak kereta paman War" tunjuk ibunya kearah timur terlihat jelas. Mata Arga terbelalak melihat gerobak kereta sapi paman War terbalik dipertengahan banjir bah itu. Dia memikirkan adiknya, dan mulai menyesalinya. Mengapa Asri tidak bersama mereka saja. Bik Narsih mulai menangisi dan membayangkan bahwa putrinya sudah tidak bernyawa lagi. Rasa lapar kini berubah menjadi rasa campur aduk. Sedih dan merasa menyesal telah membiarkannya berlalu bersama orang lain. Keinginan menyelamatkan putrinya yang tidak sehat itu, malah jadi buntung. Maisaro yang tidak mengerti mengapa abang dan ibuknya menangis.
"Ibuk dan abang mau dengar dede nyanyi pelangi-pelangi tidak?"
Tak ada sautan dari mereka berdua. Yang ada hanya linangan airmata dan semburat kenangan bersama putrinya yang memiliki keterbelakangan mental itu. Maisaro tidak perlu persetujuan dari ibuk dan abangnya. Dia langsung bermyanyi untuk menghibur keluarganya yang dicintainya itu.
"Pelangi, pelangi, alangkah indahmu. Merah kuning hijau dilangit yang biru. Pelukismu agung siapa gerangan. Pelangi pelangi ciptaan Tuhan" itulah cara Maisaro menghibur keluarganya. Namun dihatinya terdalam, dia harus kehilangan seorang yang telah lama dia urus. Tiba-tiba dia teringat ketika dia menyuapi makanan ke mulut kakaknya. Dia teringat dia harus membersihkan seluruh badan kakaknya. Dia juga mengingat senyuman terakhir kakaknya ketika ikatan kain itu dibuka. Sepertinya kakaknya sudah tahu bahwa dia akan bebas. Asrih sepertinya benar-benar bebas dan tidak merepotkan keluarganya. Sepanjang perjalanan penuh duka itu, Maisaro tetap saja menyanyikan lagu pelangi-pelangi. Sampai perbatasan bukit. Beberapa orang dari desa dimana Arga tinggal sudah menunggu.
"Kau selamat, Ga?" Peluk Kang Usep.
"Iya kang"
"Kalian semua selamat" kata Kang Usep senang.
"Tidak kang, Asrih sudah tidak ada lagi"
"Asrih??" Tanya Kang Usep memasang wajah heran.
"Ya kang"
"Itu siapa yang berlari-lari dengan Tias dan Wendi" tunjuk Kang Usep kearah kedua anaknya yang sedang kejar-kejaran dengan Asrih.
Mata Bik Narsih berbinar bukan kepalang. Rasa senang yang berbalut airmata. Berlari kearah Asri yang tertawa lepas. Bik Narsih memeluk erat anaknya itu.
Kang Usep menceritakan, bahwa dia menemukan seorang anak yang terapung diatas kayu yang digenggamnya. Namun, paman war dan keluraganya tidak ditemukan. Lalu Kang usep tanda, bahwa itu Asrih dan memungutnya dan membawanya kebukit utara.
"Bukannya kang Usep sudah duluan"
"Belum, aku harus mengungsikan seluruh warga. Masih saja ada yang ngeyel tidak mau pindah dan bertahan" jelas kang usep.
"Syukurlah kalau begitu kang"
Bik Narsih masih memeluk Asrih.
"Syukurlah kau selamat, Nak"
"I...ii..buuk" suara pertama itu didengar tepat oleh Bik Narsih dengan jelas.
"Arga, dede. Dengarkan Asrih bisa bicara" teriak ibunya. Arga dan Maisaro berlari kearah ibuknya. Mereka berpelukan dengan erat sekali. Musibah ini siapa yang tahu. Semua kisah itu ada hikmahnya. Bahwa setiap langkah dan keputusan itu adalah hal yang tak perlu disesali. Hanya dengan bersabar, maka pelangi itu akan datang dengan indahnya.
"Itu pelangi" kata maisaro senang.

Minggu, 19 Januari 2014

He's Back

Dia kembali kedalam kehidupanku, dia yang telah lama aku pendam di dalam dasar kehidupan masa laluku, kini kembali lagi dengan perasaan yang berbeda. Aku sendiri, tidak mengerti atas kemunculannya. Dia kembali membawaku kemasa dimana aku merasa seperti orang bodoh. Itu aku yang dulu, karena twrbawa perasaan yang aku tau itu sebuah kekonyolan. Tapi ini bukan pertama kali untukku dia hadir. Sebelumnya dia muncul di tempat berbeda, dan itu tidak bertahan lama. Aku tahu dia merasa bosan atau hanya sebagai pelampiasan dendamnya kepadaku, yang dia rasa telah merasa tersakiti olehku. Apakah dia sadar, sedang berada diposisiku saat itu. Aku lebih tersakiti, seperti orang bodoh dalam situasi yang sangat tidak masuk akal. Keterlibatan perasaan itu yang aku seperti orang dungu. Mengapa tidak, dia....siapa dia? Ketemu juga belum pernah. Apakah dia jujur atau bohong aku juga tidak tahu. Yang kutahu dia hanya seorang aku kenal yang mengaku dia telah jatuh hati kepadaku, dan itu katanya. Aku juga tidak tahu perasaan sesungguhnya. Itu terjadi sekitar 3 tahun yang lalu, dimana aku benar-benar merasa terpukul atas perkataannya. Namun, aku tak pernah dendam kepadanya. Sampai saat ini, aku tidak pernah dendam padanya yabg telah mengataiku seperti itu. Karena saat itu perasaanku lebih besar dari sebuah logika. Namun, sekarang dia kembali. Dia kembali menyapaku. Dengan orang dan sikap yang sama. Apa yang harus kulakukan. Apa yang harus kulakukan. Membiarkannya tetap berada diposisi yang terdalam, bersikap dingin dan tak perduli. Atau aku membuka perasaan yang terdalam itu dan untuk kesekian kalinya aku merasakan hal yang bodoh itu. Terkadang aku heran terhadap diriku ini. Apakah benar aku menginginkannya atau aku benar-benar ingin lepas darinya. Dia tak berubah....
Aku akan coba berkomunikasi sebisa mungkin, dan menjadi aku yang tetap bego' dimatanya. Biarlah ^^
Karena tujuanku adalah membuat orang bahagia, aku tak ingin melihat perasaan bodoh itu lagi. Akan aku abaikan perasaan bodoh itu...perasaan yang selama 3 tahun tersimpan sangat rapi dan kukunci dengan rapat.
Dia kembali, biarlah.....
Aku akan membiarkan dia merusak perasaan di kehidupanku...
Membiarkan dia tetap masuk, memang keputusan diluar logikaku, seharusnya aku harus move on dan berhenti untuk tidak menyetujuinya. Namun, disisi lain....
Ada perasaan yang masih susah aku tutup rapat. Perasaan yang aku sendiri tidak tahu itu apa.
Saat ini logikaku tidak berpikir cerdas, perasaan gila ini membuat segalanya berbeda.
Mengapa aku masih menerima dia yang telah merusak perasaan di  kehidupanku...



Ketika logika yang telah aku bangun dan hancur oleh perasaan buta...
Perasaan yang aku tidak tahu dimana awal dan akhirnya,...
Dan seharusnya aku tidak mengulangnya...
Namun, disisi lain itu begitu menggoda untuk dijalani...
Makasi...






Terinspirasi oleh kisah Winbi ^^
Maaf ya win....
Tapi rasanya memang aku perlu tulis kisahnya...
Bagus kaya' na.... :D

Senin, 13 Januari 2014

Cowo-cowo SMA dan pulang sekolah

Panasnya matahari membakar kulit
Itu mereka datang dengan seragam
Wajah yang polos dan tak berdosa
Cowo-cowo SMA penuh pesona

Cahaya gerak mereka membuat harapan baru
Sebagai anak sekolah yang pintar
Terkadang wajah tak mencerminkan kemampuan
Suatu saat nanti pasti satu untukku

Reff :
Cowo-cowo SMA dan pulang sekolah
Peluh mereka membasahi seragam
Itu kelihatan keren dan sejuta arti
Penuh imajinasi sehingga kau terbang

Cowo-cowo SMA dan pulang sekolah
Membicarakan hal yang tidak penting
Berkhayal mendapatkan bidadari
Memikirkan PR apa mereka besok

Berlari bersama menyelusuri jalan raya
Tertawa lepas bersama mimpi-mimpi
Lihat wajah bodoh itu, kau tertarik
Atau wajah polos itu, sungguh menikam hati

Harapan baru datang ketika mereka melompat
Tinggi ke langit biru yang cerah
Cowo-cowo SMA akan jadi kenangan
Dan lelucon masa depan

Reff :
Cowo-cowo SMA dan pulang sekolah
Peluh mereka membasahi seragam
Itu kelihatan keren dan sejuta arti
Penuh imajinasi sehingga kau terbang

Cowo-cowo SMA dan pulang sekolah
Membicarakan hal yang tidak penting
Berkhayal mendapatkan bidadari
Memikirkan PR apa mereka besok

Cowo-cowo SMA...kakooiiii.....
Cowo-cowo SMA....kereeeen.....
Cowo-cowo SMA.....kakoooiiii....
Oi....oi....oi,...~~~~

Sabtu, 11 Januari 2014

Zankoku Na thenshi no thesis

Zankoku NA tenshi no youni
Shounen yo shinwa ni nare
Aoi kaze ga ima
mune no doa wo tatai temo
Watashi dake wo
tada mitsumete
Hohoenderu anata
Sotto, fureru mono
Motomeru koto ni muchuu de
Unmei sae
mada shiranai
Itaikena hitomi

Dakedo itsuka kizuku deshou
sono senaka ni wa
Haruka mirai mezasu tame no
Hane GA aru koto

Zankoku NA tenshi no teeze
Madobe kara yagate tobidatsu
Hotobashiru atsui patosu de
Omoide wo uragiru nara
Kono sora wo daite kagayaku
Shounen yo shinwa ni nare

Zutto nemutte ru
watashi no ai no yurikago
Anata dake GA
yume no shisha ni
yobareru asa GA kuru

Hosoi kubisuji wo
tsukiakari GA utsushite ru
Sekaijuu no
toki wo tomete
tojikometai kedo

Moshimo futari aeta
koto ni imi GA aru nara
Watashi wa sou
jiyuu wo shiru
tame no baiburu

Zankoku NA tenshi no teeze
kanashimi GA soshite hajimaru
Dakishimeta inochi no katachi
sono yume ni mezameta toki

Dare yori mo hikari wo hanatsu
shounen yo shinwa ni nare

Hito wa ai wo tsumuginagara
rekishi wo tsukuru
Megami nante narenai mama
watashi wa ikiru

Zankoku NA tenshi no teeze
Madobe kara yagate tobidatsu
Hotobashiru atsui patosu de
Omoide wo uragiru nara

Kono sora wo daite kagayaku
Shounen yo shinwa ni nare

Rabu, 08 Januari 2014

Take and Give

Terkadang aku tidak mengerti arti sebuah hubungan. Atas dasar landasan apa mereka bisa berkomitnen untuk saling setia. Apakah mereka benar-benar telah menepati janjinya.
Kau cinta aku juga cinta
Kau benci aku juga benci
Kau cuek aku juga cuek
Kau marah aku juga bisa marah
Apakah seperti itu juga menjalin sebuah hubungan. Tapi masih adakah yang "pure" tidak harus mendapatkan balasan....
Jikau kau tak cinta, aku akan mencoba mencintai
Kau membenci, aku akan mencoba untuk tidak membenci
Kau cuek, aku akan berusaha untuk tidak cuek
Kau narahm aku mencoba tidak marah
Namun, sebagian kata orang itu adalah manusia bodoh. Buat apa mempertahankan orang yang tidak memiliki rasa lagi untuk kita. Tapi, entah kenapa, mungkin alasan itulah aku mengerti kenapa aku sampai sekarang tetap menyendiri dan tidak membuka hati.
Ya....aku belum bisa memasuki dunia baru yang aku sama sekali aku belum mengerti. Aku tidak bisa take and give ataupun mereka tidak bisa menerima kebodohan prinsipku. Begitulah....!!!
Untuk aku satu ya satu....
Tidak ada yang lain....
Tapi mereka mencoba mencari selain dari satu...
Aku tidak bisa menerima itu...
Apa aku yang terlalu kaku..
Atau juga aku yang tidak mau terluka....
Entahlaaah....
Dalam cerita ini, aku terlihat payah untuk membuka hati....
Belum pernah sejarah dalam hidupku semuanya terbalas..
Terkadang aku namun tidak ada respon
Terkadang ada namun aku tidak respon
Hubungan itu seperti apa sebenarnya....
Makanya ajarin aku tentang itu....
Aku sangat payah sekali soal itu....
Aku tidak lebih berani dari mereka...
Yang mencoba membuka hati untuk dimasuki...
Aku..
Paling susah untuk melakukan itu semua, sangat susah. Karena jika aku sudah merasa nyaman pada seseorang maka aku akan tetap berllabuh disitu saja, walaupun orang itu tidak memiliki perasaan yang aku miliki.
Sudah kukatakan aku paling tidak pintar menyikapi masalah hati. Kalau hancur pasti hancur sekali, kalau berbunga pasti berbunga sekali. Aku ini payah....!!!

Triple Baka- Hatsune Miku

ROMAJI:

Anata no kokoro o bakkyunkyun

Ki ga tsukeba monitaa no mae de ohayo
shiranai aida ni nemuke arawareta

Isogashii no ni amaenagara yoseru
kotoba ni sasoware
"Kimi wa jitsu ni baka da naa"
"Honki de tsuraretaa"

Kanpeki ni ma ni awanai
dou shiyou mo nai sono toki
hirameita nanika ni yori
sugu ni akirameta

Baka baka baka
nani ga koko made anata o ugokasu no?
michinaru sekai e tobitatsu kibou nose
Baka baka baka
hoka ni yaru koto madamada aru n ja nai?
naite waratte okoru koto makasete ne
watashi no iro ni shite ageru

Kurieitibu na kokoro wa orenai sa
sou wa iu keredo sudeni kuzurete'ta
"Oi sore wa dame daro"

Naani mata mochinaoseba hora
yaruki takusan afureru sunadokei no you ni

Tekitou ni tsukuriageru
dakedo nanika mono tarizu
neta o sagashite mita kedo
chikara tsukite kita

Baka baka baka
machibouke na no ni tenuki to ka hidoi yo
honki daseba shiawase desho? Anata nara
Baka baka baka
yaru beki koto wa subete wasurechae
utau odoru egaku kotoba okuridasu
watashi no tame ni ok!

Baka baka baka
nani ga koko made anata o ugokasu no?
michinaru sekai e tobitatsu kibou nose
Baka baka baka
hoka ni yaru koto madamada aru n ja nai?
naite waratte okoru koto makasete ne

Baka baka baka
machibouke na no ni tenuki to ka hidoi yo
honki daseba shiawase desho? Anata nara
Baka baka baka
yaru beki koto wa subete wasurechae
utau odoru egaku kotoba okuridasu
anata no iro ni shite ageryuuuuuuuuuu

INDONESIA:

Aku akan menaklukkan hatimu..

Aku ucapkan 'selamat pagi' di depan monitor..
Dan entah kenapa kamu merasa sangat ngantuk..

Kamu sibuk online bagaikan anak kecil..
Aku termakan oleh kata-katamu..
"Kamu benar-benar bodoh"..
"Aku benar-benar ditipu"..

Saat kamu tak dapat selesai tepat waktu..
Dan tak tahu harus berbuat apa..
Daripada mencari solusi..
Lebih baik menyerah saja..

Bodoh bodoh bodoh..
Apa yang selalu memotivasi dirimu selama ini?
Terbang menuju dunia baru dengan harapanmu..
Bodoh bodoh bodoh..
Bukankah ada banyak hal yang harus diselesaikan?
Menangis, tertawa dan marah, serahkan padaku..
Aku akan mewarnainya dengan warnaku..

"Hati yang semangat takkan pernah putus asa"..
Itulah yang orang lain katakan, namun kamu sudah menyerah..
"Oi, itu pasti tidak mungkin!"..

Kamu hanya perlu lebih baik, lihatlah..
kamu pun semangat lagi, bagaikan jam pasir..

Tiba-tiba kamu membuat sesuatu..
Namun ada sesuatu yang hilang..
Kamu mencoba mencari isinya..
Namun kemudian kamu merasa lelah..

Bodoh bodoh bodoh..
Teganya kamu melupakanku yang bersemangat menunggu..
Jika berusaha, kita pasti bisa, kan? Setidaknya bagimu..
Bodoh bodoh bodoh..
Lupakanlah semua tugas dan kewajbanmu..
Lebih baik menyanyi, menari, menggambar dan merangkai kata..
Demi diriku ini, ok!?

Bodoh bodoh bodoh..
Apa yang selalu memotivasi dirimu selama ini?
Aku terbang menuju dunia baru dengan harapanku..
Bodoh bodoh bodoh..
Bukankah ada banyak hal yang harus diselesaikan?
Menangis, tertawa dan marah, serahkan padaku..

Bodoh bodoh bodoh..
Teganya kamu melupakanku yang bersemangat menunggu..
Jika berusaha, kita pasti bisa, kan? Setidaknya bagimu..
Bodoh bodoh bodoh..
Lupakanlah semua tugas dan kewajibanmu..
Lebih baik menyanyi, menari, menggambar dan merangkai kata..
Aku akan mewarnainya dengan warnaku..

My only railgun - claris

hanate kokoro ni kizanda yume o mirai sae okizari ni shite
genkai nado shiranai imi nai
kono chikara ga hikari chirasu sono saki ni haruka na omoi o

aruite kita kono michi o furikaeru koto shika
dekinai nara ima koko de subete o kowaseru

kurayami ni ochiru machinami hito wa doko made tachimukaeru no
kasoku suru sono itami kara dareka o kitto mamoreru yo

Looking!
The blitz loop this planet to search way.
Only my RAILGUN can shoot it. ima sugu
karadajuu o hikari no hayasa de
kakemegutta tashika na yokan

tsukame nozomu mono nara nokosazu kagayakeru jibun rashisa de
shinjiteru yo ano hi no chikai o
kono hitomi ni hikaru namida sore sae mo tsuyosa ni naru kara

tachidomaru to sukoshi dake kanjiru setsunasa ni
tomadou koto nai nante uso wa tsukanai yo

sora ni mau KOIN ga egaku houbutsusen ga kimeru unmei
uchidashita kotae ga kyou mo watashi no mune o kakemeguru

Sparkling!
The shiny lights awake true desire.
Only my RAILGUN can shoot it. kanarazu
tsuranuiteku tomadou koto naku
kizutsuite mo hashiritsuzukeru

nerae rin to kirameku shisen wa kuruinaku yami o kirisaku
mayoi nante fukitobaseba ii
kono kokoro ga sakebu kagiri dare hitori jama nado sasenai

hakanaku mau musuu no negai wa
kono ryoute ni tsumotte yuku
kirisaku yami ni miete kuru no wa
omoku fukaku setsunai kioku

iroaseteku genjitsu ni yureru
zetsubou ni wa maketaku nai
watashi ga ima watashi de aru koto
mune o hatte subete hokoreru

Looking!
The blitz loop this planet to search way.
Only my RAILGUN can shoot it. ima sugu
karadajuu o hikari no hayasa de
kakemegutta tashika na yokan

hanate kokoro ni kizanda yume o mirai sae okizari ni shite
genkai nado shiranai imi nai
kono chikara ga hikari chirasu sono saki ni haruka na omoi o

Minggu, 05 Januari 2014

Perhaps

Entahlaaaah....
Aku juga gak tau....
Kenapa manusia suka mengungkit-ungkit apa yang telah ditolongnya. Kenapa harus mengingat sebuah kebaikannya kepada orang lain. Aku masih bertanya hal itu. Ketika sebuah kebaikan yang hendaknya dibalas kebaikan, namun ketika kebaikan tidak terbalas maka akan ada rasa dendam menjalar keseluruh tubuh. Begitulah manusia sebenarnya. Dendam, ya penuh dendam yang teramat dalam ketika seseorang itu tidak membalas kebaikannya. Terima kasih atas yang telah kau lakukan itu terhadapku. Kau pernah berkata jangan mengoceh yang tidak kau ketahui sebab musababnya, tapi kenapa kau melakukan itu terhadapku. Kau tidak bertanya sebab musababnya kepadaku. Kau tularkan ilmu bersilat lidahmu kesemua orang agar semua orang tahu keburukanku. Jika ada dua sisi yang harus kau pilih, pertama atau yang kedua yang harus kau pilih. Semua sama-sama berat harus diputuskan. Itu yang terjadi, namun semuanya sirna ketika kau katakan aku tak berbalas budi. Ini akan kau rasakan ketika kau merasakan hal yang sama. Padahal kau sudah pernah merasakannya bukan, apakah itu menyenangkan. Sepanjang hari kau akan merasakan seperti makan batu kerikil. Sampai saat ini perasaan itu masih sesak, karena perkataanmu itu. Mereka semua semakin condong kearah barat sedangkan aku ditimur. Terima kasih kawan, karena perkataanmu itu membuat aku tidak akan meminta pertolongan keoada sembarang orang lagi. Karena dari situ dapat aku simpulkan, bahwa manusia itu makhluk yang gemar mengungkit-ungkit yang telah diberikannya.
Entahlaaah....
Aku juga gak tau.....
Kau taukan bahwa aku lagi ingin itu. Kau juga tau bahwa mereka juga tau kalau aku ingin itu. Tapi, kenapa kau rebut kesenangan itu dari ku. Itu sakit sekali. Bahkan lebih sakit dari aku harus memakan belati. Kau tau kan aku sangat menginginkannya. Kau juga tau kan itu. Tapi, kau rampas kesenangan itu dari dengan paksa. Kawan, ingatlah kau merebut yang bukan hakmu. Maka kau akan mendapatkan apa yang kurasakan. Padahal kau pernah merasakan juga bagaimana kebahagianmu direbut orang lain,  sakit sekali kan, bahkan sekian lama bahagiamu hilang, masih membekas lukanya. Kau tahu kan itu sangat menyesakkan dada. Aku diam dalam bekuku ketika kau merebut bahagiaku. Aku tak mampu berbicara, karena aku tak ingin kau menjadi kecewa terhadapku. Berkali-kali kau mencoba menyakinkan bahwa kau berhasil merebutnya dariku. Dengan wajah kemenanganmu kau telah berhasil mengalahkanku. Tidak kawan, kau salah ini pelajaran berharga bagiku, sangat berharga sekali. Karena ini menjadi imunku untuk tetap menerima orang sepertimu dalam kehidupanku. Menerima ketidaksetiaanmu merebut kebahagianku. Tak masalah bagiku, karena aku sudah menajdi biasa menghadapi orang'orang sepertimu. Karena yang kutahu hidupmu takkan lama kawan, hanya sepanjang ujung kukumu. Kau tahu itu, hanya sepanjang ujunh kukumu, jadi buat apalah kau merebut kebahagian orang lain. Itukan namanya kau melakukan hal yang sia-sia.
Entahlah......
Aku juga ga tau....
Sedikit memaksakan kehendak itu terlalu berlebihan. Aku pernah mengalaminya. Memaksakan kehendak atas keambisiusanku untk mendapatkan sesuatu. Ternyata aku salah saat itu, aku memaksakan yang seharusnya bisa kuraih dengan cara mengalir apa adanya. Terlalu ambisius terhadap sesuatu juga tidak baik, bahkan kau dapat mengabaikan segala resiko yang kau sudah tahu pastinya.  Sejak saat itu aku tidak menjadi ambisus lagi, aku ingin mengalir apa adanya. Seperti air yang mengalir pada jalurnya sendiri. Tidak menyikut atau pun mendorong kedalam jurang. Ambisi itu mengerikan, karena itu adalah memaksa diri kita untuk melakukan diatas kewajaran. Itu yang aku pelajari dari saat itu. Semua aku pelajari, semua aku ambil hikmahnya. Maka sekarang aku lebih banyak menulis daripada mengoceh. Karena tulisan bisa saja dihapus dan aku melupakannya, sedang perkataan itu adalah pengingat masal yang paling ajaib. Karena orang yang mendengarnya akan selalu ingat. Walaupun tak ada bukti, tapi manusia makhluk paling cepat mengingat yang menurutnya sebagai kelemahan lawan dan kawannya. Sekali lagi, ambisi adalah hal yang menghasilkan sebuah kesia-siaan. Tidak menghasilkan sebuah keberhasilan yang memuaskan. Kau sama-sama mendaki gunung, namun kau terlalu ambisius untuk mendakinya pada hari yang telah kau targetkan. Sedangkan temanmu juga sama mendaki gunung yang sama, namun dia tidak terlalu ambisius harus sampai disana pada hari sama denganmu. Bagi temanku dia berhasil naik puncak gunung adalah hal yang terhebat pernah dilakukannya. Sedangkan kau terfokus pada pencapaian hari yang telah kau tentukan. Kawanmu yany sedang menikmati perjalanan mendaki gunung melihat betapa indahnya lukisan Tuhan ini. Sedangkan kau, yang berambisi sesuai target sibuk dengan terfokus kepuncak tanpa melihat apa yang terjadi disekitar.
Temanmu yang masih jauh dibelakangmu, dia banyak melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat pendakian, misalnya dia melihat gunung yang longsor, pasir yang menghisap, angin yang tenang, suara kicauan elang sang pemangsa. Itu semua temanmu hadapi dan dia tahu bagaimana solusinya. Sedangkan kau yang berambisius untuk targetmu, apa yang kau dapat, hanya sebuah kemengan kecil. Kemengan kau dapat mendaki gunung paling duluan memijakkan kakimu dipuncak. Lihat temanmu, dia, apakah benar-benar kalah. Jelas dialah pemenangnya, karena dia dapat mengetahui semua solusi dari masalah yang terjadi saat pendakian. Lalu, apa yang dapat kau sampaikan ketika kau akan turun kembali, Tidak ada informasi yang kau dapat. Yang kau dapatkan hanya sebuah pencapain tercepat kau menginjakkan kaki dipuncak gunung. Lihat temanmu, dia mampu bercerita dan berbagi info harus apa yang dilakukan di saat oendakian. Apa-apa saja yang dihadapi saat pendakian. Maka tak perlulah kau terlalu ambisius terhadap sesuatu karena kau tak akan mendapatkan hasil yang memuaskan.










Heh.....cape' juga ne ngetik -_-
Entah apalah yang merasuki ni....
Yang penting aku menuangkannya dalam tulisanku....
Tak ada yang kusinggung
Karena aku bukan pengecut yang berani menyindir orang lewat tulisan...
Tapi ini adalah hasil curhatan aku dangan kawan dunia mayaku....
Hahahahahahahah....
Sankyu Mr. D, Ebeng, Sora, Moura, Ibel......
Semua masalah itu pasti ada solusinya
Semua itu aku tuangkan didalam tulisan ini...
Buat Mr. D jgn terlalu ambisius dalam bisnis, bisa bangkrut entar
Buat Sora dan Moura kebahagian itu bukan sedekar perbutan yang ga penting
Buat ibel sengsara kali lah idupmu itu ya, uda ga da lagi yang percaya samamu, akibat ucapan orang-orang iri...hahahah
Ebeng you're always to be my mother ^^

Sabtu, 04 Januari 2014

D'rockyuu Band -Practice-

Chapter -4-
Seperti yang sudah dijanjikan ditempat latihan pertama mereka. Shin membawa motor bututnya dan memarkirkannya. Disebelahnya ada motornya Apid yang sudah bertengger dengan santai, lalu disebelahnya sudah ada motor matic ngejreng dengan stiker sakura cardcapture full body, dan disebelahnya lagi motor fhuad terpampang.
"Gue telat ni, anak-anak uda pada datang" kata shin segera meluncur ke dalam studio latihan.
Dibukanya pintu ruangan latihan, dan segera dia menghentikan langkahnya mematung seperti halnya dengan fhuad dan apid. Mereka bertiga mematung seperti melihat hantu, dengan wajah kaget.
"Lu pade kenapa?" Tanya ghe menepok jidatnya sendiri.
"Lu dapat darimana cewe moe ini, ghe?" Tanya fhuad yang sedikti bergetar lututnya
"Oh...hahahhaa, kenalin temen gue, nama zoey"
"Zoey"
"Fhuad" yang masih memandang tajam kearah zoey
"Zoey"
"Apid" apid yang sebenarnya gak perduli, kali ini ikut-ikutan mematung
"Zoey"
"Shin" kata shin dengan tampang mupengnya.
"Hoooii....uda...uda....latihan sekarang. Gue uda punya liriknya, dan nada dasarnya juga uda ada, ni hasil rekaman suara pianonya" ghe membuka tasnya dan mengambil secarik kertas betulislan lirik lagu.
"Mana...?" Tanya Shin yang sebenarnya memandang zoey yang sedang duduk disalah satu sudut sofa.
"Ini loh....mata lu kemana sih!" Kata ghe yang udah memjulurkan tangannya kearah shin.
Lirik lagunya :

Malam ini seperti biasa
Tak ada istimewa
Semuanya sama saja
Siapa yang perduli dengan malam ini

Bahkan dekapan angin
Yang menyapa hanya berlalu
Lalu apa lagi yang kulakukan
Melihat sekitar yang mengenaskan

Oh....yeeeh...
Oh....nooo...
Onichan...onichan
Kemarilah
Tangkap semua rasa dari mataku
Oh..yeeh....
Oh....no....
Onichan...onichan....
Mendekatlah
Bermain-mainlah bersamaku

Kadang khayalku terlalu tinggi
Untuk mendapatkan yang kumau
Wajah imut dan sedikit menawan
Itu membuatku takut

Lama-lama menjomblo
Aku bisa tidak waras
Semua kuanggap sama
Apa aku tidak normal

Oh....yeeeh...
Oh....nooo...
Onichan...onichan
Kemarilah
Tangkap semua rasa dari mataku
Oh..yeeh....
Oh....no....
Onichan...onichan....
Mendekatlah
Bermain-mainlah bersamaku

Hsss...hsss...
Kyaaaa~
Aku menghayalkannya lagi
Akibat lama menjomblo
Aku bisa gilaaaaaaaaa~

Oh....yeeeh...
Oh....nooo...
Onichan...onichan
Kemarilah
Tangkap semua rasa dari mataku
Oh..yeeh....
Oh....no....
Onichan...onichan....
Mendekatlah
Bermain-mainlah bersamaku

"Nah dibagian kata oh yeah dan seterusnya, gue minta bantuan ke zoey jadi back vocalnya" saran ghe
"Boleh juga tu" kata fhuad sependapat.
"Mana tape demo piano lu, biar gue pelajari dolo" kata Shin
"Pid...lu coba gih samakan iramanya ke bass yang lu pegang"
"Oke, inu gue coba"
"Lu coba juga ke drum"
"Ya oke"
" lu juga coba bisa gak suara lu masuk ke nadanya"
"Eh...lu perintah-perintah gak jelas, lu juga latihan pake gitar lu, shin gilak" bawel ghe.
Mereka mulai latihan untuk 30 menit pertama latihan berjalan lancar. Ketika suara ghe masih stabil. Dan gebukan drum fhuad masih mebahana, serta petikan gitar shin masih mendayu diikuti dengan getaran bass yang masih enak untuk didengar. Suasana latihan sangat nyaman dan tiba-tiba....
Sreeeeeeeet.....!!!
Gelap gulita didalam ruangan persegi empat itu, ACnya mati. Terasa didalam goa.
"Haaaaaaaa" teriak zoey yang memang takut gelap
"Akh sial banget" kesal Shin
"Gue tanya sama yang punya ni tempat" kata fhuad keluar dari ruangan
"Heemmmm....suerem" ghe ketakutan.
Mereka masih duduk ditempat masing-masing. Menunggu kedatanga fhuad membawa kabar dari luar ruangan.
5 menit berlalu dalam senyap, lalu seorang bertubuh besar itu membuka pintunya.
"Ada kerusakan dimesin listriknya, mungkin kelarnya baru besok" jelas fhuad yang sudah menanyakan ke operator studio penyebab padamnya listrik.
"Jadi latihannya....hiks..hiks...."
"Ya bubar, minggu depan lagi dilanjutkan. Yang penting uda ada lirik dan demo pianonya. Gue minta soft filenya, mau gue copy ke komputer gue" kata fhuad
"Gue juga minta" turut apid
"Sama deh" shin juga mengikut.
"Zoey..uda lu rekam kan tadi kita latihan"
"Uda ghe, lain kali pake handycam gue aja ya ngerekamnya, biar gue uoload ke youtube" kata zoey semangat.
"Hahahaha....ide bagus" kata apid semangat.
"Oke....minggu depan jam 2 kumpul lagi distudio ini"
"Okeeeee!!!!"

D'rockyuu Band -Waker-

Chapter -5-
Siang ini pukul 13.60 wib menjadi hari yang sudah ditentukan oleh personil D'rockyuu Band untuk latihan. Dan seperti biasanya.
Dirumah Shin...
Shin masih melotot didepan komputernya melihat vidio yang baru saja di downloadnya. Karena dia berhasil mendownload video sebanyak 50 video do situs terblokir. Itu karena saran dari salah seroang temannya. Lalu mencari situs penjualan figure gundam yang sudah menajdi keinginannya sejak awal tahun kemarin. Tiba-tiba suara lolicon sedang bernyanyi terdengar kencang.
"Hoiii...."
"Latihan jam 2 ne. Jangan lupa lu"
"Iya...bentar lagi gue juga kesana, ne lagi mau mandi gue"
"Oke...jangan telat lu eaah"
Sliiiing....
Tak ada suara, telepon genggamnya pun mati. Hanya terdengarbsuara tut...tut..,tut.....pikiran shin masih loading.
"Tadi itu siapa ya?"
Shin sedikit mengambil pusing, tapi gak terlalu memikirkannya. Ya paling juga teman satu bandnya. Tapi itu tadi seperti suara cewek yang lembut banget.
"Itu jelas bukan suara ghe, cakep bener suaranya"
Shin mempersiapkan pakean yang hendak dipakainya. Sebuah t-shirt, celana ngatung belel sedikit robek dibaguan paha, dan sweater tak berlengan, modis banget.
Dirumah Fhuad....
"Kak bangun, disuruh emak panasin mesin motor, terus anterin emak ke rumah buk RT" suara kecil nan cempreng itu menbuat telinga fhuad sakit bukan kepalang. Mimpi indahnya bertemu dengan cewe-cewe moe sirna sudah.
"Kenapa ga Kak Donni aja sih, gue masih ngantuk" keluh Fhuad yang belum membuka matanya.
"Kak Donni lagi latihan nasyid di mesjid" jawab Sinna adek paling kecil si fhuad.
"Latihan nasyid. Haaaah....gue juga ada latihan ni jam 2. Bilang sama emak gue gak bisa" teriak fhuad buru-buru bangkit dari tidurnya dan mengambil handuk di gantungan baju belakang pintunya dan menuju kamar mandi.
"Gile...bisa telat gue" kesalnya dalam hati.
Fhuad yang masih mandi, mendengar suara deringan handphone yang menggetarkan dinding kamarnya.
"Na...ambilkan handphone kakak diatas temoat tidur"
Sinna yang masih kamar fhuad segera mengambil handphone kakaknya, dan memberikannya.
"Oi....ada apa?"
"Jangan lupa latihan jam 2 ni"
"Iya tau gue, ini juga gue lagi mandi"
"Oke"
Fhuad mematikan handphone nya dan meletakkannya diatas wastafel kamar mandinya.
Sliiiing....
"Itu tadi siapa ya, kok suaranya cakep bener" fhuad bertanya dalam hati.
Dirumah Apid...
Seonggok daging sedang memeluk leptopnya, seperti memeluk guling, dengan erat dan sangat erat sekali. Itu menunjukkan bahwa laptop itu adalah hak dia, dan orang lain dilarang pinjam. Semua kumpulan vidio marron 5, vidio lucu dari youtube, foto-foto adam lavine sangat tersimpan apik dan tertata rapi disetiap foldernya.
"Rasanya gue pengen nikah ne sama laptop gue" gumamnya dalam hati.
Sambil dielus-elus leptopnya dengan sangat mesra.
Getaran hebat tepat dikepalanya...
Handphonenya bergetar seperti gergaji mesin....
"Ya..."
"Jangan lupa latihan jam 2"
"Ya...gue tau"
Tut..tut..,langsung dimatikan dari seberang telepon.
Sliiiinggg....suasan hening
"Itu suara cakep bener, ya"
Apid segera mandi, dan menyudahi mesra-mesraan dengan laptopnya.
Dirumah ghe..
"Mereka itu bakalan semangat kalau denger suara cewe cantik zoey" kata ghe yang masih memakai handuk
"Terus gue harus jadi weakernya mereka gitu, ghe" tanya zoey cewe manis berambut panjang hitam.
"Ya...bisa dibilang gitu deh. Kalau mereka denger suara gue yang buat jadi weaker, jelas mereka malas-malasan buat latihan. Mungkin kalau ada lu jelas mereka semangat buat latihan" papar ghe yang sudah mengganti bajunya.
"Lu gaji berapa gue buat ngelakuin hal ini" canda zoey yang merapikan rambut panjangnya.
"Hahaha....kalau band gue tenar, jelas lu gue angkat jadi menejernya"
"Ngimpi lu akh...!!!"
"Hahahaha....."






Catatan :
Pendatang baru...
Zoey adalah sahabat ghe sedari kecil sampai sekarang. Wajahnya innocent, mata besar dan berbinar, rambut panjang hitam, kulit kuing langsat, bersuara imut, tinggi 165 cm. Sangat sempurna untuk dijadikan weaker alias penyemangat.
Ghe memang merencanakan untuk ini, biar teman-temannya lebih serius menggarap band yang baru terbentuk 2 minggu lalu.

Adegan apa ini??

Sinar mentari menyinari
Setitik embun harapan kembali
Tapi aku masih menikmati
Adegan yang indah ini

Tak mungkin kulupakan
Sungguh sebuah kenikmatan
Tak mungkin kau dapatkan
Dalam waktu semalaman

Adegan apa ini??
Membuat aku malas bangun
Adegan apa ini??
Membuat aku tertegun

Hohohohoho.....
Hohohohoho....
Do it
Do it
I know how you feel
We know what we must do

Malam telah datang
Ini semakin membuatku melayang
Jauh tinggi terbang
Terbawa dalam senang

Tak mungkin aku membuangnya
Karena ini adalah surga
Tak mungkin aku mengakhirinya
Karena ini adalah indahnya neraka

Adegan apa ini??
Membuat aku malas bangun
Adegan apa ini??
Membuat aku tertegun

Hohohohoho.....
Hohohohoho....
Do it
Do it
I know how you feel
We know what we must do

Aku tak ingin bangun dari tidur
Karena ini adalah mimpi
Dimana aku mendengkur
Karena itu tanpa kau sadari

Adegan apa ini??
Ya aku tidur
Adegan apa ini???
Ya aku mendengkur