Rabu, 23 Januari 2013

9 jam bersamamu



Tik Tok Tik Tok...
Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Mata Gani masih tak mampu juga terpejam. Gani, sibuk membayangkan besok harus pergi dengan Mia untuk mendaftarkan ulang masuk ke perguruan tinggi. Sungguh tak pernah dibayangkan Gani, dia harus pergi bersama seorang yang diam-diam menyukai wanita itu. Gani memang tidak pernah menyatakan perasaannya ke Mia. Gani takut untuk mengungkapkannya. Mia yang begitu sempurna menurutnya. Mia yang cantik dan pintar. Sedangkan Gani yang jelek dan tidak ada sama sekali kelebihan. Itulah alasan mengapa Gani mengurungkan dirinya untuk tetap berdiam diri. Gani akan malu jika ditolak oleh Mia.
Gani, masih membayangkan besok jika berjalan berdua bersama Mia. Apa yang harus dilakukannya, ini pasti akan terasa canggung. Biasanya kalau sedang berkumpul dengan teman-temannya Gani tak merasa canggung harus berbicara dengan Mia. Tapi, kali ini beda Gani harus berdua dengan Mia.
"Akh...kenapa jadi ga bisa tidur begini?" Keluh Gani yang sebenarnua sudah mengantuk namun tak dapat memejamkan matanya.
Krrriiiiinnnngggg!!!!!
Jam weaker di kamar Gani berbunyi nyaring lantang. Membuat telinga Gani berdengung lama. Mata Gani yang masih menyipit memcoba melihat jam. Dengan malas Gani bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil handuk hendak mandi. Sebelum keluar kamar, sebuah coretan kecil berbentuk hati tertera pada tanggal hari ini. Dengan sebuah catatan kecil 'ngedate bareng Miaku'. Gani tersenyum kecil dan hatinya mulai berdebar kencang.
"Hm...hari istimewaku" kata Gani, sambil senyum-senyum sendiri menuju kamar mandi. Gani memang benar-benar sedang jatuh hati pada Mia. Merasakan hal-hal yang indah saja. Harus keliatan cakep didepan Mia. Seluruh badan digosok sekuat tenaga, sabun yang biasa cuma pakai seadanya tapi hari ini hampir menghabiskan separuh sabun cair dalam botol kecil itu.
"Mmmm....harum!!!" Seru Gani mencium kulitnya yang harum sabun mandi. Dan tetap juga senyum-senyum sendiri.
Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi. Gani sudah berdandan serapi mungkin. Bahkan seganteng mungkin menurutnya. Mia belum juga datang, hati Gani mulai resah. Lalu Gani mengambil handphonenya dan mengirim pesan singkat kepada Mia.
"Jadi, pergi bareng ga, Mi?"
"Jadi, Gan. Ni aku uda uda jalan ke rumahmu" balas Mia.
"Ditunggu...!!!" balas Gani semakin deg-degan.
10 menit berlalu, dan Miapun telah sampai didepan rumah Gani. Mia berdandan biasa saja. Memakai celana jeans dan kemeja pink serta kerudung putih. Gaya simple Mia yang membuat Gani menyukai wanita itu. Dengan senyum sumringahnya Gani menyambut Mia yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya. Mia sampai kaget melihat Gani terburu-buru membuka pintunya. Karena memang Mialah yang ditunggu-tunggunya dari tadi.
"Yuk...!" Ajak Mia.
"Ayuk...." Balas Gani.
Diam, hanya terdiam. Gani tak mampu berkata apa-apa lagi saat ini. Bibirnya kelu, percakapan yang sudah dipersiapkanpun dengan rinci buyar seketika. Betapa berantakannya hari itu. Sambil menunggu angkot, Gani hanya bisa menatap Mia dari samping. Tubuh kurus Mia yang ditatapnya membuat Gani panas dingin. Gani hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak ada ketombe atau kutunya bahkan sekedar gatal. Angkot yang ditunggu-tunggupun datang. Gani mempersilahkan Mia untuk naik terlebih dahulu. Hanya ada bangku dekat jendela dan itu sisa untuk dua orang. Terasa kebetulan sekali, semakin membuat hati Gani tak tenang, keringatpun bercucuran, bukan karena panas tapi karena tidak sanggup harus duduk berdekatan dengan Mia.
"Kamu dapat buku seperti ini, Gan?" Tanya Mia membuka pembicaraan.
"Da..paat" jawab Gani agak tergagap. Dengan menarik nafas panjang Gani menenangkan dirinya yang gugup.
"Liat donk?" Pinta Mia.
"Ni.." Kata Gani, sambil mengeluarkan buku yang dimaksud.
Lalu, terdiam lagi. Seperti hal yang tadi, cuma terdiam dan sangat garing. Sepanjang perjalanan hanya diam dan bingung harus berbicara apa.
'Goblok...goblok....ada kesempatan untuk ungkapin persaanpun ga bisa juga ni bibir gerak' gumam Gani dalam hati.
Lalu, datang penumpang yang agak gemuk dan membuat duduk mereka semakin rapat dan tanpa batas.
"Sempit eah..."Bisik Mia.
"Hu um" jawab Gani mencemberutkan bibirnya.
2 jam berlalu begitu saja. Sesampai dikampus, Gani menemani Mia untuk mendaftarkan ulang. Begitu selesai dengan urusan Mia. Gani beranjak ke fakultasnya untuk mendaftarkan dirinya ditemani Mia.
"Lama amat tadi didalamnya, Gan?" Tanya Mia yang sudah menunggu diluar biro fakultas Gani.
"Iya....antriannya udah panjang, Mi" keluh Gani.
"Gak apa-apalah, yang penting uda selesai urusannya" Mia memberikan semangat.
"Makan yuk....!!!"Ajak Gani.
"Yuk...dimana enak ni?"
"KFC aja yuk...."
"Bolehlah" jawab Mia ngikut.
Pukul sudah menunjukkan jam 13.00...
Perut terasa lapar. Mereka memutuskan untuk makan cepat saji saja. Cukup berjalan kaki menuju tempat makan yang dimaksud. Sepanjang perjalananpun Gani tak mampu berkata apa-apa lagi. Padahal ini kesempatan kedua untuk mengungkpakan perasaannya.. Tapi selalu bibirnya kelu.
Sesampainya di tempat makan itu, untung tidak mengantri terlalu lama. Gani langsung memesan dua dada ayam ori, dua nasi, 1 sup dan 2 pepsi. Makanan yang dimaksud sudah tepat berada di depan Gani, dan Mia sedang menunggunya di bangku yang sudah di tunjuk Gani.
"Laper berat ne" kata Gani sambil membagikan ayam dan nasi serta pepsinya.
"Iya...hehehe" jawab Mia sambil tertawa kecil.
"Selamat makan"
Kembali suasana hening.
Tiba-tiba Mia melihat sepasang wanita dan lelaki muda sedang memesan makanan kepada pelayan. Pasangan itu membawa anak 2 orang.
"Liat deh Gan!" Kata Mia sambil menunjuk dengan bibirnya kearah pasangan itu.
"Ya...kenapa, Mi?"
"Lucu deuh....masih muda uda punya anak 2, seru kaya'nya" seru Mia.
"Mau nikah muda ni, Mi?" Ledek Gani sambil senyum-senyum menahan detakan jantung yang berdebar tak karuan.
"Ga akh...masih banyak lagi target yang harus aku kejar, Gan" jawab Mia menyedot minumannya.
"Sama, aku juga gak mau cepat-cepat nikah" timpal Gani masih senyum-senyum kegirangan.
Pukul sudah menunjukkan jam 14.00. Mereka berduapun beranjak dari duduknya dan segera keluar dari tempat makan cepat saji itu. Hilang lagi kesempatan ketiga untuk ungkapkan perasaannya.
'Sekali lagi, goblok amat sih Gan, jelas-jelas tu cewe udah ngarah kesitu pembicaraannya' keluh Gani dalam hati.
Ternyata di sampaing tempat makan tadi ada departemen store. Mata Mia tak hentinya memandang pakaian-pakaian yang terpajang di etalase departemen store itu.
"Masuk yuk" ajak Mia kesenangan.
"Ayuk lah..." Nurut Gani.
Sesampai di dalam departemen storenya. Mia mengelilingi sebuah kawasan baju-baju wanita. Di lihat-lihatnya dan mencocokkan pakaiannya. Gani juga melihat-melihat pakaian pria. Mencari-cari kemeja untuk dipakai kuliah nanti.
"Gan...sini deh" panggil Mia. "Bagus ga?" Sambung Mia.
"Bagus, cocok sama kamu" jawab Gani mengacungkan jempolnya.
"Aku beli deh..." Kata Mia berlalu kearah kasir.
"Tunggu, Mi. Biar aku yang bayar" seru Gani.
"Akh...ga perlu Gan." Segan Mia.
"Gak apa-apa, Mi. Ucapana terima kasih udah nemenin aku"
"Tadi aku juga uda ditraktir makan, ini mau dibelikan baju lagi" papar Mia malu-malu.
"Iya...sini bajunya. Biar aku yang bayar" bujuk Gani sambil mengambil bajunya dari tangan Mia.
Ganipun berlalu kekasir untuk membayar baju tersebut.
'Mia...semoga kamu ngerti maksud perbuatanku ini' katan Gani lirih.
Tak terasa berkeliling departemen store cukup melelahkan. Sudah pukul 15.00, dan mereka harus kembali pulang kerumah. Dan ini menjadi kesempatan terakhir bagi Gani untuk ungkapkan perasaanya. Tapi bibir dan hati masih terasa kelu. Keberanian dipertaruhkan disini. Jika Mia menerima maka persahabatan ini tidak akan putus. Tetapi jika Mia menolak maka persahabatan ini akan buyar. Bukannya semakin berani, malah semakin pusing dengan kemungkinan-kemungkinan yang dibuat sendiri oleh Gani.
Didalam angkot yang sempit itu, mana mungkin Gani mengungkapkannya bisa kedengaran dengan penumpang yang lain. Waktu semakin dekat dengan sampainya Mia di depan rumahnya. Gani semakin keringat dingin dan Gani hampir lupa kalau dia ada hadiah spesial untuk Mia yang sudah dipersiapkannya sejak 5 hari yang lalu pas ketika hari ulang tahun Mia. Setelah Mia berkata "pinggir bang!" Maka kisah inipun berakhir dengan kehampaan. Sepanjang perjalanan Gani hanya diam dan merasa tubuhnya lelah.
"Gan, bangun. Aku hampir sampai ni" pukul Mia pelan membangunkan Gani.
"Oh...iya." Kejut Gani sambil melihat keluar jendela.
"Pinggir, Bang!" Seru Mia dari belakang bangku supir.
"Eh...tunggu dulu, Mi. Ni buat kamu, selamat ulang tahun" kata Gani mengeluarkan kado yang terbungkus rapi dari dalam tasnya.
Mia terheran "makasi eah, aku duluan turun" Mia turun dari angkot dan melambaikan tangannya. Seperti tidak akan bertemu lagi. Pupus sudah harapan Gani untuk mengungkapkan perasaannya. Gani merenungi dirinya sendiri. Betapa tidak ada keberaniannya untuk mengungkapkan perasaannya sendiri terhadap Mia.
'Laki-laki bodoh, laki-laki pengecut' keluhnya dalam hati sesal.
17.00...Adalah pembuktian bahwa waktu 9 jam itu tidaklah panjang, begitu singkat dan begitu buruk bagi Gani. Semunya benar-benar berakhir. Dan sampai detik terakhir itu juga Mia tidak akan pernah tau bahwa Gani mempunyai perasaan khusus dengannya.
The End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar