Rabu, 27 Mei 2015

Orange

Lisa, gadis pecinta warna orange. Sedang duduk manis di bawah pohon di sebuah bukit dibelakang rumahnya. Memandang kearah langit yang jingga. Sambil menerawang ke arah yang dia tidak tahu kemana arah itu akan berakhir.
"Bukankah, Tuhan itu sangat adil" katanya dalam hati. Karena telah mempertemukan dirinya pada seseorang yang telah membuat luka terdalam pada dirinya.
"Bukankah, Tuhan itu sangat baik" katanya lagi dalam gumam. Karena telah ditinggal oleh seseorang yang membuatnya terenyum sepanjang hari.
"Bukankah...bukankah ini semua sudah direncanakan" Lisa menguatkan diri untuk tidak mengingat kenangan menghabiskan.waktu bersama seseorang itu.
Lisa menarik nafas dalam-dalam dan meminta kepada Tuhan.
"Ya, Tuhan!! Berikan aku hati yang kuat, hati yang mempu tetap tersenyum disaat aku terluka. Berikan aku hati yang selalu berwarna walaupun ketika kehampaan gelap menghampiriku"
Langit jingga semakin menggelap. Lisa meranjak bangkit dan pulang dengan hati yang lapang untuk menerima apa yang telah terjadi padanya. Menerima semua skenario yang Tuhan beri padanya. Ini bukan masalah besar, banyak orang yang telah mengalami hal yang sama. Ada yang bertahan ada juga yang tidak sanggup dan mengakhirinya dalam labuhan mimpi panjang yang tak nyata.
Lisa, berjalan menuju rumahnya. Sepanjang jalan yang sepi dengan angin yang enggan bertiup. Hanya nafasnya saja yang terdengar. Begitu sepi.
"Ada apa dengan hati ini. Mengapa begitu resah sekali"
Lisa meminta kembali kepada Tuhan, agar menghilangkan rasa resah di dalam hatinya. Lisa memejamkan matanya dan mulai mengucapakn beberapa mantra yang berguna baginya.
"Aku akan baik-baik saja. Aku akan baik-baik saja"
Terdengar sebuah suara memanggil namanya. Lisa menoleh kebelakang dan melihat dimana arah suara itu. Lampu jalan yang berwarna orange itu menaburkan rasa penasaran.
"Sedang apa kau disini?" Tanya suara itu dibalik gelap.
"Siapa kau?"
"Aku seseorang yang pernah kau abaikan"
"Siapa?" Lisa bingung
"Aku seseorang yang selalu menantikanmu, selalu ada dibelakangmu. Tapi, kau tak pernah menyadarinya selama ini. Apa kau sudah merasa lelah?"
"Aku. Lelah?"
"Karena aku melihat punggungmu sudah tidak setegak yang dulu. Kau terlihat sangat kelelahan. Namun, kau lupa untuk menoleh kebelakang. Bahwa ada orang yang sedang menantikan keluhanmu"
"Siapa orang itu?"
"Aku...aku yang menjandi bayanganmu selama"
Lisa masih tetap tidak dapat melihat seseorang itu. Matanya menyipit mencoba mencari dimana wajah itu. Namun, hanya suaranya saja yang terdengar. Hatinya bertanya-tanya. Siapakah seseorang yang selama ini dibelakangnya. Menantikan keluhannya dan diam-diam memperhatikannya. Lisa tak mampu bergerak kearah gelap itu. Dia takut jika dia bergerak maka dia akan kembali kedalam gelap. Lisa hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Terima kasih ku ucapkan padamu yang telah menungguku dibelakang. Tapi, bolehkan aku tahu apa alasanmu masih tetap dibelakangku?"
"Tak ada alasanku untuk tetap dibelakangmu. Yang aku inginkan hanya tetap dibelakangmu yang mendukungmu. Yang tetap memperhatikanmu dalam gelap. Yang aku tahu kau selalu tertawa bahagia. Karena aku tidak ingin beranjak dari gelap ini, aku cemas sekali jika aku beranjak kau akan bersedih"
"Tidak ada alasan, hanya rasa cemas jika kau beranjak dari gelap itu kau akan membuatku sedih?"
"Iya...itu yang aku takutkan. Aku takut ada perubahan yang tidak aku inginkan selama ini"
Lisa masih menunduk. Bahwa selama ini dia tidak menyadari ada seseorang yang rela menunggunya dibelakang, siap mendukungnya, yang siap menerima keluhannya, yang siap untuk setia di belakangnya.
"Beranjaklah dari gelap itu. Dan perlihatkan padaku wajahmu. Aku menerima apa yang telah kau perbuat kepadaku selama ini"
"Tidak...aku tidak akan beranjak. Aku akan tetap dibelakangmu. Sampai kau merasa lelah untuk maju"
"Aku sudah benar-benar lelah saat ini. Jadi, aku mohon tunjukkanlah kalau kau memang selalu ada untukku"
Tak ada balasan dari balik gelap itu. Hanya suara lirih angin yang menerpa wajah dingin Lisa yang penuh airmata sesal.
"Apakah aku masih berkata Tuhan itu adil? Ternyata selama ini ada seseorang yang setia dibelakangku dan aku tidak melihatnya. Apakah dia berpikir Tuhan itu tidak adil?"
Lisa, masih berdiri dalam kakunya malam yang semakin mendingin. Dia hanya ingin tahu siapa seseorang yang selama ini yang rela menunggunya.
Walaupun Lisa sedang bergembira dengan seseorang yang salah selama ini.
Tak ada tanda-tanda balasan dari seseorang yang tak terlihat wajahnya.
"Hei...apa kau tidak mendengarkanku?" Tanya Lisa
Namun, tak ada jawaban.
"Apa kau sudah lelah menungguku? Sudah berapa lama kau menungguku?"
Sekali lagi tak ada jawaban.
"Maafkan aku, yang tak pernah menoleh ketempatmu. Aku tidak tahu. Jika aku tahu mana mungkin aku akan mengabaikanmu. Bicaralah, aku mohon!!"
Tetap masih tidak ada jawaban.
"Aku mohon bicaralah. Katakan apa yang ingin kau katakan selama ini. Apa aku harus memaksamu untuk berbicara dan keluar dari kegelapan itu" teriak Lisa yang mulai mengisak sedih.
Tak ada jawaban lagi.
Ini lebih sakit lagi, ketika seseorang yang telah menantikanmu lalu tiba-tiba mengabaikannya. Ini lebih terasa kecewa dibandingkan dengan orang yang telah meninggalkannya hanya untuk cinta yang baru.
"Aku mohon, aku sudah merasa lelah sekali. Aku butuh pundak untuk menyandarkan kepalaku yang mulai berat" Lisa terduduk lemas di bawah lampu yang mengorange itu.
Apakah dia menghilang dari kegelapan. Apakah dia akan melangkah maju menuju arah sinar yang selama ini dia nantikan. Apakah dia juga sudah merasa lelah menanti dan akhirnya menyerah.












Tunggu ajalah certia berikutnya...
Belum ada inspirasi lagi
Mau dibawa kemana ceritanya...
Hehehehe
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar