Jumat, 28 April 2017

Aku juga ingin seperti itu!

-------------- wanita aneh ---------------
Tidak ada yang paling nikmat setelah setengah hari bekerja selain makan siang. Pukul 12 tepat, siang itu Sarla membeli soto daging yang enak didekat kantornya. Memesan semangkok soto di deretan para pengunjung toko. Warung soto itu tidak besar, namun karena rasanya yang enak maka setiap kali makan siang warung itu terlihat rame. Pemilik warung adalah seorang bapak-bapak paruh baya yang ditemani istrinya yang masih terlihat sangat muda.
"Mbak Sarla mesannya seperti yang biasanya ya?" Tanya Istrinya mendekati meja Sarla yang merupakan pelanggan setia.
Sarla mengangguk dan tersenyum.
Sambil menunggu Sarla menelpon seseorang.
"Halo!" Sapanya
"Halo" balas seseorang dar seberang teleponnya.
"Bagaimana keadaan Raffa?"
"Dia sudah baikan"
"Minggu ini bisakah aku bertemu dengannya?"
"Bisa saja, asalkan kau tidak memilih sibuk bekerja daripada bertemu dengannya"
Telepon itu langsung ditutup dari seberang sana. Tak ada ucapan perpisahan ataupub sekedar basa-basi. Seseorang diseberang telepon itupun merasa sudah bosan mendengarkan janji Sarla. Dengan melihat layar ponselnya yang tertera durasi teleponan , durasi itu adalah durasi terlama selama ini.
"Alvi sebaiknya kau berhenti mengeluh?" Kata Doni kepada Alvi yang sedang menyuapkan nasi sotonya ke mulut.
"Aku tidak mengeluh, hanya saja mengapa wanita itu tidak mau mencoba terlebih dahulu" Jelas Alvi.
"Aku setuju, wanita sekarang itu jual mahal" timpal Andro setuju dengan Alvi.
"Wanita yang seperti itu dia lebih mementingkan karir daripada urusan hubungan cinta. Yakinlah, kau tak bertahan lama dengannya" sambung Andro semakin membara.
"Sudahlah, kalian berdua. Bagaimana wanita mau menerima kalian. Kalau kalian sering mengeluh seperti itu" kesal Doni.
"Kau sendiri apa sudah punya kekasih. Jangan kau jawab istri orang lain itu" hardik Andro membuat mata Doni membesar kesal.
"Ck....wanita jual mahal itu tidak ada daya tariknya. Maunya ingin dikejar terus. Ketika sudah dapat, rasanya jadi hambar" keluh Alvi.
Mendengar percakapan 3 pria yang ada di samping meja Sarla. Dia merasa ingin marah. Bukankah wanita kebanyakan seperti itu. Hanya ingin dikejar dan dikejar sampai pada akhirnya wanita itu akan melihat lelaki mana yang masih bertahan serta bersedia berkorban untuk wanitanya. Dengan tangan dikepal, Sarla memberanikan diri pindah ke meja 3 pria itu.
"Hei...kalian itu lelaki kan. Seharusnya mulut kalian itu dijaga. Jangan sukanya mengeluh tentang wanita. Menceritakan semua kelemahan wanita kepada teman-temannya. Bahkan merasa sudah benar saja cara kalian mendapatkan wanita itu. Wanita itu makhluk yang butuh perhatian dan pengertian. Bukan hanya dikejar-kejar. Dan ingat wanita itu tidak ada yang jual mahal. Wanita itu hanya ingin melihat  usaha lelaki yang ingin mendapatkannya. Kalau seperti ini, usaha apa yang sudah kalian lakukan untuk mendapatkan wanita kalian!" Dengan mata yang membara, Sarla mengeluarkan uneg-unegnya. Merasa puas Sarla kembali ke bangkunya dan memakan soto daging miliknya tanpa melihat ekspresi aneh dari ketiga pria yang sudah dicerewetinya itu.
"Siapa dia?"tanya Alvi ketika istri pemilik warung itu mendekat ke meja meraka.
"Mbak Sarla, pelanggan istimewa di warung kami, mas"
"Oh" Alvi manggut-manggut sambil melihat Sarla makan dengan begitu lahap.
Pertemuan pertama saat makan siang itu sudah dikatakan sangat menyebalkan sekali. Tapi, setelah mendengarkan apa yang dikatan Sarla, Alvi berpikir itu ada benarnya juga.
Ponsel Alvi bergetar.
"Halo" sapa Alvi
"Alvi?" Tanya Manda.
"Iya, ada apa?"
"Nanti malam kau ada acara?"
"Tidak"
"Ayo makan malam di kafe waffel"
"Ok. Jam berapa?"
"Delapan, ya"
Pesan singkat Manda itu membuat Alvi sedikit merasa tidak enak. Pikiran Alvi pasti Manda akan mencoba mendekatinya hanya karena Alvi masih single dan Manda mempunyai masalah rumit dalam rumah tangganya.
"Siapa?" Tanya Doni.
"Manda. Teman sekolahku dulu. Dia mengajak aku makan di kafe waffel"
"Waaah...bagaimna kalau kau coba dulu. Siapa tahu dia cocok denganmu"
"Akan aku usahakan" jawab Alvi melihat jam ditangannya.
Sesampai direstoran Alvi bertemu dengan siswa magang yang direkrutnya dari sekolah kejuruan tata boga. Ada 4 orang siswa disana. Dengan penampilan seperti koki pada umumnya memakai pakaian seragam putih-putih serta memakai topi masak, para siswa magang itu menerima penjelasan dari Alvi.
"Kalian disini mencari ilmu bukan mencari masalah baru. Jadi saya berharap kalian bisa bekerja sama dengan tim" kata Alvi yang terlihat keren dari salah satu siswa magang itu, sambil memandangnya terus menerus.
"Siap pak!" Kata siswa magang itu serempak.
Setelah mendapatkan penjelasan, siswa magang itu kembali ke dapur untuk membantu koki-koki senior yang sedang memasak untuk makan malam.
Tapi ada seorang siswa perempuan yang masih tinggal berdiri dan mematung disitu.
"Pak Alvi" panggilnya pelan.
Alvi tersenyum kepada siswa perempuan itu.
"Nama saya Amanda, Pak. Mohon bimbingannya" Amanda mengulurkan tangannya kearah Alvi.
Alvi menyambutnya. " Selamat bekerja , Amanda. Saya harap kamu betah dan bisa bekerja sama dengan tim"
"Iya, Pak. Tapi ada yang ingin saya tanyakan?" Kata Amanda yang menghentikan langkah kaki Alvi dan Reza.
"Apa itu?"
"Apakah Pak Alvi sudah punya kekasih?"
Pertanyaan itu membuat mulut Alvi menganga, bahkan Reza sampai menahan tawanya. Alvi melihat Reza, namun Reza hanya mengangkat bahunya pelan. Tak ada kode khusus disitu. Alvi bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Hanya senyuman kecil yang bisa dia berikan kepada Amanda, dan berharao Amanda mengerti atas maksud senyuman itu.
"Dia belum punya pacar" bisik Reza setelah Alvi keluar dari ruang rapat. Dengan senyuman yang mengembang Amanda dengan semangat bekerja di sana selama 3 bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar