Rabu, 17 April 2013

Malam ini larut part 1 season 1

"Berbicara soal apa yang kurasakan ada baiknya aku hanya diam dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Karena aku tidak sanggup untuk mengatakannya kepada orang lain secara langsung" ujar Anna sendiri dalam lamunannya.
Tak lama Anna bergemelut dengan khayalnya. Anna dinkejutkan oleh suara pintu terbuka. Anna melihat jam dinding dikamarnya sudah menunjukkan pukul 23.30. Hampir tengah malam, dan berasumsi bahwa Devan adik laki-lakinya baru pulang. Anna tidak mempermasalahkan adiknya Devan untuk jalan-jalan bersama teman-temannya. Tapi ini jam pulang yang sudah kelewat batas dari yang sudah dijanjikan. Anna keluar dari kamar dan melihat keadaan diluar. Devan terkulai lemas di sofa ruang tivi, dengan sepatu dan jaket masih dipakai.
"Van...bangun. Tidurnya dikamar" suruh Anna sambil menggoyang-goyangkan badan Devan pelan. Namun tak ada reaksi.
Anna mulai membuka sepatu Devan pelan-pelan dan hati-hati agar tidak membangunkam Devan. Sepatu kanan berhasil dibuka beserta kaus kakinya. Dan ketika sebelah kiri dibuka, tersentak tubuh Devan mendadak bergetar pelan dan terbangun.
"Mbak.ngapain?" Tanya Devan masih dengan suara mengantuk.
"Mbak buka sepatu kamu, Van. Biar kamu nyaman tidurnya"
"Mbak...maaf aku telat pulangnya" kata Devan membuka jaketnya.
"Kamu mabuk lagi, ya?" Tanya Anna yang membuat raut wajah Devan berubah menjadi agak marah.
"Mbak...jangan sok tau. Mbak itu tau apa? Mbak aja gak pernah minum-minum. Gimana mbak tau kalau aku sedang mabuk"
"Matamu merah banget Dev" jelas Anna menunduk sedu
"Akh...mbak ini. Jangan mengada-ngada. Mataku kena debu tadi sewaktu naik motor"
Anna terdiam sejenak. Dan berpikir bahwa Devan memang sedang mabuk, sama halnya seperti mantan suaminya yang suka mabuk setiap hari. Bahkan aroma minuman itu jelas-jelas sangat di ingat Anna setiap malam bahkan pagi. Rasanya ingin sekali Anna memberitahu Devan kalau Anna sangat hapal benar bau dari aroma minuman itu. Anna masih terdiam dalam perkataannya, dan memang dia harus diam. Daripada adiknya tau betapa tragisnya kehidupan mbaknya yang dianggap sempurna dan sangat pendiam itu.
"Aku kekamar mandi dulu mbak" kata Devan membangunkan Anna dari diamnya.
"Mbak buatin susu hangat ya, Van"
"Ga usah repot-repot mbak, aku mau langsung tidur"
"Biar besok pagi kepalamu gak pusing"
"Hm....aku tidak pusing mbak" Devan berlalu kekamar mandi untuk membersihkam diri dan mencuci badanya dari bau alkohol yang jika ibunya terbangun dan mencium aroma alkohol maka akan terjadi peramg dunia ke lima. Dikamar mandi Devan merasa mual dan mulai muntah-muntah karena daya tahan tubuhnya mulai beraksi atas apa yang diminumnya. Anna yang tak sengaja mendengar suara Devan yang sedang muntah kangsung kedapur dan membuatkan susu hangat untuk Devan. Sambil membuat catatan kecil Anna menuliskam 'minumlah susunya, biar tidurmu nyenyak'. Anna meletakkan susunya dimeja dekat kamar tidur Devan. Anna masuk kedalam kamarnya. Dan kembali membuka laptop dan mulai menulis apa yang dia rasakan kedalam blognya.
Tok..tok....pintu kamar Anna berbunyi.
"Siapa?" Tanya Anna dari dalam kamar.
"Devan, mbak" jawab dari seberang pintu kamarnya.
Anna membuka pintu kamarnya, sambik melihat jam sudah lewat tengah malam.
"Mbak...aku mau curhat. Mbak bisakan diajak curhat. Karena aku lihat mbak selalu diam dan aku rasa mbak bisa menyimpan rahasiaku"
"Apa itu, Van?" Tanya Anna lembut yang duduk dikursi depan laptopnya.
"Aku punya pacar, mbak. Namanya Ayu, seperti namanya dia memang benar-benar Ayu. Tapi aku menyukainya karena dia sangat baik terhadapku. Aku udah pacaran selama 6 bulan ini mbak. Hubungan kami sangat baik-baik aja mbak. Tidak ada keributan, karena kami sama-sama mengalah. Komunikasi kami juga lancar. Tapi seminggu yang lalu Ayu bercerita kepadaku tentang hal yang membuat aku berpikir ulang untuk melanjutkan hubungan kami. Ayu bercerita bahwa dia sedang hamil. Aku kaget luar biasa, mbak. Ciuman saja gak pernah apalagi melakukan hal yang menjijikkam seperti itu. Aku sangat menghargai wanita mbak. Karena aku berpikir kalau mbak digituim sama laki-laki gimana perasaan mbak"
Tiba-tiba Anna mengeluarkan airmatanya. Anna menangis dala, diam menjadi pendengar yang baik.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan kalau mbak mu ini mengalami hal seperti itu?"
"Akan aku bunuh tu cowo' mbak" kata Devan berapi-api.
"Hm...." Anna melebarkan senyumnya melihat adiknya. "Lanjutkan ceritanya, Van" sambung Anna.
"Akhirnya Ayu jujur sama aku, mbak. Kalau dia sudah diperkosa oleh pamannya dan hamil. Ayu meminta aku untuk bertanggung jawab. Dia tidak tega membunuh janin dalam rahimnya. Karena dia berpikir mau sebanyak apalagi dosa yang diperbuatnya" Devan diam sejenak menahan airmata dan langsung melanjutkan ceritanya "lalu ini malam aku sengaja dibuat mabuk oleh teman-temanku dan membawa Ayu kehotel. Lalu aku dan Ayu di tinggalkan dalam 1 kamar. Aku bingung sekali apa yang harus aku lakukakan"
Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar