Jumat, 08 Februari 2019

Cinta Bagaikan Angin - ch 6 -

                     Cinta Bagaikan Angin
                              Chapter 6
        Kejutan itu datang bersama angin
                      By : gherimis kecil
================================
Langit biru bercahaya pagi ini, kicauan burung bersahut-sahutan. Seraya semesta sedang menyambut sebuah usia kedewasaan. Disana, diperjalanan menuju sekolah. Poppy mengikuti langkah kaki Kai yang jenjang.
"Kai...." panggil Poppy dari belakang.
"Ya" Kai menoleh kebelakang.
"Selamat ulang tahun" Poppy menyerahkan kado berwarna biru langit kepada Kai sambil tersenyum kearah Kai.
"Terima kasih" balas Kai melontarkan senyuman terima kasihnya.
Poppy tetap menjadi orang pertama mengucapkan selamat ulang tahun kepada Kai setiap tahunnya.
"Boleh aku buka?" Tanya Kai membolak balik dan menggoyang-goyangkan kadonya itu.
"Tidak boleh. Kau boleh membuka kadonya setelah pulang sekolah"
"Baiklah. Aku akan mentraktirmu makan di kafe Family tempat aku bekerja paruh waktu"
"Benarkah!!" Betapa bahagianya Poppy mendengar ajakan Kai itu.
"Iya, ajak juga Hara ikut bersama kita" pinta Kai.
Seketika itu juga raut wajah Poppy berubah. Kai tidak mengetahui bahwa hubungannya dengan Hara tidak sedang berjalan baik. Sudah hampir seminggu Hara dan Poppy tidak saling berkomunikasi. Semua itu disembunyikan agar Kai tidak khawatir dengan mereka berdua. Baik Hara dan Poppy sama-sama memilih untuk diam dan tidak menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu.
"Ok" jawab Poppy langsung berlari ke kelas.
Cerryl dan Arga tiba lebih awal dari jam kerja mereka. Janji hari ini adalah membuat kue untuk ulang tahun Kai. Cerryl dan Arga menunggu Asha di dapur, mereka sudah menyiapkan peralatannya dan tinggal menunggu bahan-bahan yang dibeli oleh menejer mereka. Asha tergesa-gesa berlari masuk ke dalam kafe dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Mengapa ibu manejer berlari?"
"Aku takut terlambat. Maaf ya, aku harus menjemput kado ini terlebih dahulu" Asha menunjukkan sebungkus kado berwarna biru langit yang dia keluarkan dari dalam tasnya.
"Waah...ibu sudah membeli kado ya"
"Hu um...." jawab Asha sambil memberikan seluruh bahan-bahan membuat kue.
"Isinya apa bu?" Tanya Cerryl penasaran.
"Ra...ha...si...a. hahahahhaha" jawab Asha menuju dapur.
Mereka mempersiapkan dengan hati yang gembira. Kafe hari ini dibuka lebih lambat daripada hari biasanya. Pelanggan juga belum ada terlihat berdatang karena memang mereka memasang tulisan close didepan pintu kafe.
Kai terkejut bahwa kafe Family hari ini tidak buka. Keheranan Kai juga terlihat ketika Poppy hanya datang sendirian tanpa Hara.
"Dimana Hara?" Tanya Kai pada Poppy.
"Aku tidak tahu" jawab Poppy resah atas kebohongan pertamanya ini.
"Ternyata kafenya tutup"
"Apakah mereka tidak memberitahumu bahwa hari ini tutup?"
"Seharusnya mereka memberitahuku"
"Tapi, mengapa pintu samping terbuka" kata Poppy mencoba mencari tahu sambil menunjuk pintu samping yang terbuka sedikit.
Kai masuk dari pintu samping dan mengajak Poppy juga mengikutinya. Suasana ruang kantor Asha begitu sepi. Lalu Kai menuju dapur, tak terlihat siapapun disitu. Tiba-tiba saja lampu mati. Kai dan Poppy terkejut.
"Selamat ulang tahun, Kai" teriak Arga dan Cerryl bersamaan. Tak lama kemudian lampu kembali menyala.
Sebuah kue berbentuk baseball mengundang tanda tanya besar didalam benak Kai.
"Ayo Kai potong kuenya" seru Arga semangat.
Namun Kai tidak menghiraukan permintaan Arga. Matanya sibuk mencari seseorang yang ingin dilihatnya hari ini.
"Selamat ulang tahun, Kai" terdengar suara Asha dari balik pintu dapur.
Kai tersenyum lebar melihat Asha datang bersama sebuah kado berbungkus biru langit. Poppy yang melihat itu merasa cemburu. Bagaimana ada orang lain yang tahu warna kesukaan Kai selain dirinya.
"Terima Kasih, manejer"
"Boleh aku buka?" Tanya Kai.
"Sebelum kau membukanya, lebih baik kau potong dahulu kuenya. Arga sudah kelaparan karena ingin mencicipi kue ini"
Kai pun menuruti permintaan Asha. Sambil memotong kue Poppy melihat raut wajah Kai begitu berubah drastis. Kai yang dingin begitu bersemangat menyunggingkan senyumannya berkali-kali. Poppy merasa ada persaan yang disembunyikan oleh Kai selama ini. Mereka memakan kue berbentuk bola baseball itu. Poppy tahu perasaan Kai ketika melihat yang berkaitan dengan baseball. Poppy yakin bahwa baseball akan membuat Kai terluka. Maka kado yang diberikannya bukanlah hal yang berkaitan dengan baseball. Tapi, sore ini Kai begitu menikmati kue baseballnya.
Asha pamit ke toilet membersihkan wajahnya yang berlumur cream putih. Keisengan Kai itu semakin membuat Poppy iri. Seberapa dekatkah hubungan Kai dengan wanita yang baru dikenalnya itu.
Poppy mengikuti Asha ke toilet. Sesampai di toilet, Poppy langsung bertanya kepada Asha.
"Boleh aku tahu, hubungan anda dengan Kai?"
"Eh, jangan buat kaget seperti itu. Seharusnya kau mengetuk pintunya dulu"
"Maaf"
"Hubunganku dengan Kai adalah sebagau seorang manejer dan karyawan"
"Tapi aku tidak pernah melihat Kai tersenyum dengan nyaman seperti hari ini"
"Kau sahabatnya Kai?"
"Iya"
"Apakah kau tahu Kai sangat menginginkan baseball?"
"Iya aku tahu. Tapi, semua itu menjadi benci karena cidera tangannya"
"Dia tidak pernah membenci baseball. Yang dia takutkan ketika orang-orang membencinya karena baseball. Kau belum memperkenalkan dirimu. Aku Asha, usiaku sudah 40 tahun. Dan kalian lebih pantas menjadi anakku"
Poppy terdiam, penjelasan Asha ada benarnya.
"Poppy, 17 tahun"
"Oh iya Poppy, apakah kau tau boyband yang lagi booming dikalangan remaja?"
"Eh...itu"
"Dua bulan lagi anakku ulang tahun, aku ingin mengajaknya menonton konser boyband yang lagi disukainya. Tapi, sayangnya dia tidak terbuka denganku. Aku ingin membuat kejutan"
Poppy tersenyum. Lalu dia membisikkan nama boyband yang lagi populer dikalangan remaja itu.
"Terima Kasih"
"Tante!" Panggil Poppy.
Asha melongos ketika mendengar kata tante keluar dari mulut Asha.
"Panggil aku ibu menejer saja. Kami juga lagi butuh seorang karyawan. Apakah kau bersedia mengajukan lamaran?"
"Benarkah!!!"
"Iya"
"Terima Kasih bu manejer"
"Terdengar menyenangkan dipanggil seperti itu daripada yang tadi"
Mereka berdua saling tertawa.
Suasana dapur menghening. Kai mematung ketika melihat isi kado yang diberikan oleh Asha. Sebuah bola baseball bertanda tangan pemain favorit Kai dan secarik kertas bertulis tangan. Kai membaca isi surat itu, dia menangis. Melihat Kai menangis Cerryl dan Arga juga ikutan menangis.
Asha dan Poppy melihat kejadian itu ikutan mematung.
"Bu manejer" isak Kai menghapus air yang keluar dari hidungnya.
"Ya" jawab Asha mendekati Kai.
"Terima Kasih" Kai menghamburkan pelukannya kepada Asha. Sehingga membuat Asha terkejut. Bahkan Cerryl , Arga dan Poppy juga terkejut.
"Sudah...sudah...jangan menangis", bujuk Asha sambil menepuk punggung Kai dengan pelan.
"Bagaimana ibu bisa mendapatkan ini?" Tanya Kai menunjukkan bola dan secarik kertas.
"Hm...itu....ra...ha...si..a. hahahahaha"
"Ibu manejer memang hebat, Kai. Tahun lalu dia memberikan aku kado sebuah CD album limited edition milik penyanyi favoritku"
"Betul-betul.....aku juga diberikannya benang wol yang warnanya itu harus dipesan dengan harga yang fuantastis. Tapi, ibu menejer mendapatkannya secara gratis"
Arga dan Cerryl memeluk Asha dengan kehangatan cinta mereka.
Mereka menghabiskan malam itu bersama kebahagiaan sebuah mimpi yang hampir punah. Kejutan itu memang menyapa seperti angin menyapa hari dengan lembut dan melindungi raga daei teriknya sinar mentari.
Setibanya di rumah Kai melihat Papanya sedang memasak sesuatu. Aroma yang dikenal Kai langsung tercium.
"Bubur pedas" Kai menebak. Diapun berlari menuju dapur.
"Pa..." panggil Kai.
"Makanlah. Selamat ulang tahun"
"Terima Kasih, Pa"
"Ada kado besar untukmu di kamar"
"Oh ya...."
"Tapi, makanlah dulu"
"Ok"
Suasana hati Kai yang selama ini tersembunyi sepi. Kini seperti berwarna kembali. Sebuah carik kerta yang berisi kalimat yang mampu membuatnya kembali bersemangat.
Suap demi suap, bubur pedas buatan Papanya berhasil Kai habiskan. Rasa penasarannya akan kado besar yang diberikan oleh Papanya itu membuatnya ingin segera masuk ke kamarnya. Dibukanya pintu kamarnya dan dinyalakannya lampu. Kai berdiri mematung melihat kado besar itu.
Semua anggota tim baseballnya berkumpul dikamarnya. Hara memimpin didepan. Mereka memakai seragam tim baseball sekolah mereka.
"Selamat Ulang Tahun , Kapten" semua mengucapkan secara bersamaan.
Mata Kai berkaca-kaca melihat seluruh anggota tim baseball berkumpul dikamarnya. Udara semangat semakin menguap ke langit-langit kamarnya. Mereka satu persatu memeluk Kai.
"Kapten mengapa kau menangis?" Tanya salah seorang junior di tim mereka.
"Kapten itu sedang terharu, Jun" jawab salah seorang dari mereka.
Malam bahagia itu dihabiskan dikamar Kai yang cukup sempit untuk ditempati 10 orang bertubuh tinggi.
" Ada yang ingin aku katakan padamu, Kai" kata Hara menarik lengan Kai menuju ke balkon kamar.
"Apa itu?"
"Sebenarnya Aku dan Poppy sedang kacau. Hubungan kami dalam kerumitan"
Kai mengerutkan dahinya. Dia tidak paham dengan kalimat yang Hara lontarkan.
"Ada apa sebenarnya? Dan mengapa kau tadi tidak ikut bersama Poppy?"
"Tadi Poppy menurunkan egonya demi mengajakku. Aku dan Poppy sedang dalam kerumitan. Jadi, kami memutuskan untuk tidak saling menyapa, berkomunikasi ataupun bertatapan langsung"
"Aku tidak mengerti"
"Dengarkan aku. Aku menyukai Poppy, tapi Poppy selalu melihat ke arahmu."
"Maksudmu?"
"Poppy lebih memilih perasaan yang tak terbalas dibandingkan aku yang jelas nyata baginya"
"Kau dan Poppy?"
"Kai, apakah kau pernah menyukai seseorang?"
"Saat ini aku sedang menyukai seseorang"
"Apakah seseorang itu menyukaimu?"
"Dia belum menjawab, tapi dia selalu berkata bahwa kami tidak cocok karena jarak yang begitu tidak memungkinkan"
"Itu berati secara tidak langsung dia menolakmu"
"Jika dia menolakku, mengapa dia memberikan aku kado yang begitu spesial!"
Hara terdiam.
"Begitu juga Poppy, Kai. Aku pernah mengatakan padanya sebaiknya dia memilihku daripada kau. Sejak itulah Poppy menghindar dariku"
Sekarang Kai yang terdiam. Dia lebih mencerna perkataan Hara mengenai hubungannya dengan manejernya itu. Daripada harus memikirkan kerumitan kalimat tentang hubungan Hara dan Poppy. Kai, tahu posisinya sebagai sahabat diantaranya. Dia tidak memihak siapapun, karena dia yakin kedua sahabatnya itu sebenarnya sudah tahu jalan keluarnya.
Ponsel Asha berdering beberapa kali, nama Senja tampil dilayar ponselnya.
"Halo, sahabatku" sapa Asha yang masih di ruang kerjanya.
"Tugasmu cari momen yang paling berkesan. Sehingga hasil jepretanmu layak masuk ke galeriku" ujar Senja di balik ponsel.
"Maksudmu, hasil jepretanku boleh masuk ke galerimu jika aku menemukan momen yang berkesan"
"Iya, bukan hanya sekedar kodok melompati paret ataupun kupu-kupu dimakan laba-laba. Lebih dari itu"
"Benarkah!!!" Seru Asha dengan senang.
"Waktumu 6 bulan, Sha. Aku tidak ingin kau membuat para pengunjungku kecewa"
"Tapi....bagaimana aku bisa mendapatkanya"
"Anak SMA itu"
"Anak SMA? Maksdumu Kai?darimana kau tahu aku....jangan-jangan aku memerikasa isi laptopku yang berisi jepretan Kai?"
"Kau menyukai anak itu, kan!"
"Apa kau bilang, bukannya kau membenci anak SMA itu. Kau bilang tidak ada manfaatnya menghabiskan waktu dengn remaja yang merepotkan. Kita ini bukan babysitter mereka. Kau...kau ini"
"Hehehehe, aku memang tidak setuju kau berhubungan dengannya dalam hal asmara. Tapi, aku setuju memanfaatkan perasaanmu untuk memgambil gambarnya"
"Kau, jahat sekali. Senja"
"Demi impianmu, Sha. Tidak masalah kau memanfaatkan perasaanmu itu"
Kejutan - kejutan itu datangnyaa bersama angin. Berlahan tapi pasti menyejukkan.

Bersambung chapter 7.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar