Rabu, 08 Juni 2016

The Last Place On Your space

- Gadis - gadis berpengaruh dan The Bejat Group -
Sudah tidak terasa, aku dan teman-teman lainnya harus meninggalkan sekolah. Sebelum acara perpisahan disekolah. Kami pergi berlibur ke sebuah danau terbesar se asia.
Aku bersama Nindi memakai pakaian yang sama. Kaos putih, celana jeans ponggol dan sepatu bertali.
Sebelum pergi, Nindi mengajak membeli pakaian dalam. Benar saja, aki harus membeli pakaian dalam baru.
Mengitari pasar yang dekat rumah Cakra. Dan disitu untuk pertama kalinya aku bertemu dengan takdir ketigaku. Dia sedang berjalan dengan teman-temannya. Memakai kaos oblong berwarna biru.
Aku dan Nindi sempat singgah di toko Cakra, membeli rok untuk Nindi. Adiknya, sangat mengenal kami berdua.
"Eh...pacar bang Cakra!" Teriaknya.
Seisi toko melihat kami.
Saat itu, Cakra dan Nindi sudah jadian.
Lalu datang ibu-ibu paruh baya.
"Mana pacarnya bang Cakra?"
"Itu" tunjuk Mikel ke arah Nindi.
Nindi menjadi malu. Ya ampun ini seperti sedang mencari tahu keberadaan Cakra.
"Cakranya lagi maen sama temennya. Dia gak dirumah"
"Kami gak mencari Cakra kok buk. Kami mau beli rok"
"Oh..yauda pilih pilih saja. Nanti dapat diskon"
Nah, kami berterima kasih kepada Mikel telah berteriak lantang tentang hubungan Nindi dan Cakra. Kami hanya terkikik saling pandang.
Hari ini...
Semua membawa bekal masing-masing. Aku membawa tas ranselku. Demi, liburan ini aku dan Nindi meminjam kamera manual. Saat itu, kamera digital masih sangat langka. Dan membeli film satu rol, yang berisi 36 negatif film dan bonus 4.
Tak ada yang ketinggalan, bus sudah datang. Aku berkumpul dengan geng Cakra yang datangnya lebih awal. Kami menunggu di sebuah rumah makan yang dekat dengan sekolah kami.
"Kami bawa aja , Je?" Tanya Cakra
"Bawa baju doank"
"Kamera?"
"Sama Nindi"
Tiba-tiba Aris muncul. Dia diantar oleh ayahnya. Tas ranselnya di letakkan diatas meja. Memeriksa kembali isi tasnya. Semua dikeluarkan. Lalu dia bersamalam dengan ayahnya.
"Apa ini?" Tanyaku.
Ingat, kami sudah berteman. Sudah baikan. Tidak ada lagi marah-marahan. Sudah bisa saling menerima. Begitulah.
"Obat-obatan"
"Hahahahahahha" Cakra tertawa terbahak-bahak.
"Untuk apa?" Tanyaku yang juga menahan tawa. Seorang Aris, anak nakal dan bandel harus membawa obat kemana-mana. Aku tak percaya itu.
"Iya, mamakku ini yang masukkan"
Tak lama kami dipanggil masuk kesekolah terlebih dahulu. Mengabsen murid yang ikut. Aku masih tidak percaya saja kalau Aris membawa seluruh obat dalam liburan kali ini.
Didalam bus aku duduk dengan Nindi. Cakra bersama Miko yang duduk dibelakang bangku kami. Selebihnya dengan pasangan masing-masing. Setengah perjalanan. Cakra minta tukar posisi. Akhirnya aku duduk dengan Miko. Sepanjang perjalanan Miko, asyik juga diajak mengobrol.
Aris malah ngambek hanya gara-gara kami tertawai masalah dia membawa obat. Begitulah dia, ngambeknya luar biasa.
Perjalanan panjang, akhirnya kami sampai juga.
Tepat sore hari, pukul 3 kami sampai di mess tempat kami menginap.
Setiap kali aku ke danau ini. Maka yang pertama kali kulihat adalah mess itu. Banyak kenangan gila terjadi disitu.
Bahkan aku tersenyum-senyum sendiri membayangkan ketika menginap disitu.
Aku dan Nindi langsunh memilih untuk berjalan-jalan bersama Cakra dan Miko. Kami mengabadikan seluruh momen lewat kamera. Setiap ada tempat yang bagus, langsung foto. Aku dan Nindi begitu akrab. Tak ada yang memisahkan persahabatan kami saat itu. Aku tahu Nindi dan begitu juga sebaliknya. Semua aku ceritakan padanya. Dialah sehabat terbaikku saat itu.
Berjalan menuju keatas, udara semakin dingin. Menjelang malam, kami diberi pengumuman agar tidak terlalu jauh berjalan. Dan pukul 10 harus sudah ada di mess. Kami mengiyakan.
Aku dan geng, akhirnya aku Nindi memberi nama geng kami.
Gadis-gadis berpengaruh and the bejat group. Yang terdiri dari Aku dan Nindi sebagai gadis. The bejat group Cakra, Aris, Sapta, Arfino, Nikki, Roni, Tossi, Deno, Miko dan Jokki.
Kami menikmati malam ini. Khusunya buat Nindi dan Cakra.
Malam itu, kami berjalan menuju keatas. Melihat pemandangan danau yang menghitam. Udara yang dingin membuat kaki kami gemetar. Aku memakai jaket kesayanganku. Berwarna putih biru langit. Aku menyukai biru langit sejak dulu. Makanya aku mempunyai nama penas aozorajio yang artinya langit biru jio ( nama asliku dalam pembacaan dalam bahasa inggris ).
Miko mulai usil. Ide gilanya menakuti orang berdampak senjata makan tuan.
"Eh...stop! Kita berhenti disini. Kita kejutin orang yang lewat"
Kami nurut, kecuali Cakra dan Nindi yang terus berjalan.
Ketika ada yang lewat , kami yang sedang bersembunyi tiba-tiba keluar dan mengagetkan teman-teman yang lain.
Semua terkejut, mengeluarkan cacian terhadap kami. Itu tidak masalah. Kami hanya tertawa saja.
Puas menakuti teman-teman. Terhenti tawa kami setelah Aris lewat.
"Gak terasa kalian bau kemenyan disini"
Dalam gelap kami saling memandang. Mengendus-ngendus bau kemenyan. Benar. Baunya terasa banget. Kami berlarian. Aku paling jago lari. Lariku sangat kencang, sampai pada sebuah rumah yang terang benderang. Kami ngos-ngosan. Wajah Nindi dan Cakra heran.
"Kalian kenapa?"
"Si Aris kurang kerjaan. Entah apa dikasi taunya kalau dia nyium bau menyan"
"Hahahahaha...makanya jangan nakutin orang" Aris tertawa terbahak-bahak.
Nindi dan Cakra juga ikut tertawa.
Sisanya kami semua menghadap ke luasnya danau. Angin malam yang semakin dingin. Membuat geng the bejat group mempunyai inisiatif untuk "minum".
Aku tidak terlalu perduli dengan hal ini. Biarlah mereka menikmati masa muda mereka dengan seperti itu. Mungkin itu akan menjadi cerita untuk anak-anak mereka nanti.
Hanya tertinggal aku, Nindi , Miko dan Cakra.
Tak banyak bicara, kami hanya memandang kosong kedepan.
Dan aku memikirkan Aris saat itu.
Kemana dia? Setelah keusilannya tadi. Dia tidak ada terlihat. Biarlah dia menghilang.
Tak lama Cakra juga ikut nimbrung dengan yang lain untuk minum.
"Belum ngantuk Je?"
"Belum"
"Jalan-jalan kedermaga asoy yuk" ajak Nindi.
Kami meninggalkan Miko sendiri yang sedang tergelatak memandang langit berbintang.
Sudah pukul 11 malam, Cakra yang kebanyakan minum akhirnya tepar. Tidak sadarkan diri, terkulai di lantai. Jokki memanggil Nindi untuk segera datang ke kamar Cakra.
"Ada apa?" Tanya Nindi
"Cakra ngamuk-ngamuk"
"Gara-gara apa?"
"Panjang ceritanya. Dia udah berentem tadi sama Tossi. Hanya gara-gara jam tangannya dipinjam Tossi"
"Terus!"
"Udahlah, ayok kekamar sekarang. Dia manggil-manggil namamu dari tadi" Jokki segera membawa kami kekamar Cakra.
Benar saja, Cakra terkulai diatas tempat tidur tak sadarkan diri.
Terlihat jam tangan di atas meja sebekah tempat tidurnya retak. Mungkin itu hasil amukannya tadi.
Nindi bergeser ke sisi tempat tidurnya.
Mata Cakra terbuka sedikit.
"Nin....aku sayang sama mu" itu terus yang terucap berulang-ulang kali.
Nindi membalas "iya, aku juga. Tidurlah, jangan kelayapan lagi. Aku gak suka liat kamu kaya' gini"
Nindi membantu meluruskan kaki Cakra.
Kami meninggalkan mereka berdua dikamar. Biarlah itu lebih nyaman buat Cakra.
Dan aku harus sendirian. Yang lainnya sudah pada tidur.
Itu sudah pukul 12 malam.
Aku mencari angin sejenak. Disana ada Aris yang sedang duduk sendiri. Aku menghampirinya. Aku tahu dia baru selesai minum, tapi entah kenapa dia tidak teler.
"Kok belum tidur?" Tanyaku menghampirinya
"Gimana mau tidur, liat kawan bertengkar. Yang satu gak kuat minum. Sok-sok-an minum banyak, padahal baru seteguk udah tumbang. Sikawan satu lagi, gak sor kalau barangnya dipake. Yaudalah gimana mau tidur. Kalau gak ada aku mungkin udah bunuh-bunuhan orang itu"
"Terus kamu jadi pahlawan gitu"
"Bukannya gitu. Kalau gak kuat minum itu jangan minum"
Aku hanya tersenyum.
Kalau bisa dibilang Arislah pioner kebandalan di geng the bejat group. Dialah bosnya. Tak ada yang berani ganggu dia. Lihat saja sudah minum berapa teguk tidak meler. Teman yang lainnya sudah terkapar didalam kamar.
"Aku ketoilet dulu ya. Jangan kemana-mana. Kawanin aku disini"
"Iya"
Mana mungkin aku melewatkan momen ini. Bisa berdua dengan Aris. Dan itu sudah pukul 2 pagi.
Nindi baru keluar dari kamar Cakra.
"Gimana cakra?" Tanyaku
"Udah tidur"
"Owh syukurlah"
"Keatas yuk, Je. Jalan-jalan"
"Udah jam satu ni serem juga"
"Tapi, masih rame kok"
"Iya juga sih"
Kamipun beranjak untuk jalan. Namun terhenti dengan suara teriakan Aris.
"Eh, mau kemana kalian?"
"Keatas"
"Awas nanti di culik"
Sebelum benar-benar berjalan jauh kami sudah mencium bau kemenyan lagi. Lalu kami balik ke halaman depan mess.
Disitu sudah ada Miko dan Aris yang sedang bermain gitar.
Aku dan Nindi ikut bergabung sambil makan kacang dan minuman ringan.
Aris menyanyikan beberapa lagu. Kami juga ikutan bernyanyi.
Miko akhrinya ketiduran di bangku taman. Begitu juga Aris yang sudah tak tahan lagi matanya tertidur juga.
Aku dan Nindi balik kekamar kami, melihat jam sudah pukul 3 pagi.
Padahal sepanjang hari, selama dalam perjalan pergi Aris begitu murung. Tak ada yang mengajal dia bicara. Tapi, setelah kami berbicara padanya. Mengobrol panjang, Aris begitu ceria kembali. Menyanyikan lagu-lagu PADI, DEWA,  dan Sheila on 7. Begitulah kenapa kami menyebut diri kami gadis-gadis berpengaruh. Kekuatan kami begitu dahsyat membuat orang bahagia.
Seperti itulah , banyak kejadian yang terlewati malam itu. Semua kami anggap menjadi kenangan masa muda yang tak terlupakan. Indahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar