Jumat, 06 Februari 2015

You Are My Perfect One



You are my Perfect One
chapter 7
Putus
“Gis…kita putus saja ya” kata Ridan di bangku kantin sekolah
“eh…putus?” aku heran. Untuk pertama kalinya aku mendengar seorang laki-laki mengatakan putus padaku. Dan hal itu paling pamalih bagi seorang perempuan yang diputuskan oleh seorang laki-laki. Ini tidak seperti cerita Reni yang diputuskan oleh seseorang yang pernah dekat dengannya. Dan ini juga bukan sama halnya seperti cerita Eva yang selalu bercerita bahwa dia dan Candra selalu jalan bersama setiap kali dia tidak ngumpul dengan kami.
Jalan bersama. Aku tidak pernah jalan bersama. Lain cerita dengan Eva yang selali dijenguk oleh Candra setiap malam minggu. Ridan tidak pernah melakukan itu. Kami selalu terlihat bersama ketika disekolah saja. Pulangpun jarang bersama kecuali para sahabatku les. Dan itu dapat dihitung dengan jari berapa kali kami pulang berdua.
Hari ini, tepat 2 bulan kami bersama Ridan berkata putus kepadaku.
“iya Putus, Gis. Setelah aku melakukan pendekatan sama kamu beberapa bulan ini. Aku mencoba juga melakukan pendekatan dengan Evi. Ternyata Evi juga asik diajak ngobrol. Dan dia juga menyukai aku”
Aku terdiam, mulutku kaku. Lalu kenapa airmataku yang bergerak mengalir pelan dari pelupuk mataku. Berarti selama ini Ridan juga melakukan hal yang sama dengan Evi. Sahabatku sendiri. Padahal Evi juga tahu bahwa aku sedang dekat dengan Ridan. Tapi, mengapa Evi begitu tega. Kali ini masalahnya bukan karena Ridan yang memutuskanku, tapi karena aku mempunyai sahabat yang begitu hebat yang tega mengambil sesuatu yang aku sukai dan merampasnyan secara diam-diam. Evi bermain dibelakangku, tanpa sepengetahuanku selama ini. Dan Ridan, apakah dia tidak sadar telah mengecewakan seseorang yang selama ini yang bersedia ada untuknya. Apakah dia tidak sadar, bahwa apa yang dirasakannya dulu kini berbalik kearahku. Padahal aku tidak berbuat salah apa-apa kepadanya. Bukannya Candra yang telah melakukannya itu padanya. Mengapa dendam itu dibalaskannya padaku.
Salahku dimana, aku tidak pernah berbuat salah padanya. Dan cerita yang selama dia karang selama mendekatiku juga diceritkannya kepada Evi. Aku benar-benar marah kepada Evi. Bukan karena sakit hati karena putus, tapi karena seorang yang bersamaku sejak masuk SMP selalu bersama. Selalu melakukan hal gila bersama, nongkrong bareng. Putus dengan Ridan membuatku ragu untuk menceritakan Andri kepada sahabat-sahabatku. Maknyanya setelah kejadian ini. Aku lebih banyak diam tentang persaanku. Evi selalu menang dalam segala hal, tapi cara yang digunakannya selalu ada yang tersakiti dan terluka. Seperti kali ini. Hal gila yang dicetuskannya beberapa bulan yang lalu membuat dia lupa kepada sahabatnya sendiri. Aku kecewa dengan Evi.
“sudah jangan menangis, Gis. Kita masih berteman seperti biasa” Kata Ridan.
Dan itu semua bohong, Ridan tidak pernah lagi duduk dibangkuku ketika istirahat tiba. Ridan tidak pernah lagi pulang bersamaku. Ridan juga tidak pernah lagi kekantin bersamaku. Ridan juga tidak pernah bercerita kepadaku. Dan Ridan telah lenyap dari pandanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar