Jumat, 06 Februari 2015

You Are My Perfect One



You are my Perfect One
chapter 5
Ridan
“Hei…lihat itu Ridan” kata Evi
“ Hu um. Cakep banget ya” kata Reni
“gimana, Va. kita gebet yuk” ajak Evi.
“bukan tipeku” kata Eva
“gimana Gis”
“eh…aku gak hobi yang begituan. Bukannya kita sudah akrab dengan Ridan. Jadi, buat apa di perebutkan” kataku  malas mengikuti permainan Evi
“akh…payah banget sih” Evi kesel
“Oke…oke!!” kataku agar Evi tidak ngambek
Evi selalu mempunyai ide-ide yang aneh sekali. Termasuk kali ini. Meperebutkan Ridan. Yang memang sudah akrab dengan kami. Yang aku tahu juga bahwa Ridan menyukai Eva. Namun, Eva sudah punya seorang pria yang dekat dengannya. Makanya Ridan lansgung mundur teratur. Begitulah cerita Ridan padaku. Dari kami berlima, Cuma akulah yang paling dekat dengan Ridan. Karena mendengarkan curhatannya tentang Eva. Kurasa memang benar bahwa dia menyukai Eva. Tapi, tingkah Ridan tidak lah baik. Ridan seorang anak Band, tidak pernah ranking dikelas, bahkan terkesan bandel. Aku dan Ridan memiliki kesamaan nasib. Kami sama-sama menyukai seseorang yang terlihat sangat jauh sekali. Susah untuk digapai dengan menganyunkan tangan sekali. Butuh banyak tenaga dan pikiran untuk menaklukkan seseorang yang kami sukai. Cara apa saja yang telah dilakukan Ridan untuk mendapatkan Eva, namun hasilnya nihil. Lihat, aku yng tidak mempunyai usaha yang keras untuk mendapatkan Andri.
Terkadang Ridan memberitahuku betapa lelahnya dia yang setiap hari harus melihat Eva tersenyum kepada orang lain. Bukan kepadanya. Makan dikantin bersama orang lain, bukannya bersamanya. Dan seseorang yang dekat dengan Eva adalah orang yang sangat dekat dengan Ridan. Sahabat Ridan.
Pernah terpikir olehnya untuk mendekatiku, dan Evi. Dan itu pernah dilakukannya hanya untuk membuat Eva menoleh kearahnya.
“ternyata tidak berhasil, Gis”
“kan sudah kubilang, Eva itu suka lelaki yang kaya”
“aku tahu aku miskin dan kesekolah juga masih numpang dengan mobil orang. Lihatlah Candra, dia naik motor keren kesekolah. Besok aku mau minta motor. Kalau ayahku tidak memberikannya aku tidak akan mau sekolah”
“kok gitu” kataku
Ya…persamaan aku dan Ridan berikutnya. Kami memiliki seorang ayah yang kejam. Bukan kejam yang sering marah-marah. Tapi dalam hal sikap. Jika A harus A. Diktator abadi menurutku. harus mengikuti perintahnya. Tidak boleh membantah. Dibesarkan dengan peraturan yang keras membuat kami berdua sama. Ingin berontak dan sering bertengkar dengan ayah kami.
Benar sekali, Ridan meminta motor. Namun, ayahnya tidak mengabulkan permintaan Ridan. Dan benar juga Ridan tidak masuk sekolah selama seminggu. Tidak ada menghubungiku kemana dia pergi. Ridan marah dan kecewa. Antara dia tidak mampu membeli motor dan harapan mendekati Eva semakin jauh. Pupus harapannya, semua usaha telah dilakukannya.
“Gis…aku bosan menjadi baik. Aku akan jadi orang jahat sekarang. Bahkan Eva suka lelaki seperti itukan”
“gila! jangan gila. Masih banyak perempuan yang sedang menunggumu”
“aku tidak melihat perempuan itu, Gis”
Aku juga bingung, mengapa Ridan selalu curhat denganku. Apakah dia merasa nyaman denganku. Tapi, aku sedang menyukai seseorang juga. Aku sedang menyukai seseorang yang bernama Andri Lara Syah. Seseorang yang memang sulit untuk kuraih. Apakah aku akan bernasib sama dengan Ridan yang terpuruk dalam kepupusan untuk meraih Eva. Apakah jika aku  berusaha sekeras Ridan maka hasilnya juga akan seperti Ridan. Dan kesedihan berkepanjangan.
Maka dari itu aku mencoba menghapus luka Ridan dengan selalu bersamanya. Selalu mendengarkan curhat Ridan. Lalu aku menerima Ridan untuk mendekatiku. Tapi, kuyakin ini bukan karena suka tapi karena aku iba kepadanya yang sedang terluka hebat dihatinya. Dan berlahan aku mencoba mengobati dengan selalu ada untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar