Jumat, 06 Februari 2015

You Are My Perfect One



You are my Perfect One
chapter 10
Happy Birthday and Happy New Year
31 Desember, dipenghujung tahun dan aku masih liburan dirumah saudaraku. Seperti biasa aku dititipkan di tempat bibiku yang memmpunyai anak yang seumuran denganku yang sedang liburan juga. Aku tahu besok adalah ulang tahun Andri. Namun, aku tidak bisa pulang sebelum ayah atau ibuku yang menjemput. Bagaimana akalku untuk bisa pulang segera dan bertemu dengan Andri. Aku tidak tahu alasan apa yang tepat untuk pulang.
“hiks…hiks….” aku berpura-pura menangis
“Giska kenapa?” Tanya Wenny sepupuku
“aku mau pulang, Wen!” jawabku masih menangis
“hari ini juga? Tapi ayah dan mama lagi pergi sampe sore. Siapa yang ngantar kamu pulang?”
“temenin ke warnet yuk. Aku mau telpon mamaku, supaya jemput aku kesini” kataku
“heh” Wenny terkejut.
“yuk” ajakku masih menangis
“iya” jawab Wenny yang langsung mengambil dompet dan sendalnya.
Tapi, aku masih binguung alasan yang meyakinkan orang tuaku agar menjemputku. Jika aku mengatakan aku tidak betah disini, maka Wenny akan sakit hati mendengarnya. Jika aku mengatakan aku kangen ayah dan mama, jelas mamaku akan marah-marah padaku. Aku memang sengaja selalu dititipkan kepada bibiku agar aku terbiasa hidup mandiri tanpa orang tua. Harus bisa beradaptasi dimana saja. Mamaku selalu mengajrkan untuk hidup mandiri.
“Ma…aku mau pulang, jemput ya?” bujukku lewar telpon
“kenapa, Kak?” Tanya mamaku
“aku kangen rumah” sambil menangis kali ini aku tidak berpura-pura. Aku benar-benar menagis didalam box warnet itu.
“kakak harus bisa hilangkan kebiasaan cengeng itu. Masa’ baru seminggu ninggalin rumah udah mau pulang aja. Besok aja ya mama jemput, hari ini mama dan ayah ga bisa jemput. Ayah ada kerjaan diluar, besok baru pulang” jelas mamaku
“tapi…” aku menangis kembali. Karena aku tidak  bisa pulang hari ini dank arena aku tidak bisa bertemu dengan Andri untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya mala mini.
“ya…besok mama jemput”
Dan telponnya ditutup oleh mamaku. Hati masih merasa sedih, Wenny juga merasakan kesedihanku. Dia mencoba membujukku keluar dari box dan pulang kerumah.
“Gis…entar malam kita liat kembang api dilapangan kota. Biasanya rame sama acara music” Bujuk Wennya.
“hm…” aku malas untuk menjawabnya karena aku masih sedih.
“sudah donk, jangan nangis lagi. Aku janji deh. Entar aku bilang ke mama” Kata Wennya sekali mencoba menghiburku dengan janjinya melihat kembang api malam tahun baru ini.
Malam tiba, benar saja. Kami sudah berada di lapangan yang dipenuhi lautan manusia dan surara tiupan terompet. Ramai sekali. Tapi, aku masih tidak menikmati malam pergantian tahun ini untuk bersenang-senang. Tubuhku memang berada dilapangan ini. Tapi, pikiran sudah jauh di rumahku. Padahal aku ingin menjadi orang pertama mengucapkan selamat ulang tahun untuk Andri. Sepertinya harapan itu tidak akan mungkin terjadi. Bagaimana aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Mana mungkin ada wartel yang buka ini malam. Mereka semua mengadakan penyambutan Tahun baru.
1…2…3….
Duar…duar…..
Kembang api yang pernuh warna warni itu menghiasai langit hitam pagi ini. Tepat pukul 12 malam suara gemuruh berpuluh-puluh kembang api dibakar untuk menikmati keindahannya.
“selamat ulang tahun, Andri” kataku dalam hati.
Tak ada yang mendengar. Tak ada yang tahu dibalik kesenangan malam ini. Ada seorang anak perempuan yang seedih karena tidak bisa bertemu dengan orang yang ingin dia temui mala mini hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Apa orang dewasa ini tidak merasakan kesedihanku. Akh kurasa mereka hanya memikirkan hal lain selain hal yang aku pikirkan. Intinya mala mini aku sedang bersedih dan mereka tidak tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar